Sebuah bangunan nampak begitu kotor dengan lumut yang tumbuh di dinding-dindingnya, bangunan itu mengeluarkan aroma yang cukup menusuk hidung dan membuat yang mencium aromanya akan merasa mual, jika pertama kali menciumnya.
Dari bangunan itu terdengar beberapa kali suara dentuman keras, suara itu di duga berasal dari benturan keras tubuh yang menabrak dinding. Nampak tubuh yang menahan rasa sakit itu mencoba bangkit kembali setelah beberapa kali menerima pukulan keras dengan ilmu sihir.
Namun karena tubuhnya yang tidak kuat menahan sihir yang tepat mengenai dadanya tubuh itu kembali jatuh telungkup di lantai kotor bangunan tua itu.
“Kenapa kau begitu bodoh?” Bentak sebuah suara.
“Ma-afkan... saya master!” Jawab tubuh lemah itu menahan sakit.
“Jika kau melakukan kesalahan lagi, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah, meskipun kau anakku.” Ujar suara itu lagi.
“Aku berjanji...akan lebih b
Willian melihat tajam penyihir yang telah berani memasuki pikirannya dan melihat semua masa lalunya tampa ijin.“Jangan berani melakukannya lagi!” Ucap Willian marah memperigatkan penyihir itu.Penyihir itu hanya mendecih mendengar peringatan dari Willian, vampire kecil itu tidak tahu dengan siapa ia berhadapan. Melihat kemampuan vampire itu sekarang pantas saja ia dapat dengan mudah terkena sihir kegelapan yang menyerap jiwa dan energinya.Pira melihat ketegangan yang terjadi di antara masternya dan penyihir itu, nampak masternya tidak senang dengan apa yang dilakukan penyihir itu kepadanya yang tidak Pira ketahui apa. Pira hanya melihat penyihir itu menatap mata masternya sebentar dan tubuh masternya langsung menjadi kaku dan kemudian nafas masternya terdengar berat dan terengah-engah.“Tuan...” Panggil Pira memastikan masternya baik-baik saja.“Dia harus bisa mengendalikan monster di dalam pikirannya, dan m
Pira dan Willian duduk saling berhadapan di dalam goa, Pira menyalakan api untuk menghangatkan tubuh mereka, keadaan goa berubah sangat dingin sejak penyihir itu menghilang dari hadapan mereka.Pira dan Willian tahu bahwa hawa dingin di dalam goa bukanlah hawa dingin biasa, melainkan hawa dingin yang terjadi karena sihir sang pemilik tempat itu. Sepertinya penyihir itu berniat membuat mereka mati dalam kedinginan jika terus menunggunya.Willian mengamati nyala api di depannya, suasana di antara mereka selalu sunyi, tidak ada pembicaraan dan tidak ada suara jika tidak benar-benar penting. Willian melihat ke arah Pira yang nampak kelelahan karena terus menerus menggunakan sihirnya, untuk membuat api itu menyala.Willian mengepalkan tangannya kuat, melihat Pira yang selalu berkorban untuknya, sedangkan ia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa. Willian tahu sejak mereka meninggalkan pondok peri itu, Pira selalu menggunakan sihirnya untuk melindungi mereka.Pir
Ashlyn merasakan panas di wajahnya saat sebuah tamparan mendarat di pipinya, tamparan yang berasal dari wanita yang di anggap sebagai calon Luna di pack.Serah menatap Ashlyn tajam, tidak ada suara maupun gerakan dari pelayan-pelayan yang ada di sana. Semua terlihat diam melihat wanita yang dikenal lemah lembut itu melayangkan satu tamparan keras di wajah Ashlyn.“Jalang!!!” Hina Serah kepada Ashlyn.Nampak wanita itu begitu marah kepadanya sekarang, yang dapat Ashlyn perkirakan penyebabnya bahwa ia dan semua orang di pack sudah tahu bahwa ia menginap di kamar Alfa beberapa hari yang lalu.“Apa kau menggunakan kehamilanmu untuk mengoda kekasih orang.” Hina Serah kepada Ashlyn.Ashlyn menarik nafasnya dalam, berada di dekat wanita itu benar-benar menguras emosinya, Ashlyn harus menahan rasa sakit di pipinya dan Ashlyn juga harus menahan rasa sakit di perutnya saat Serah berada di dekatnya.&ldqu
Suara ketukan pintu membangunkan Luke dari tidurnya, ia melihat Ashlyn yang masih tidur di lengannya, sedikit tersenyum lalu mengalihkan kepala wanita itu ke atas bantal dengan hati-hati agar tidak membangunkannya.Luke bangkit dari ranjang lalu mengambil kaos di lemari dan bergegas membuka pintu kamarnya.“Serah...” Ucap Luke cukup terkejut dengan keberadaan wanita itu di depan kamarnya tengah malam ini.“Maafkan aku, tapi bisakah aku meminta waktumu sebentar. Aku ingin bicara” Ujar Serah terdengar sedih.Luke melihat ke dalam kamar sebentar, melihat ke arah Ashlyn yang masih tertidur, lalu mengangguk dan menutup pintu kamarnya.Luke mengikuti Serah yang membawahnya ke arah taman belakang pack, nampak taman itu sangat sepi karena penghuni pack yang sudah beristirahat di kamar masing-masing, dan hanya menyisahkan beberapa penjaga yang akan berkeliling di pack.Terlihat Serah menghentikan lan
Ashlyn merasakan ada yang menatapnya tajam, merasakan hal itu perlahan Ashlyn membuka matanya dan melihat satu sosok yang tersenyum mengerikan kearahnya di sudut ruangan di dekat jendela kamarnya.Sosok itu menggunakan tudung hitam yang menutup seluruh wajahnya dan hanya menampakan giginya yang panjang. Di tangannya nampak sebuah tongkat yang memiliki ukuran lebih tinggi dari sosok yang menyeringai kepadanya.Ashlyn mendudukan dirinya segera lalu turun dari ranjang dan berdiri di dekat nakas, Ashlyn memasang sikap waspada terhadap sosok di depannya.“Si...siapa?” Tanya Ashlyn waspada.Terdengar suara cekikikan yang sangat tajam di kamar Ashlyn, membuat bulu-bulu di tubuh Ashlyn berdiri dengan cepat.. dan gendang telinganya terasa sakit, akibat tajamnya suara tawa yang ia dengar.“Apa maumu?!...Luke?!” Panggil Ashlyn mencari keberadaan pasangannya.“Ha ha ha kau tidak akan menemukannya lagi, sayang
Ashlyn melihat mata lelaki yang mencengkram rahangnya keras itu, terlihat seringai dan pandangan menghina kepada Ashlyn yang tidak bisa mengatakan apapun. Lelaki itu, lelaki yang beberapa hari ini selalu mengucapkan kata cinta dengan tatapan lembut kepadanya dan selalu memanjakannya.“Luk...ke.” Gumam Ashlyn sedih.Nampak wajah lelaki itu berubah sangat datar saat Ashlyn menyebut namanya, tatapan dinginnya bahkan menusuk hati Ashlyn yang terdalam.“Jangan sebut namaku jalang! Aku tidak sudi namaku di sebut oleh wanita sepertimu!” Ujar Luke menghempaskan wajah Ashlyn.Ashlyn merasakan pandangannya berputar menerima tindakan kasar Luke kepadanya, air matanya semakin mengalir keluar menerima tindakan kasar Luke.“Wanita yang ku cintai dan yang boleh menyebut namaku hanya Serah.” Ujar Luke lalu meraih pinggang wanita itu di depan Ashlyn.Terlihat kedua mahkluk itu saling tersenyum lembut di depan Ashlyn, denga
Empat batu yang tadinya berbentuk bulat lonjong perlahan mulai bergerak, batu-batu itu turun seolah di hisap oleh lantai dan memasuki perut bumi, lalu tak lama kemudian batu-batu itu di gantikan oleh empat patung besar kelelawar bermata merah, yang mengepakan sayap dengan mulut yang terbuka lebar memperlihatkan taring-taringnya yang panjang. Malam gelap yang tadinya sepi berubah penuh dengan sambaran petir dan juga kilat yang silih berganti di atas langit, bulan purnama berwarna biru mulai menampakan wujudnya tepat berada di atas Ashlyn yang terbaring lemah. Udara terasa semakin dingin, seiring dengan kilat yang terus menyambar di langit seolah menunjukan bahwa sebentar lagi akan terjadi badai yang sangat besar. Tiba-tiba muncul suara gemuruh seperti ada yang berlari kencang mendekat ke arah mereka, tak lama kemudian nampak mahkluk-mahkluk berwarna hitam dengan jumlah yang sangat banyak dan dalam berbagai bentuk mendatangi tempat persembahan itu. Mahk
Melihat Luke yang sedang dalam keadaan sulit, Serah menggunakan kekuatan terakhirnya untuk menangkis serangan Libia kepada Luke menggunakan pisau sepanjang lengan yang selalu ia bawah di punggungnya.“Sialan!” Maki Libia melihat Serah yang menghalanginya.“Jangan pernah mencoba mengusiknya...” Ujar Serah menatap tajam Libia.Libia semakin mendorong pedang yang di tahan Serah, dorongan kuat dari Libia membuat wanita lemah itu jatuh berlutut, sehingga hal itu meemberi kesempatan kepada Libia melayangkan serangan kepada Serah dan menebas tubuh bagian depan wanita itu.“Serah...” Gumam Luke melihat sahabat kecilnya itu terluka.Serah terbatuk darah dan terbaring menghadap Luke, ia menatap laki-laki itu dengan senyuman.“Aku mencintaimu....” Ucap Serah tampa suara kepada Luke.Perlahan tubuh wanita itu terbakar menjadi butiran debu dan menghilang terbawah angin. Emosi Luke meningk