Found in the marooned ruins of Chavand was a book ripped and torn. Its yellowed pages eaten up and coiled. Forgotten and unheard about was this book until it came to light. His legends lived on, his tales of valour prevailed. His glory seemed enternal and he was worshiped and adored. But his heart remained shrouded in a cloak of mystery. His emotions, his turmoils went unnoticed in an attempt to make him great. Seen as someone who was invincible and immortal, the Rana changes your perspective from his greatness to his soft heart. Written across the pages during his last moments, he wrote his own life. Where bards would be at a loss and poets were simply lost in his glory and valor, the Rana is said to be the only one who could write about himself.
Lihat lebih banyakBIARKAN AKU PERGI (1)
Sore itu, pekerjaan sudah usai. Namun, waktu masih ada beberapa menit menunggu jam pulang kerja. Setelah membereskan meja, aku memilih menunggu dengan berselancar di salah satu sosmed sejuta umat.
Saat aku sedang asyik menelisik satu persatu gambar dan postingan teman-temanku yang ada di beranda sosmed itu, tiba-tiba pandanganku terhenti pada sebuah foto. Keningku mengernyit saat menyadari gambar seseorang yang aku kenal. Siapa lagi kalau bukan foto Mas Bayu, lelaki yang sudah dua tahun ini menjadi suamiku.
Mataku seketika membulat bersamaan dengan degup jantung yang bergemuruh. Di sana ada gambar Mas Bayu yang sedang selfie dengan seorang wanita. Aku perbesar gambar itu, meyakinkan kalau itu benar Mas Bayu. Tentu saja benar. Bajunya, jam tangannya, model sisiran rambutnya, tentu saja itu Mas Bayu. Aku mengenal semuanya.
Tapi, siapa wanita ini? Berani sekali dia memposting dengan gaya seperti itu dengan Mas Bayu-ku?
"Fahira, sudah jam setengah lima. Waktunya pulang!" Salah satu rekan kerjaku melambaikan tangan padaku.
Aku mendongak sebentar, lalu melambaikan tangan padanya, memberi kode agar dia duluan. Sementara, mataku kembali menatap lekat gambar yang ada di depanku.
Geram rasa hati ini harus kunetralisir dengan embusan nafas berkali-kali.
Tapi, tunggu!
Aku meneliti dengan seksama akun itu. Ini bukan akun Mas Bayu. Ini adalah akun milik orang lain dengan menandai Mas Bayu.
Aku mengeja nama pemilik akun itu. Nabila? Siapakah dia?
Aku dan Mas Bayu sebenarnya tidak terlalu aktif di medsos. Dari beranda Mas Bayu dapat terlihat postingan terakhirnya adalah setahun yang lalu.
Jadi, apakah ini artinya, Mas Bayu tidak sadar kalau dirinya ditandai oleh seseorang bernama Nabila.
Dengan dada berdebar, segera aku mengeklik akun bernama Nabila itu.
Violaa, aku dapat melihat postingan Nabila yang lain yang diatur publik.
Sambil menscroll akun milik Nabila, pikiranku tiba-tiba menerawang.
Apa Nabila ini mantan Mas Bayu?
Aku mengamati setiap postingan Nabila sebelum postingan selfie dengan Mas Bayu tadi. Di postingan sebelumnya, tidak ada Mas Bayu. Pun tidak ada likes atau komentar dari Mas Bayu. Kesimpulanku, Nabila ini tidak berinteraksi dengan Mas Bayu dalam waktu yang berdekatan. Bisa jadi, foto itu adalah foto pertama dengan Mas Bayu.
Aku menikah dengan Mas Bayu karena dijodohkan. Tetapi, sebelum kami menikah, Mas Bayu telah memiliki pacar. Dan menurut pengakuannya, pacar Mas Bayu lah yang meninggalkannya dan menikah dengan orang lain.
Alasan ini pula yang membuat Mas Bayu tidak mudah menerimaku sebagai istrinya.
Awal pernikahan, hubungan kami terasa hambar. Mas Bayu hanya memperlakukanku sebatas formalitas, tanpa ada rasa cinta sedikit pun. Bahkan, kami juga sepakat tidak memiliki anak dahulu sebelum kami saling jatuh cinta.
Tetapi, rupanya apa yang banyak dikatakan orang menjadi kenyataan. Bahwa cinta akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Dan kini, kami pun merasakannya.
Bahkan, baru dua bulan terakhir aku dan Mas Bayu akhirnya berkomitmen untuk segera punya anak. Apalagi, usiaku kini sudah hampir 25 tahun, dan Mas Bayu 27 tahun. Artinya tidak ada alasan lagi untuk menunda.
Tetapi, rupanya takdir berkata lain. Baru saja aku melihat kenyataan yang menyesakkan.
Aku kembali menghela nafas.
Aku tak boleh gegabah. Aku harus mengetahui fakta yang sesungguhnya. Apakah Mas Bayu kembali pada wanita bernama Nabila itu? Atau ini hanya kebetulan saja.
Aku bergegas meninggalkan ruang kerjaku. Beberapa menit lagi biasanya Mas Bayu akan menelpon dan mengabarkan kalau dia sudah menjemputku di bawah. Aku tak mau membiarkannya menunggu terlalu lama.
--
Sesampai rumah, aku bersikap seperti biasa, seolah-olah aku tidak tahu apa-apa. Si*alnya, saat Mas Bayu sedang mandi, aku melihat ponselnya bergetar.
Sebuah notifikasi pesan masuk ke benda pipih itu. Dan, aku dapat dengan jelas membaca notifikasi itu.
[Bay, apa bisa kita ketemu sekarang? Penting!]
Aku pura-pura tidak melihat ponsel milik Mas Bayu ketika dia keluar dari kamar mandi.
Aku memilih pura-pura sibuk dengan laptop yang ada di hadapanku, meski, ekor mataku tetap mengamati dia yang segera mengambil dan membuka ponsel itu.
Keningnya sedikit berkerut sambil melirik ke arahku.
“Kenapa, Mas?” tanyaku saat pandangan kami beradu. Aku pura-pura heran melihat ekspresinya.
“Sepertinya aku harus keluar. Ada urusan,” sahutnya singkat.
Lelaki itu lalu membuka pintu lemari dan mencari baju ganti. Tak lama, dia sudah rapi dan bersiap pergi.
Kuhembuskan napas dengan kasar setelah dia keluar dari kamar.
Saat deru mobil terdengar menjauh, aku memilih membuka sosmed milik wanita bernama Nabila dari laptopku. Rasa penasaranku belum tertuntaskan.
Aku bolak-balik menggeser kursor ke atas dan ke bawah. Sayang, foto yang tadi sore tak kutemukan lagi.
Mendadak aku mulai ragu. Jangan-jangan siang tadi aku salah lihat. Jangan-jangan hanya halusinasiku?
Tiba-tiba, di kepalaku terbersit untuk log in atas nama Mas Bayu di akun aplikasi yang kini sedang kubuka. Siapa tahu ada status yang hanya bisa dilihat oleh orang yang berteman dengannya.
Sejak Mas Bayu mulai mempercayaiku, aku pun tahu apa saja pin dan password yang sering dia gunakan. Dia menggunakan kode yang hampir selalu sama dan tak terduga oleh orang lain.
Tak butuh waktu lama, aku sudah bisa masuk ke akun milik Mas Bayu.
Tak ada yang mencurigakan.
Mas Bayu memang bukan tipe orang yang suka bermedsos. Hingga, tak sampai lima belas menit, ada notifikasi di akun Mas Bayu.
Mataku membulat. Ada postingan baru yang menandai akun ini.
Buru-buru kubuka notifikasi itu.
Dadaku terasa sesak saat melihat apa yang terbuka di layar. Jantung seolah mau lepas dari tempatnya. Namun, aku harus dapat mengontrol emosiku. Meski dengan tangan bergetar, aku geser kursor hingga dapat mengamatinya dengan jelas.
Wow! Tangan dua orang yang saling bertaut. Sudah bisa kupastikan salah satu tangan itu milik Mas Bayu dari jam tangan yang dipakainya.
Dan caption-nya, cukup membuatku mual:
“Jika sudah jodoh, tak akan dapat terpisah.”
BERSAMBUNG"I'll leave now Raoji," smiled Kunwar Pratap joining his palms. "I'm extremely grateful for everything you'll have done.""But...why are you leaving so soon? Weren't you supposed to go next month?" Asked a concerned Rani Hansabai."Maasisa...I actually have a lot of work left to do. So...it's best I leave. Khamma ghani." He greeted and left.Just then Ajabde entered the palace premises with Saubhgyavati and looked at Kunwar Pratap who was ready to leave.His eyes were fixed on her in an expectancy that she'd stop him; but Ajabde simply smiled and joined her palms saying, "Khamma ghani. I hope you have a safe journey."He gaped at her aghast thinking, will you not stop me? Did you only want me here for the fair? Is that it? "Dadabhai..." called Kunwar Shakti who had come along with Rawat Chundawat into the palace. "Let's leave tomorrow.""No bhai
Ajabde sat with a beaten look across her face. Over the past few weeks she had tried to follow the plan that she and Kunwar Shakti had so gaily made; but it all fell flat as soon as the man who arrived from Chittor killed himself with lead even before he could get arrested.The whole matter came in front of Rao Ram Rakha and Kunwar Pratap who rigorously chastised her. Kunwar Pratap was furious that despite his order, Ajabde had secretly gone ahead with the investigation.Rao Ram Rakha was enraged that his daughter didn't find it important to tell him anything. She was confined to her room till the Bijolia fair began.The rest of the preparations were successfully completed by the three princes of Bijolia along with Kunwar Pratap's friends under his vigilance.Ajabde was still sulking in anger. She was irritated with Kunwar Pratap's stupidity and annoyed that her father himself refused to listen.
Ajabde stared at the dead body until she heard footsteps from behind her. Turning around she saw Kunwar Shakti, who looked visibly enraged.He looked at her for a moment and then began checking the dead body for a clue of any sort. Ajabde simply watched him without a single expression on her face.Finally Kunwar Shakti pulled out a scroll and glanced at Ajabde who's eyes finally narrowed looking at the letter."Let's go before someone comes here." Suggested Ajabde and led the way.Exiting the investigation bureau, the two went into her room.Opening the scroll Kunwar Shakti's eyes nearly fell out of his sockets."What is it?" she asked him and he simply handed the letter to her."The work should be completed." She read aloud in discombobulation and then looked at the bottom of the letter. "This is inner palace emblem right?" She asked looking up at him.
"Before Jaivanta and her son comes back, I have to do something." Grunted Rani Dheerbai clenching her jaws.Rana Udai Singh had already dispatched a formal letter asking the queen to return. At the end of the day, it was his character and reputation at stake.People had begun gossiping about the fallout between the maharani and the Rana of Mewar. Rumors spread that all of this was Dheerbai's doing.But the third wife of Rana Udai Singh, just didn't seem to bother; neither was the rana showing any interest in such baseless allegations against his favourite wife. After all, this wasn't the first time where people were speaking ill of his favourite queen."What are you going to do then?" asked the ten year old Kunwar Jagmal."Let me think," she muttered and then glanced at her son saying, "why don't you meet your daajiraj?"The ten year old shrugged and went away. Kunwar Jagmal was Rana Udai Singh's favourite son. Born o
"Who?" Enquired a baffled Rana Udai Singh."Shams Khan," repeated Rawat Chundawat with a proud smile. "Baujiraj killed him in front of everyone in Kashi!""Ranaji, I suggest you bring maharanisa and Baujiraj back to Chittor." Suggested Rawat Jagga in a firm voice."Maharani Jaivantabai left the palace on her own accord that too once more." Said the king in a sharp voice. It was like his ego was bruised by the queen and her son's behaviour."But ranaji, it's been a year now since they've left." Insisted Rawat Chundawat. "If you do not bring them back it will clearly have a wrong impression on the people."Rana Udai Singh sighed aloud pressing his temples and glanced at Rani Dheerbai who smiled at him, through the semi-transparent drapes.The courtiers looked at one another disgusted with the public family strife. They knew, that neither was their auspicious Maharani respected nor was his exceptionally valiant son.Bot
"I'll sincerely miss you." Smiled Ajabde embracing Heer.Heer touched Maharani Jaivantabai's feet for blessings followed by Aachrya Raghavendra's feet and sighed sadly, "I hope one day I can come to Mewar.""Of course you can," smiled Kunwar Pratap. "Umm...but how exactly will you be going back to Amer?""Dadabhai Bhagwan Das has come to pick me up." She replied with a smile.Bidding a final farewell to them, Heer left for Amer. Maharani Jaivantabai looked at both the boys saying, "We also should leave now.""But...badi maasa, are we going back to Chittor?" asked Kunwar Shakti unable to understand where else they would go.They had stayed for a year in Kashi and after Shams Khan's death, Kashi would no longer be safe for either of them to reside. Shamsher Khan would soon be behind Kunwar Pratap and Aachrya Raghavendra suggested that it would be better if they left."Ranimaa, why don't you'll come to Bijolia?" suggest
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Komen