Seorang pria tampan yang kini menjadi atensi semua siswa mengepalkan tangan kanannya yang melayang di udara dengan erat. Perlahan tangan kiri yang mencengkram kerah baju pria yang mukanya hancur babak belur itu melonggar saat sebuah bunyi peluit mengalihkan atensi, membuat kerumunan siswapun ikut bubar dari sana.
"ANGGA PRASETYA ... RIKO SANDORO, IKUT KERUANGAN SAYA SEKARANG JUGA!" teriak Bu Dewi sambil berkacak pinggang.Tidak seperti namanya yang indah, Bu Dewi adalah guru BK dan juga guru mata pelajaran matematika yang terkenal karena ketegasan dan tatapan matanya yang mampu membuat semua siswa tunduk terkecuali Angga Prasetya."Angga, kamu itu sudah banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang kamu buat di minggu ini. Sudah hampir 5 kali dalam seminggu. Saya tidak bisa toleransi lagi, meskipun kamu adalah anak dari ketua yayasan, saya terpaksa harus melaporkan ini dan mendiskusikannya dengan orang tua kamu.""Silahkan, Bu, saya juga sudah bosan sekolah disini," jawabnya lalu melengang pergi meninggalkan ruangan sesak itu. Mengambil tas di kelasnya kemudian berjalan ke arah parkiran.Motor ninja hitamnya melaju di perjalanan yang sepi. Sore hari ini, jalanan tidak begitu macet. Ia ingin berkelana tanpa tujuan.Angga Prasetya adalah anak dari Bimo Prasetya dan Arini Rahmanita. Bimo Prasetya adalah seorang Ketua Yayasan SMA NUSANTARA sekaligus pendiri Pras Group.Pras Group adalah perusahaan no.1 di Indonesia yang bergerak dalam bidang tekstil terbesar karena bulan depan mereka akan membuka cabang pertama kali di London, Inggris. Mereka adalah perusahaan pertama yang menang tender dan juga membuat cabang di luar negeri.Angga adalah anak tunggal, ia tidak mempunyai kakak maupun adik. Hidupnya penuh tekanan karena sang Ayah yang menderita penyakit Batu Ginjal Kronis.Sebagai satu-satunya pewaris, Angga yang hobi bermusik harus merelakan impiannya dan menjadi penerus keluarganya kelak.Ia masih bisa mengikhlaskan impiannya tapi tidak dengan perjodohan. Angga ingin mempunyai seseorang yang bisa dia cintai seumur hidupnya. Bukan degan cara perjodohan seperti ini, melainkan dengan cara yang tak terduga seperti di film-film yang sering ia tonton. Terdengar dramatis, namun perjodohan bukan hal yang lumrah bagi zaman sekarang bukan?Angga berhenti di depan minimarket yang terletak di pinggir sungai besar. Sungai itu bersih, di pinggir minimarket ini ada beberapa tanaman bunga-bunga indah yang di jaga sebaik mungkin oleh pemilik minimarket karena ia sangat menyukai bunga.Angga duduk di meja yang tersedia di sana, menikmati beberapa camilan, soda dan juga rokok yang ia sebat dengan santai. Menenangkan pikirannya sejenak."Persetan dengan perjodohan itu, gue gak mau hidup diatur-atur kaya gini," gumamnya menyudahi rokoknya.Lalu angin berhembus dengan kencang, seorang wanita cantik yang masih mengenakan seragam sekolah itu melewati Angga dan berjalan masuk minimarket. Rambutnya yang panjang nan indah bergelombang seiring tebakan angin yang berhembus."Gila," gumamnya tanpa sadar."Inikah yang dinamakan jodoh?"* * *Azura berjalan dengan langkah gontai. Tenggorokannya sangat kering karena ekskul basket hari ini di adakan sampai sore guna melatih tim untuk lomba minggu depan. Sudah menjadi tradisi, setiap selesai UAS, SMA BHB akan mengadakan pekan olahraga untuk umum. Sekolahnya selalu menjadi tuan rumah.Kebetulan saat berjalan ke rumahnya dari halte bus, ada satu minimarket yang dekat dengan rumahnya. Ia bisa mampir kesana dalam perjalanan pulang."Untuk yogurtnya kalau beli 2 gratis 1 kak," ujar kasir itu menawarkan promosi."Baik kak, saya beli 2 yang rasa blueberry," jawab Azura sambil mengeluarkan dompetnya."Totalnya 37,400 kak, uangnya 50,000 kembali 12,600.""Terima kasih selamat datang kembali dihappy mart, belanja sesuai kantong anda." Kasir itu menyerahkan belanjaan Azura sambil mengucapkan slogan penutup dengan baik. Pelayanan yang sangat ramah."Terima kasih kembali, Kak," jawab Azura lalu pergi keluar.Ia duduk di pinggir pintu minimarket. Ada 3 kursi dan satu meja di sana. Sedangkan di sisi lainnya yang dekat dengan pemandangan sungai ada 4 kursi yang melingkar dengan satu meja.Azura membuka yogurt chimory rasa blueberry favoritnya. kemudian membuka juga air putih terlebih dahulu untuk di teguknya sampai habis. Untuk camilan yang ia beli, Azura berniat akan memakannya di rumah nanti untuk menonton n*****x jaga-jaga jika dirinya tidak bisa tidur."Akhirnya kekeringan ini bisa di hujani oleh air segar," monolognya seraya tersenyum.Karena pulang sore, kantin di sekolahnya sudah tutup sejak jam 3 tadi. sedangkan Azura berlatih sampai jam 5 sore. Ia lupa saat istirahat untuk membeli sebotol air putih karena tugas yang ia kerjakan semalam di robek oleh Amira yang diam-diam masuk ke dalam kamarnya.Bersandar sejenak di kursi, ia merasakan ketidak nyamanan terhadap rambutnya yang terlalu panjang.Azura membuka tasnya, lalu megambil karet untuk mengikat rambutnya asal agar tidak gerah.Saat sudah selesai, Azura buru-buru pergi karena Bundanya menelpon dirinya untuk segera pulang.Sedangkan di sisi lain, Angga memperhatikan sejak kedatangan gadis itu sampai ia pergi. Angga diam-diam mengikuti gadis itu hingga melihat apa yang akan menjadi tujuannya.Logo sekolah SMA BINA HARAPAN BANGSA."Sampai bertemu nanti cantik."* * *"Kamu darimana saja Azura?""Anak gadis pulang sore begini. Kemana kamu? Keluyuran?" omel Bundanya sambil berkacak pinggang di depan pintu masuk."M-maaf Bun, aku habis latihan--""Berani membantah kamu, ya! Sana mandi, lalu turun menggunakan baju yang sudah Bunda siapkan," titahnya yang langsung di patuhi Azura.Saat menuju kamarnya menggunakan lift, Amira keluar dari lift terlebih dahulu. Ia menabrak bahu Azura dengan sengaja membuat sang empu meringis."awwshhh," ringis Azura pelan."Lebay, gitu doang sakit! Makanya jangan jadi perebut cowo orang!" sindir Amira lalu melengang pergi dari pandangan Azura."Gue juga gak mau kali, jadi duri di hubungan orang lain!"Setelah sampai di kamarnya, Azura melihat sebuah dress berwarna putih serta sepatu hak tinggi berwarna senada tergantung di kamarnya."Silahkan non Azura, saya sudah menyiapkan air hangat untuk non Azura mandi. Setelah itu pakai dress ini dan saya akan mulai merias nona Azura dengan sangat cantik," tutur seorang wanita cantik berusia 30an itu dengan sopan dan menampilkan senyum ramah.Azura tersenyum kembali, lalu bergegas mandi sesuai dengan penjelasan wanita tadi.* * *"Kok dressnya kaya gini sih," gerutu Azura saat menaiki lift untuk turun ke bawah.Saat pintu terbuka, di depannya ada Bunda, Ayah dan juga Namira yang memakai dress hitam yang anggun dan sangat cantik tengah menunggunya dengan muka yang kesal."Ayo Azura, naik ke mobil Ayah. Kita akan makan malam bersama keluarga Prasetya dan juga keluarga Perwira hari ini di hotel Silla.""Tapi-"* * *Next Part ...Saat sudah sampai di hotel silla, mereka keluar dari mobil. Azura yang menahan diri sedari tadi tak kuasa untuk menahan diri lagi. Ia meminta izin ke toilet terlebih dahulu pada Ayah dan Bundanya."Selamat malam Pak, Bu, maaf jika kami terlambat," ujar Mahendra dengan sopan pada kedua keluarga Perwira dan juga Prasetya yang sudah duduk disana."Angga, bisa taruh ponselnya sebentar nak?" pinta sang Bunda dengan lembut.Angga hanya menarik nafas dan pasrah ketika sang Bunda yang berbicara. Ia menatap satu persatu wajah semua orang yang hadir di sana. Para orang tua sedang berbincang membicarakan perihal pekerjaan. "Dia yang bakalan jadi calon gue?" gumam Angga pelan.Lalu, seorang perempuan cantik yang mengenakan dress panjang berwarna putih, rambut hitam panjang yang terurai indah dan memakai beberapa hiasan bunga di kepala, serta make up tipis yang membuatnya tampil cantik natural mengalihkan semua atensi para orang tua dan juga orang-orang yang di meja itu.Seketika mereka terdiam.
"Pelan-pelan ih sakit," rengek Azura yang sedang di obat di ruang uks.Kebetulan petugas uks tengah mengikuti pelatihan di luar sekolah. Jadi mau tidak mau Azura harus di obati dengan terpaksa oleh Angga, calon yang di jodohkan oleh Ayahnya."Percaya sama gue, Ra, tahan bentar gue pengalaman kok ngobatin ini.""Kalo sakit cengkram aja bahu gue gapapa," ujarnya menawarkan diri.Lalu dalam hitungan 3 detik, Angga langsung membenarkan kaki Azura sehingga mengeluarkan bunyi.KREKK!!"AAGHH," teriak Azura sambil mencengkram bahu Angga dengan erat.Angga hanya tersenyum bangga saat melakukannya. Ia sama sekali tidak merasakan sakit saat Azura mencengkramnya dengan kuat."Coba gerakin kaki lo pelan-pelan," titah Angga yang langsung di turuti oleh Azura.Azura terkejut bukan main, kakinya sudah pulih hanya dalam waktu lima menit? "Kaki gue sembuh." Mata Azura berbinar. Ia turun dari ranjang uks lalu berjalan-jalan dengan mata yang riang."Ternyata kemampuan lo bagus juga. Makasih Angga," uja
Bu Ratna dengan lipstik merah tua mencibir dari meja samping sambil mengipasi wajahnya. "Duh anak zaman sekarang gak ada rasa takut-takutnya sama sekali. Memangnya kamu mau bertanggung jawab kalau sampai teman sekelasmu itu buta?"Starla menunduk sambil meremas kedua tangannya yang tak luput dari perhatian Angkasa. "Bu Ratna, saya harap ibu tidak ikut campur, ini masalah anak kelas saya." Pak Banu berdeham tegas."Ini semua karena Pak Banu terlalu baik. Coba liat anak kelas saya, mana ada yang brutal seperti ini. Belum apa-apa saja sudah mau buat anak orang buta." Bu Ratna bergidik lalu bangun dari duduknya.Starla menusuk telapak tangannya dengan kukunya yang panjang. Menyalur rasa kesal di hatinya karena ucapan guru tersebut.Dia memang bersalah tapi Starla tak sepenuhnya salah. Kalau Naura tak mengambil foto bunda lebih dulu Starla juga tidak mungkin bertindak sejauh ini.Starla tidak gila dengan tiba-tiba menyerang orang lain. Tapu taka da yang berusaha mendengar dari sisinya. S
Starla duduk di ayunan ban depan rumah sambil membaca novel. Matanya asyik membaca setiap kalimat dengan kepala yang bergoyang kecil karena suara musik.Suda hampir jam 5 sore tapi Ryan dan Skala belum juga pulang. Starla tidak peduli pada Ryan karena selalu pulang telat. Padahal sebentar lagi Ryan harus bersiap untuk ujian kelulusannya, tetapi Ryan malah sibuk bermain.Sebua mobil hitam masuk ke pekarangan rumah. Starla melepas earphone dan menghampiri si pemilik mobil yang sudah lama tak pulang. "Bang Arga?" pekik Starla senang."Akhirnya abang pulang, kali ini nginep di rumah nya lamain dong hehe biar Starla bis amain sama abang."Argantara Saputra atau yang kerap di panggil Arga itu keluar dari mobil dengan wajah suntuk. Meski begitu, Arga tetap tampan. Ia adalah kakak laki-laki Starla yang pertama. Ryan Pradipta Putra kakaknya yang kedua. Lalu Skala Kaino Putra kakak kembarnya yang ketiga. Starla anak bungsu.Arga membnting pintu mobil dengan kencang lalu mengabaikan Starla yang
"Na, balik bareng gue?" ajak Ryan pada seorang gadis manis berkuncir kuda."Boleh deh tapi anter gue ke alfa dulu," jawab Naina."Ashiappp meluncur."Terlebih lagi ada Naina, gadis manis yang membuat hidup Ryan seakan sempurna. Ryan merasa tak ada lagi yang kurang meski ayah mengabaikan kehadirannya.Lebih tepatnya semua anak-anaknya."Lo gak mau beli cemilan?" tawa Naina pada Ryan yang berdiri di belakangnya."Buat apaan?""Siapa tahu adek lo butuh. Sekali-kali beliin dia gak bikin dompet lo kering kok."Ryan menolak langsung tanpa pikir panjang. "Gak usah lah, mereka punya kaki bisa beli sendiri."Naina berdecak kecil. "Gak perhatian lo sama adik sendiri.""Gue perhatian sama lo doang soalnya." Ryan mesem-mesem sendiri dengan ucapannya."Alay," cibir Naina.Mereka bercerita riang sepanjang jalan menuju rumah Naina. Ryan bisa menjadi sangat terbuka pada Naina jika mereka sudah berdua saja. Naina menjadi pendengar terbaik yang sangat Ryan percaya lebih dari siapapun.Baik Naina maupun
"Ra, lo tahu nggak? Kemarin geger di sosmed kalau Amira sama Leon jadian!" Celotehan Naina di senin pagi ini membuat Azura semakin lesu. Azura menghela nafasnya perlahan, "Terus gue harus bilang wow gitu? Gue kan cuma anggap dia sebagai sahabat, Na. Kenapa sih orang-orang curhatin itu ke gue?" juteknya sambil mendelik malas.Azura dan Amira adalah saudara kembar tak identik. Merekat tumbuh dan bersekolah berbeda karena selalu sering bertengkar di rumah.Amira tumbuh menjadi sosok anak kesayangan kedua orang tuanya. Selalu di nomor satukan. Namun Azura, dia sebaliknya.Dari kecil, mereka memang selalu dibandingkan. Azura ingat ketika dia mendapat juara Satu di kelasnya begitu pula dengan Amira, karena mereka berbeda kelas keduanya sering mendapatkan juara satu di kelas masing-masing. Orang tua mereka hanya membanggakan Amira. Namun, satu-satunya yang ada di sisi Azura saat itu hanyalah Leon.Sejak saat itu, Azura tidak pernah lagi membicarakan hal apapun tentang dirinya kepada kedua o
Dua hari sebelumnya ..."Azura," panggil Naina sambil berlari menyusul gadis yang ia panggil."Kenapa lari? kan belum bel.""Gue mau kasih sesuatu sama lo," sahutnya sabil menggelayut manja di tangan Azura. "Ra, bokap gue kemarin pulang dari Jerman. Dia bawa beberapa oleh-oleh. Salah satunya ini-" Naina menunjukkan gantungan kunci berbentuk boneka beruang putih kecil yang lucu."Ini buat gue?" tanya Azura dengan mata berbinar."Iya, gue baik kan?" Naina menaik turunkan alisnya narsis.Azura menggerlingkan matanya, "tapi tunggu-""Apa?""Lo ... pasti mau nyontek kan?" tebak Azura menampilkan senyum miringnya."Kok lo tempe sih, Ra." Naina bersandar manja di bahu Azura. sang empu yang merasa geli pun menjauhkan kepala Naina dari bahunya."Mumpung gue lagi baik hati juga, lo boleh nyontek hari ini.""Beneran?""Iya beneran.""Serius? Mie apa?""Ck, lo mau gue berubah pikiran?"Naina menggeleng cepat, kemudian membawa buku Azura yang tadi di sodorkan olehnya.Sedangkan seorang pria tamp