Share

Bab 7 Terpaksa

Author: Darkmoon
last update Huling Na-update: 2022-10-29 19:00:14

Perutku terus mengeluarkan bunyi gemuruh meminta untuk diisi di karenakan bau harum dari masakan yang berasal dari cafe baru yang menjual masakan Cina yang cukup digemari di kalangan remaja maupun orang tua. Setiap melewati café ini air liurku selalu menetes keluar, apalagi ketika mereka menghidangkan masakan mereka yaitu gyoza dan tahu mapo. Ingin rasanya segera masuk dan menyantapnya, kubuka dompetku perlahan menghitung sisa uang yang ada disana.

Hanya tinggal beberapa lembar uang $5o dan $10, jika aku menggunakannya sekarang maka sama saja dengan berpuasa 2-3 hari kedepan.

Hhhhh….Frustasi.

Tidak akan lagi ada kemewahan, hanya ada omong kosong.

Mengapa harus sekarang?

Dengan lunglai kulangkahkan kakiku menjauh dari sana. beberapa kali ku usap perutku yang lapar mencoba memberi pengertian.

Semuanya bermula dari kebijakan kampus yang baru yang mencabut hak istimewa para penghuni beasiswa untuk tinggal di asrama. Aku harus mengurus semuanya sendiri mulai dari makan, tempat tinggal bahkan beberapa keperluan lainnya sekarang. Padahal dulu aku tak memusingkan itu semua sama sekali, tapi kini semuanya berbeda, entah berapa banyak lagi kerja sampingan yang akan kuambil nanti.

Kejam ya?

Langkahku semakin menjauh dari pusat keramaian kota ke arah sebuah toko buah kecil yang letaknya beberapa blok saja. Pemiliknya merupakan seorang wanita paruh baya bernama Emily. Beliau adalah orang yang ramah kepada siapapun, beberapa kali aku membantunya karena tak tega melihatnya bekerja sendirian. Beliau kini tak mempunyai siapapun, hanya sebatang kara karena suami dan anaknya meninggal dalam kecelakaan 7 tahun lalu.

Kuperhatikan beliau saat dengan lihai menata setiap barang dagangannya. Semuanya tersusun dengan rapi diatas rak membuat perutku kembali berdemo. Semua buah itu tampak segar dan lezat.

Fokusku teralih saat suara beliau meneriakkan namaku.

“Luci.” Panggilnya nyonya Emily padaku. Beliau melambaikan tangannya padaku untuk segera memasuki tokonya sekarang juga.

“Kenapa tidak masuk? Kalau aku tak memanggilmu kau pasti tidak akan mau menemuiku.” Racaunya padaku kesal.

Aku hanya terkekeh saat melihat tingkahnya yang seperti ini. Beliau terus berceloteh padaku sembari melanjutkan membereskan pekerjaannya yang tertunda tadi.   

“Ambillah.” Katanya sembari menyodorkan kantong belanjaan yang di dalamnya berisi buah kesukaanku.

Hah?!

Aku sangat bingung, jika menolaknya itu akan menyakitinya namun jika aku menerimanya…sama saja dengan di kasihani.

“Maaf, aku tidak bisa menerimanya kali ini.” Kataku dengan lembut.

Nyonya Emily menampilkan wajah cemberut,”Ambillah! Atau aku akan marah.”

Kuambil kantong belanjaan yang isinya buah itu, tak tega melihatnya seperti ini, “Terima kasih nyonya.”

Aku tak bisa berlama-lama di sini atau nyonya Emily akan memberikanku hal lainnya untuk dibawa pulang. Kulanjutan perjalanan, kini tujuan selanjutnya yaitu sebuah pemukiman yang letaknya di pinggiran kota. Pemukiman yang tak pernah tersentuh oleh pemerintah bahkan terasingkan.

Kulangkahkan kakiku semakin kedalam, banyak gang kecil yang membingungkan bahkan minim penerangan. Sepanjang jalan kulihat banyak tenda lusuh berjajar rapat di kiri dan kanan yang bahkan tidak bisa dibilang layak.

Miris.

Tempat yang sangat cocok untukku, namun aku masih bersyukur karena setidaknya aku masih mampu bekerja walau serabutan dan kuliah di kampus terkenal. Itulah yang menjadi penyemangatku sekarang, aku harus terbiasa dengan ini semua seperti dulu.

***

“Kau datang lagi? Apa tak bosan di sana setiap hari? Masuklah kedalam.”

“Aku hanya istirahat sebentar disini. Lagipula tempat ini sangat nyaman dan bau dari roti yang anda panggang juga sangat enak membuatku betah berlama-lama di tempat ini.” kataku meyakinkannya.

Tumben dia menegurku, biasanya dia mengabaikanku. Dia mungkin berpikir aku hanya bocah kurang kerjaan yang butuh tempat menyendiri tanpa niat apapun.

Sayangnya semua itu salah.

Maafkan keluguanku yang membuat siapapun takkan percaya bahwa aku melakukan tindakan kriminal seperti pencurian. Memangnya menurut kalian bagaimana caraku bertahan hidup setelah keluar dari asrama?

Kehidupan disini sangat berbeda dengan pedesaan. Semuanya sangat mahal, bahkan uang bulanan yang diberikan walikupun hilang tak berbekas, yang bisa kulakukan sekarang hanya memutar otak untuk bertahan hidup.

Maaf! Aku terpaksa melakukan ini semua.

Dalam keheningan kuperhatikan sekelilingku, mencoba mencari kesempatan untuk melancarkan aksiku dan sekaranglah saatnya. Tanganku melesat secepat kilat mengambil dua buah roti yang dipajangnya di atas etalase lalu menyelipkannya di dalam kemejaku yang tertutup mantel. Kalau sedang beruntung mungkin aku bisa mendapatkan lebih.

Kesempatan kembali datang, pelanggan selanjutnya datang. Namun, nafasku tercekat ketika mengetahui siapa pelanggan itu, suaranya sangat familiar di telingaku.

 “Hei Toni.” Sapa pelanggan itu kepada sang pemilik.

“Hei~ pesananmu sudah kusiapkan seperti biasa. Tunggulah sebentar.”

“Oke.”

Tidak mungkin! Kuharap pelanggan itu bukanlah orang yang kupikirkan.

“By the way Toni.” 

“Ya?”

“Apa dia keponakanmu? Atau kau kini mempunyai pegawai baru lagi?”

Deg.

Kenapa tiba-tiba pelanggan itu bertanya tentangku?

“Oh gadis itu? Dia bukan keponakanku atau pegawai baru yang kupekerjakan. Entah kesenangan apa yang dia dapatkan hanya dengan duduk diam di sana.” Jawab pemilik toko itu sambil tertawa di sela kegiatannya.

“Begitukah?”

Luci merasakan tatapan tajam yang mengarah ke arahnya hingga membuatnya bergidik ngeri. Perlahan kuangkat topiku untuk mengintip siapa pelanggan yang sedang berbicara dengan pemilik toko. Mataku melebar dan nafasku makin tercekat. Dia….

Sial!

Reflek kutundukan kepalaku detik itu juga.

Apa yang dilakukannya disini?

Kuputuskan untuk segera beranjak dari tempatku. Aku masih ingin melihat matahari besok.

Kurapikan kemeja dan jaketku yang berantakan, ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk pergi dari sini jika menunggu lebih lama mungkin aku akan bertemu raja neraka lebih cepat dari jadwal.

Oke! Waktunya pergi.

Jangan lihat aku.

Jangan melihat ke arahku.

Jangan lihat aku please!

Kugumamkan kata-kata itu sambil berdoa dalam hati saat berjalan melewatinya. Jantungku hampir copot tadi, sepertinya sudah cukup jauh dari tempat itu. Kulihat sekelilingku memastikan tak ada yang mengikutiku di belakang.

Hhhhhhh…..kuhela nafas lega.

“Halo manis.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • The Cursed Alpha's Human Mate   Bab 49 Pertemuan 2 musuh lama part 2

    Lucas menatapku bergantian dengan pria di hadapanku, kami masih setia menunggu jawaban darinya.“Karena…” Adrian tak begitu yakin dengan apa yang ingin dia katakan, “Luci berkencan dengan pria di sebelahmu makannya aku marah!” sayangnya itu adalah jawaban yang salah, bahkan anak kecil masih lebih baik dalam berbohong ketimbang dirinya. Lagipula untuk apa aku berkencan dengan Luci? pemikirannya sangat konyol.Lucas menarik nafas keras dan itu terdengar dramatis menurutku. Dia langsung menjatuhkan benda yang sedari tadi di genggamnya lalu menatapku seksama, “kau berkencan dengan Luci?!”“Tidak.” ku bantah pertanyaanya tadi dan Lucas pun langsung melihat kembali kearah Adrian.“Kau pembohong!”

  • The Cursed Alpha's Human Mate   Bab 48 Pertemuan 2 musuh lama

    _Alex_Aku berdiri di balkon menatap pemandangan hutan di sekitarku sambil menghirup udara segar selagi menunggu mangsaku. Kedatangan anjing kampung itu sepertinya lambat, seharusnya dia sudah disini sejak tadi.Anjing kampung sialan itu mengambil cincin yang telah ku kerjakan bertahun-tahun begitu saja, dia bahkan memastikan sihir didalamnya dan seenak jidat menggali informasi tentangku.Ketika mereka berdua hidup bersama banyak sihir yang terbuang sia-sia untuk menyegel ingatan Luci secara paksa. Anjing kampung itu terlalu lancang menurutku, aku bahkan tak bisa mengatakan apapun pada Luci tentang hal ini atau pun mengambilnya kembali.Sekarang cincin itu benar-benar ‘hilang’ jika sesuatu terjadi lagi pada Luci….aku tak tau apa yang akan terjadi akiba

  • The Cursed Alpha's Human Mate   Bab 47 Harapan vs Jebakan

    Aku yakin Bryan pasti akan memberikanku kabar bagus.Dia pasti mendapatkannya kali ini.Aku yakin.====================================================================Nihil.Tak ada informasi apapun.Apa ini semua lelucon?Sama seperti Luci informasi yang ku dapatkan tentangnya hanya informasi dasar saja. Tak ada informasi khusus selain dia adalah seorang dokter.Tidak ada informasi lain yang berguna.Apa ini omong-kosong lainnya?Ku ambil handphoneku dan menghubungi Bryan sesampainya di kamarku.

  • The Cursed Alpha's Human Mate   Bab 46 Jalan buntu

    _Adrian_Luci pulang saat aku sibuk bertelepon dengan klien. Dia berhenti sejenak kemudian dan langsung duduk di sofa tepat di sampingku.Aku tersenyum padanya dan dia pun membalasnya dengan lambaian. Dia sepertinya sedikit bermasalah.Ku selesaikan panggilanku dan berjalan ke arahnya, “ Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku? Kau terlihat sangat gusar sejak tadi.”“Ah! Ya… Aku kehilangan cincinku. Kau pernah melihatnya?”Aku tahu itu. cincin itu sengaja ku sembunyikan karena sihir yang ada di dalamnya. Sihir yang dapat menarik ingatan seseorang dalam sekejab.Ku gelengkan kepalaku, “tidak. Apakah itu sangat penting?”

  • The Cursed Alpha's Human Mate   Bab 45 Upaya

    Aneh…Aku merasa hampa saat melihat jari manisku yang kini kosong tanpa adanya benda bulat yang biasanya bertengger di sana.Apa karena aku telah memakainya bertahun-tahun ya? sensasi ini sangat menyebalkan.“ Kau baik-baik saja? wajahmu terlihat pucat.” Tanya Reihan.“ Apa kau melihatku mengenakan cincin saat masuk kelas tadi? ” Aku terus bertanya padanya sambil menatap tempat dimana cincin itu seharusnya berada.“ Tidak.” Jawabnya singkat, “ apakah cincin itu sangat penting bagimu? Kau terlihat sangat khawatir?”“ Entahlah.” Jawabku tak berani menatapnya, “ Aku harus menemukannya bagaimanapun caranya.&rdquo

  • The Cursed Alpha's Human Mate   Bab 44 Hilang!

    _Luciana_ Aku terbangun di atas tempat tidurku. Sebuah selimut di letakkan dengan hati-hati di atas tubuhku, jendela di sampingku masih tertutup tirai yang menghalangi sinar matahari merangsek masuk. Semuanya terlihat normal kecuali fakta bahwa aku sangat melupakan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting. Tapi apa?! Ada perasaan aneh yang mengganjal di dalam diriku. Sesuatu yang sangat menganjal! Ku coba mengingat apa yang terjadi semalam. Aku mengingat semuanya dengan jelas sampai bagian ketika aku dan Alice mencapai hutan dan menemukan Adrian di sana. Semuanya nampak kabur. Ku coba memaksakan diri untuk mengingat semuanya, memori itu perlahan muncul dalam pikiranku namun sampai di bagian di mana aku menga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status