Saat sudah sampai di hotel silla, mereka keluar dari mobil. Azura yang menahan diri sedari tadi tak kuasa untuk menahan diri lagi. Ia meminta izin ke toilet terlebih dahulu pada Ayah dan Bundanya.
"Selamat malam Pak, Bu, maaf jika kami terlambat," ujar Mahendra dengan sopan pada kedua keluarga Perwira dan juga Prasetya yang sudah duduk disana."Angga, bisa taruh ponselnya sebentar nak?" pinta sang Bunda dengan lembut.Angga hanya menarik nafas dan pasrah ketika sang Bunda yang berbicara. Ia menatap satu persatu wajah semua orang yang hadir di sana. Para orang tua sedang berbincang membicarakan perihal pekerjaan."Dia yang bakalan jadi calon gue?" gumam Angga pelan.Lalu, seorang perempuan cantik yang mengenakan dress panjang berwarna putih, rambut hitam panjang yang terurai indah dan memakai beberapa hiasan bunga di kepala, serta make up tipis yang membuatnya tampil cantik natural mengalihkan semua atensi para orang tua dan juga orang-orang yang di meja itu.Seketika mereka terdiam. Lalu Bimo membuka suara terlebih dahulu untuk membuka acara penting malam ini."Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul disini, jadi mari kita mulai. Silahkan Pak Mahendra," ujarnya seraya mempersilahkan Mahendra melanjutkan."Tidak usah berkenalan lagi sepertinya, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya akan menjodohkan kedua putri saya dengan kedua keluarga Prasetya dan juga Perwira.""Perkenalkan anak saya yang memakai baju hitam, namanya Amira Putri Pratama Mahendra yang akan di jodohkan dengan Angga Prasetya," jelas Mahendra."Lalu yang memakai baju putih, dia Azura Dwi Fransisca Mahendra anak kedua saya yang akan di jodohkan dengan Leon Syam Perwira. Sampai di sini, apakah kedua keluarga setuju?""Set-""Saya tidak setuju," bantah seseorang paling keras."Angga, kenapa kamu?" tanya Ayahnya sambil berbisik pelan."Boleh saya tanya alasan kamu tidak meyetujui perjodohan ini?" tanya Mahendra."Saya tidak ingin di jodohkan dengan Amira. Bolehkah saya bertukar dengan putri kedua anda?" tanya Angga dengan percaya diri."Itu-""Aku tidak keberatan Ayah," potong Azura sambil berdiri."Aku juga tidak keberatan," sambung Amira."Leon? Bagaimana pendapatmu?" tanya Perwira pada anaknya.Leon hanya diam. Membuat Mahendra mengambil kesimpulan bahwa Leon juga setuju akan hal ini."Pak Bimo, apakah bapak setuju dengan hal ini?" tanya Mahendra."Saya juga tidak keberatan, jika itu keinginan putra saya," jawabnya dengan nada rendah."Baiklah, kalau begitu semua setuju akan perjodohan ini?"Amira tersenyum, akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.Namun di sisi lain, Leon tampak tidak senang dengan hal tersebut. Entah apa yang hatinya rasakan saat ini.Ia akui Azura sangatlah cantik hari ini. Tapi bukankan ia menyukai Amira? Bukankah ia juga menjalin hubungan dengannya? Tapi kenapa rasanya sangat mengganjal di hatinya?"Semoga dengan ini, Amira gak ganggu gue lagi," ujar Azura dalam hatinya.* * *Hari rabu sudah menjadi aturan untuk para siswa-siswi SMA BHB melaksanakan literasi pagi di tengah cuaca yang terik ini.Azura duduk di paling belakang bersama Naina. Ia membaca novel yang belum sempat terselesaikan malam kemarin.Kemudian di pinggirnya, barisan khusus para siswa, seorang pria duduk sambil mmegang buku di tangannya.senyumnya terbit saat gadis di sampingnya tidak menyadari keberadaannya."Hai cantik," sapa pria itu.Azura menoleh pelan, "lo nanya ke siapa?" tanya Azura kebingungan."Lo gak inget siapa gue?"Azura menggelengkan kepalanya."Parah lo, gue calon--"Azura segera membekap mulut Angga."Lo gila?" tanya Azura. Netra keduanya bertemu dan saling beradu pandang.Angga jatuh, kali ini ia jatuh sejatuh-jatuhnya pada gadis ini. Jantungnya berdegup kencang, matanya tidak sanggup untuk berkedip. Azura semakin hari semakin cantik di matanya."Gue gila karena lo," jawabnya jujur."Jangan di ikat ya rambutnya, lo jelek kalau di ikat." Angga membuka tanpa aba-aba ikatan rambutnya.Jika saja literasi belum di mulai, ia sudah mengomeli pria tengil itu karena berani menyentuhnya. Terutama rambut kesayangannya.* * *Mylove❤| kamu hari ini bisa jemput aku? Anda nanti aku kesana |Mylove❤| Aku tunggu depan gerbang.Leon menghela nafasnya pelan. Ia sedang duduk di kursi taman belakang yang jarang di lewati orang-orang kecuali siswa-siswi yang mengikuti ekskul."Kenapa gue gak merasa senang? Padahal bagus dong, gue di jodohin sama Amira yang notabane nya pacar gue?" monolog Lron sembari mengacak-acak pelan rambutnya.Di sisi lain, di tembok penjuru lorong ada seorang gadis yang tadi akan melewati jalan ini terhenti ketika netranya melihat seseorang yang ia kenal.Ia hanya mengintip di balik tembok itu. "Leon kenapa ya? Dia kaya frustasi.""Soalnya gue tahu, Le, tempat ini adalah tempat yang sering kita kunjungi kala kita punya pikiran berat," gumam Azura kecil.Azura memutuskan untuk kembali ke kelas. Ia tak berniat mengganggu Leon jika sedang disana. Apalagi dari kemarin dia tidak bercakap sama sekali dengannya. Rasanya ada perasaan canggung untuk pertama kali."Awssshh, sakit!" rengek Azura saat ia tak sengaja terjatuh akibat seorang pria yang sedang bermain kejar-kejaran dengan teman yang lainnya. Mereka adalah anak-anak IPS 4 yang selalu masuk ke ruang guru BK."Lebay lo, gitu doang sakit!" cibir Rio sambil tersenyum mengejek.Rio duduk, menyetarakan tingginya dengan gadis yang ia tabrak."Cantik juga, boleh kenalan?" Rio mengulurkan tangannya yang saat itu juga di tepis oleh Azura.Azura tertatih dengan susah, namun ia kembali terjatuh karena kakinya seperti terkilir. Itu terasa sangat sakit saat ia berdiri."L-lo gapapa? Gue antar lo ke uks ya?" tawar Rio yang di jawab gelengan oleh gadis itu."Ga usah, sana lo pergi," usirnya dengan nada dingin."Gue minta maaf, gue antar lo ke uks. Sini gue gendong."Saat hendak menggendong Azura, tangannya kembali di tepis ke sembarang arah. Kali ini bukan Azura, melainkan Angga.Tanpa banyak bicara, ia menggendong Azura ala brydle style. Semua atensi kini tertuju pada kejadian itu.Saat pagi tadi mereka geger akan kedatangan seorang siswa tampan dan kini siswa tersebut melakukan aksi keren yang membuat semua orang kini kembali cemburu pada sosok Azura si gadis yang terkenal karena berprestasi, mengikuti lomba-lomba fisika, kimia, bahkan pernah meraih sertifikat perlombaan yang di adakan di Tokyo, Jepang tahun lalu. Selain terkenal karena prestasi, ia juga terkenal karena jago basket. Sehingga ia di tunjuk menjadi ketua basket tim putri di sekolahnya.Leon yang hanya menjadi penonton itu terdiam kaku. Perasaannya begitu campur aduk tat kala melihat kejadian tadi.* * *Next Part ..."Pelan-pelan ih sakit," rengek Azura yang sedang di obat di ruang uks.Kebetulan petugas uks tengah mengikuti pelatihan di luar sekolah. Jadi mau tidak mau Azura harus di obati dengan terpaksa oleh Angga, calon yang di jodohkan oleh Ayahnya."Percaya sama gue, Ra, tahan bentar gue pengalaman kok ngobatin ini.""Kalo sakit cengkram aja bahu gue gapapa," ujarnya menawarkan diri.Lalu dalam hitungan 3 detik, Angga langsung membenarkan kaki Azura sehingga mengeluarkan bunyi.KREKK!!"AAGHH," teriak Azura sambil mencengkram bahu Angga dengan erat.Angga hanya tersenyum bangga saat melakukannya. Ia sama sekali tidak merasakan sakit saat Azura mencengkramnya dengan kuat."Coba gerakin kaki lo pelan-pelan," titah Angga yang langsung di turuti oleh Azura.Azura terkejut bukan main, kakinya sudah pulih hanya dalam waktu lima menit? "Kaki gue sembuh." Mata Azura berbinar. Ia turun dari ranjang uks lalu berjalan-jalan dengan mata yang riang."Ternyata kemampuan lo bagus juga. Makasih Angga," uja
Bu Ratna dengan lipstik merah tua mencibir dari meja samping sambil mengipasi wajahnya. "Duh anak zaman sekarang gak ada rasa takut-takutnya sama sekali. Memangnya kamu mau bertanggung jawab kalau sampai teman sekelasmu itu buta?"Starla menunduk sambil meremas kedua tangannya yang tak luput dari perhatian Angkasa. "Bu Ratna, saya harap ibu tidak ikut campur, ini masalah anak kelas saya." Pak Banu berdeham tegas."Ini semua karena Pak Banu terlalu baik. Coba liat anak kelas saya, mana ada yang brutal seperti ini. Belum apa-apa saja sudah mau buat anak orang buta." Bu Ratna bergidik lalu bangun dari duduknya.Starla menusuk telapak tangannya dengan kukunya yang panjang. Menyalur rasa kesal di hatinya karena ucapan guru tersebut.Dia memang bersalah tapi Starla tak sepenuhnya salah. Kalau Naura tak mengambil foto bunda lebih dulu Starla juga tidak mungkin bertindak sejauh ini.Starla tidak gila dengan tiba-tiba menyerang orang lain. Tapu taka da yang berusaha mendengar dari sisinya. S
Starla duduk di ayunan ban depan rumah sambil membaca novel. Matanya asyik membaca setiap kalimat dengan kepala yang bergoyang kecil karena suara musik.Suda hampir jam 5 sore tapi Ryan dan Skala belum juga pulang. Starla tidak peduli pada Ryan karena selalu pulang telat. Padahal sebentar lagi Ryan harus bersiap untuk ujian kelulusannya, tetapi Ryan malah sibuk bermain.Sebua mobil hitam masuk ke pekarangan rumah. Starla melepas earphone dan menghampiri si pemilik mobil yang sudah lama tak pulang. "Bang Arga?" pekik Starla senang."Akhirnya abang pulang, kali ini nginep di rumah nya lamain dong hehe biar Starla bis amain sama abang."Argantara Saputra atau yang kerap di panggil Arga itu keluar dari mobil dengan wajah suntuk. Meski begitu, Arga tetap tampan. Ia adalah kakak laki-laki Starla yang pertama. Ryan Pradipta Putra kakaknya yang kedua. Lalu Skala Kaino Putra kakak kembarnya yang ketiga. Starla anak bungsu.Arga membnting pintu mobil dengan kencang lalu mengabaikan Starla yang
"Na, balik bareng gue?" ajak Ryan pada seorang gadis manis berkuncir kuda."Boleh deh tapi anter gue ke alfa dulu," jawab Naina."Ashiappp meluncur."Terlebih lagi ada Naina, gadis manis yang membuat hidup Ryan seakan sempurna. Ryan merasa tak ada lagi yang kurang meski ayah mengabaikan kehadirannya.Lebih tepatnya semua anak-anaknya."Lo gak mau beli cemilan?" tawa Naina pada Ryan yang berdiri di belakangnya."Buat apaan?""Siapa tahu adek lo butuh. Sekali-kali beliin dia gak bikin dompet lo kering kok."Ryan menolak langsung tanpa pikir panjang. "Gak usah lah, mereka punya kaki bisa beli sendiri."Naina berdecak kecil. "Gak perhatian lo sama adik sendiri.""Gue perhatian sama lo doang soalnya." Ryan mesem-mesem sendiri dengan ucapannya."Alay," cibir Naina.Mereka bercerita riang sepanjang jalan menuju rumah Naina. Ryan bisa menjadi sangat terbuka pada Naina jika mereka sudah berdua saja. Naina menjadi pendengar terbaik yang sangat Ryan percaya lebih dari siapapun.Baik Naina maupun
"Ra, lo tahu nggak? Kemarin geger di sosmed kalau Amira sama Leon jadian!" Celotehan Naina di senin pagi ini membuat Azura semakin lesu. Azura menghela nafasnya perlahan, "Terus gue harus bilang wow gitu? Gue kan cuma anggap dia sebagai sahabat, Na. Kenapa sih orang-orang curhatin itu ke gue?" juteknya sambil mendelik malas.Azura dan Amira adalah saudara kembar tak identik. Merekat tumbuh dan bersekolah berbeda karena selalu sering bertengkar di rumah.Amira tumbuh menjadi sosok anak kesayangan kedua orang tuanya. Selalu di nomor satukan. Namun Azura, dia sebaliknya.Dari kecil, mereka memang selalu dibandingkan. Azura ingat ketika dia mendapat juara Satu di kelasnya begitu pula dengan Amira, karena mereka berbeda kelas keduanya sering mendapatkan juara satu di kelas masing-masing. Orang tua mereka hanya membanggakan Amira. Namun, satu-satunya yang ada di sisi Azura saat itu hanyalah Leon.Sejak saat itu, Azura tidak pernah lagi membicarakan hal apapun tentang dirinya kepada kedua o
Dua hari sebelumnya ..."Azura," panggil Naina sambil berlari menyusul gadis yang ia panggil."Kenapa lari? kan belum bel.""Gue mau kasih sesuatu sama lo," sahutnya sabil menggelayut manja di tangan Azura. "Ra, bokap gue kemarin pulang dari Jerman. Dia bawa beberapa oleh-oleh. Salah satunya ini-" Naina menunjukkan gantungan kunci berbentuk boneka beruang putih kecil yang lucu."Ini buat gue?" tanya Azura dengan mata berbinar."Iya, gue baik kan?" Naina menaik turunkan alisnya narsis.Azura menggerlingkan matanya, "tapi tunggu-""Apa?""Lo ... pasti mau nyontek kan?" tebak Azura menampilkan senyum miringnya."Kok lo tempe sih, Ra." Naina bersandar manja di bahu Azura. sang empu yang merasa geli pun menjauhkan kepala Naina dari bahunya."Mumpung gue lagi baik hati juga, lo boleh nyontek hari ini.""Beneran?""Iya beneran.""Serius? Mie apa?""Ck, lo mau gue berubah pikiran?"Naina menggeleng cepat, kemudian membawa buku Azura yang tadi di sodorkan olehnya.Sedangkan seorang pria tamp
Seorang pria tampan yang kini menjadi atensi semua siswa mengepalkan tangan kanannya yang melayang di udara dengan erat. Perlahan tangan kiri yang mencengkram kerah baju pria yang mukanya hancur babak belur itu melonggar saat sebuah bunyi peluit mengalihkan atensi, membuat kerumunan siswapun ikut bubar dari sana."ANGGA PRASETYA ... RIKO SANDORO, IKUT KERUANGAN SAYA SEKARANG JUGA!" teriak Bu Dewi sambil berkacak pinggang. Tidak seperti namanya yang indah, Bu Dewi adalah guru BK dan juga guru mata pelajaran matematika yang terkenal karena ketegasan dan tatapan matanya yang mampu membuat semua siswa tunduk terkecuali Angga Prasetya."Angga, kamu itu sudah banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang kamu buat di minggu ini. Sudah hampir 5 kali dalam seminggu. Saya tidak bisa toleransi lagi, meskipun kamu adalah anak dari ketua yayasan, saya terpaksa harus melaporkan ini dan mendiskusikannya dengan orang tua kamu." "Silahkan, Bu, saya juga sudah bosan sekolah disini," jawabnya lalu melen