Share

Jalan Terbaik

Waktu bergulir begitu cepat. Tanpa terasa sudah satu bulan aku tinggal di pondok pesantren ini. Banyak sekali perubahan yang kualami. Kulitku menjadi putih bersih karena memakai pakaian tertutup. Jiwa barbar yang ada dalam diriku mulai berkurang, tetapi ada satu hal yang kutahan selama ini. Jiwa kegesrekanku meronta-ronta.

Setiap akhir bulan ada jadwal sambangan di pondok pesantren ini, tetapi aku tidak yakin akan ada orang yang mengunjungiku. Kak Sari pasti sudah hamil sedangkan kakek dan nenek tidak akan bisa datang ke sini jika tidak diantar Om Dani.

“Anin, temenin aku ke dhuyuf, yuk! Aku kenalkan sama orangtuaku!” ajak Lia.

Aku berpikir sejenak, daripada di kamar sendirian mungkin lebih baik aku ikut dengan Lia. Kali aja Lia punya saudara yang tampan yang ikut datang, bisa cuci mata.

“Oke, aku ikut denganmu.” Kuambil jilbab dan memakai cadar sebelum keluar.

Semenjak kejadian memalukan waktu itu, aku benar-benar malu. A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status