Share

Bab 2 Pertemuan

Aku coba menahan Reihan sekuat tenaga namun gagal. Reihan malah semakin menggila.

“Rei, cukup!”

“Cukup kau bilang?! Pria brengsek ini berani menyentuhmu! Kau pikir aku akan diam saja saat si brengsek ini menyentuhmu bahkan menarikmu kasar ke pelukannya?” Reihan sangat marah, emosinya tak stabil bahkan dia menginjak tangan pria itu berkali-kali hingga terdengar suara tulang patah di sertai jeritan melengking yang terdengar hingga satu ruangan.

Ya Tuhan! Ini seperti penyiksaan sepihak. Aku harus segera menghentikannya.

Kuputuskan menyeret Reihan menjauh dari sini sekuat tenaga. Aku bahkan sampai melupakan rasa mual dan pusing yang kuderita tadi. Kami harus segera pergi sebelum terlambat.

“Kau pikir kau akan selamat keluar dari sini? Jangan harap kalian akan pergi dari sini dengan mudah. Akan kubalas berkali-kali lipat! Kubuat kau sangat menderita dengan melihat gadis kesanganmu berada di bawah selangkanganku sambil memohon.” Kata pria itu sembari mengumpat di tengah kesakitannya.

Sial!

Reihan langsung menerjang pria itu lagi melampiaskan kekesalannya. Suasana kembali memanas dan kerumunan pun semakin banyak di sekitar kami, dalam kericuhan itu samar-samar terdengar suara derap kaki para penjaga memasuki ruang pesta membuatku kembali menarik Reihan dengan panik meninggalkan lawannya yang kritis untuk segera mencari jalan aman melarikan diri. 

Kami harus segera meninggalkan tempat ini bagaimanapun caranya.

Tapi…

Sayangnya harapanku pupus. Penjaga berhasil menangkap kami, lebih tepatnya aku duluan yang tertangkap karena kecerobohanku. Kamipun di giring ke mobil bersama dengan beberapa tamu lainnya ke kantor polisi.

Otakku blank, aku tak bisa memikirkan apapun lagi, sedangkan Reihan dia asik komat-kamit di sebelahku. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bagaimana caranya keluar dari sini? Siapa yang akan menjaminku? Hatiku sangat resah saat memikirkan setiap kemungkinan terburuk yang akan menimpaku.

“Luci, maafkan aku! Kebodohanku membuatmu terjebak lagi denganku. Padahal aku hanya ingin berusaha melindungimu namun semuanya malah berakhir buruk. Maaaf…takkanku ulangi lagi.” ucapnya penuh penyesalan.

Reihan menggenggam tanganku dan tersenyum kecil, “Akan kupastikan mengeluarkanmu dari sini.” Katanya sebelum meninggalkanku bersama dengan petugas.

Lima belas menit berlalu dan Reihan Pun kembali duduk di sampingku.

“Kita akan segera bebas jadi jangan murung seperti itu. Kau terlihat semakin jelek saja.”

“Benarkah? Apa alasan keluargamu mau menjaminku? Aku hanya orang asing yang tidak ada hubungan apapun dengan kalian. Mengapa keluargamu mau repot-repot membebaskanku?” Tanyaku lirih.

“Tidak perlu khawatir, semuanya sudah aku jelaskan pada kakakku. Dia mungkin akan menghajar atau membunuhku setelah ini namun itu bukan masalah asal kau bebas. Dia akan tiba sebentar lagi.” Jawabnya enteng.

Ucapan terakhir Reihan mengusikku. Hajar? Bunuh? Apakah keluarganya sangat kejam sampai memperlakukannya seperti itu? Andaikan saja aku tak ikut semuanya takkan berakhir seperti ini. Rasa bersalah itu kembali menelanku dalam penyesalan.

Satu jam berlalu, Kualihkan pandanganku ke arah pintu yang terbuka. Seorang pria dengan kulit pucat baru saja memasuki ruang introgasi bersama dengan petugas. Tatapanku bahkan tak teralihkan darinya sedetikpun seolah tersedot dalam pesonanya.

Apa dia manusia?

Itulah hal yang terlintas dalam pikiranku pertama kali.

Mataku terus mengikuti gerak-geriknya seolah enggan kehilangan moment tentangnya. Dia seperti sedang mencari seseorang, bisa kutebak siapa yang sedang dia cari.

Rambut pria itu berwarna silver sangat cocok dengan kulit putih pucatnya. Wajahnya pun rupawan dengan rahang tajam dan lancip dengan bibir berwarna merah ranum. Tubuhnya juga sangat proporsional dengan otot yang tercetak di balik setelan yang digunakan. Nilai seratus untuk penampimpilannya, sayangnya aura yang terpancar padanya sangat menakutkan jadi aku kurangi jadi 98%.

Banyak kejanggalan yang aku rasakan darinya.

Dirinya sangat tak nyata bagiku seperti keluar dari novel atau buku fantasi.

Iris matanya yang tajam tiba-tiba mengarah ke arahku membuat jantungku berdebar sangat kencang. Ada sesuatu yang tak bisa kujelaskan menyeruak keluar. Aku tak tahu apa itu tapi sangat menyesakkan membuatku seketika meneteskan air mata. Seperti kerinduan akan sesuatu yang telah lama kulupakan. Apa sebenarnya yang terjadi? Apa arti ini semua?

Pemuda itupun sama terkejutnya denganku lalu bergegas menghampiriku. Sikapnya sangat aneh, dia kini di hadapanku mematung memandangi diriku seolah melihat hantu. Aku bingung harus mengatakan apa?

“Uh-um!”

Apa yang harus kukatakan? Pria di depanku masih diam tanpa mengeluarkan satu katapun membuatku bingung. Apa aku tanya saja? Atau….namun tatapan matanya sangat menyeramkan jika dilihat dari dekat membuatku kembali mengurungkan niatku. Apa dia akan menyalahkanku? Menuntutku? Atau meminta ganti rugi atas semua ini? Mengapa dia tidak bicara? Rasanya aku ingin menjambak rambutku hingga botak saking frustasinya.

“Uhm…i-itu”

Kuberanikan diri menatapnya, aku akan mati detik ini juga jika salah ucap. Apa yang harus aku katakan padanya? Apa pria ini tak bisa menjauh sedikit dariku? Aku bahkan bisa mencium bau parfum yang digunakannya. Bau lemon plus mentol khas pria maskulin yang membuat setiap wanita mengila. Perlahan tapi pasti wajahku mulai memanas karenanya. Mengapa ada pria sepertinya? Lalu, apa arti debaran yang semakin menggila ini? Aku berusaha sekuat tenaga agar tak terlihat gugup di depannya. Mengapa dia menatapku seperti itu terus?

Ya Tuhan! Bisakah dia menjauh dariku sedikit.

“Kau-”

Otakku blank. Perasaanku campur aduk hingga yang keluar dari mulutku hanyalah ucapan spontan yang terkesan ambigu,”Tolong, jangan bunuh Reihan kakak besar!!”

Uhk!

Apa aku baru saja memanggilnya kakak besar?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status