DIAMNYA ISTRIKU

DIAMNYA ISTRIKU

last updateLast Updated : 2023-10-12
By:  RENA ARIANACompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.2
367 ratings. 367 reviews
216Chapters
967.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Indah seorang istri yang harus direndahkan oleh suami yang kejam. Harus terusir dari rumah karena memilih berpisah. Lika liku kehidupan percintaan pun mulai dialaminya. Bagaimana kelanjutannya?

View More

Chapter 1

Bab 1

 

 

Beberapa hari belakangan ini, aku perhatikan, Indah istriku lebih banyak diam. Tak seperti biasanya sangat bawel dan cerewet serta penuh perhatian. Tapi sudah hampir seminggu ini, dia lebih banyak mendiamkanku. Entah apa penyebabnya. 

 

 

Sore ini, selepas pulang kerja Indah tak mau menyapaku. Padahal aku sudah menghampirinya yang tengah duduk termenung di bangku taman belakang rumah. 

 

 

"Ma, Papa pulang," sapaku. Namun, wanita yang sudah 10 tahun menemaniku itu hanya terdiam. Sejenak ia menoleh ke arahku kemudian bergegas masuk ke dalam rumah. "Ada apa ini?" batinku bertanya. Tak perlu pikir panjang, aku pun menyusulnya ke dalam. 

 

 

Trakt!

 

Aku coba membuka gagang pintu, sesampainya aku di depan kamar. Namun, pintu itu tidak dapat terbuka. Indah menguncinya dari dalam. 

 

 

"Ma, buka …," pintaku sambil mengetuk pintu. Tapi percuma, beberapa kali aku mencoba, Indah tak kunjung membukanya.

 

 

Saat aku tengah termenung di depan pintu memikirkan sikap Indah, tiba-tiba saja ponselku bergetar. Sejenak kuraih ponsel itu dari dalam saku celana. "Halo, May," sapaku pada wanita yang akan menjadi istri keduaku beberapa hari lagi. Perempuan yang akan menjadi madu dari istriku itu langsung berceloteh manja menceritakan tentang persiapan pernikahan yang sudah hampir finish. 

 

 

10 tahun aku menikah dengan Indah, rumah tangga kami begitu hampa. Tidak ada tangis anak-anak. Indah wanita yang sangat cantik, baik dan penyayang. Memiliki jiwa sosial yang tinggi juga ramah. Terutama pada kalangan yang membutuhkan, Indah akan memperlakukan mereka seperti keluarga.

 

 

"Mas, aku sudah ambil pesanan baju pengantin kita. Semua sudah beres. Aku seneng banget, akhirnya sebentar lagi aku bisa jadi istri kamu. Aku janji, aku akan menjadi istri idaman kamu, Mas. Aku akan hormat dan menyayangimu. Aku juga akan menyayangi Mbak Indah," ucap Maya. 

 

 

Wanita itu adalah tetangga istriku di kampung. Aku merasa ini seperti takdir karena Maya kebetulan bekerja di kantorku dan menjabat sebagai sekretaris. Saat kami ada acara kantor, Maya dan Indah bertemu, keduanya saling menyapa dan ternyata saling mengenal. Sejak hari itu aku menjadi akrab dengannya di kantor. Sering keluar bareng untuk sekedar makan siang dan juga bareng ketika hendak berangkat ataupun pulang dari kantor.

 

 

Semakin lama, kami semakin akrab hingga akhirnya memberanikan diri untuk saling berkirim pesan. Jelas Tanpa sepengetahuan Indah. Kami tahu itu salah. Namun, kami yakinkan kalau kami hanya sekedar berteman. Seiring bergulirnya waktu, timbul perasaan nyaman, kangen, sayang dan rasa ingin memiliki. Aku ungkapkan perasaanku pada Maya, dan ternyata Maya juga memiliki perasaan yang sama. Aku sadar perasaanku padanya adalah perasaan yang salah. Maya pun sadar akan hal itu. Setelah kami bertemu dan berbicara, akhirnya aku membawa Maya ke rumah dan meminta izin pada Indah untuk menikahi sahabatnya. Jelas, tidak adanya seorang anak menjadi alasanku saat itu.

 

 

"Kok Mas dan Maya bisa barengan begitu? Ada apa?" tanya Indah saat itu. Tepatnya, saat kami bertiga sudah duduk bersama di ruang tamu. Maya tertunduk sementara aku memberanikan diri dan mencoba untuk membuka suara. 

 

 

"Ma," lirihku. 

 

 

"Ada apa, Pa?" tanya Indah. Wajahnya terlihat tegang. 

 

 

"Maafin, Papa, Ma," ucapku sambil menghampiri Indah lalu bersimpuh di kakinya. 

 

 

"Ada apa ini, Pa?" Wajah teduh perempuan itu mulai terlihat panik. Sementara Maya masih tertunduk. 

 

 

"Papa mencintai Maya. Papa ingin menikahinya. Papa tidak ingin berselingkuh, makanya Papa minta izin sama Mama. Maaf, Ma. Papa tidak pandai berbasa basi, maka langsung pada inti," ucapku tegas. 

 

 

Indah mulai menyingkirkan tanganku yang menggenggam tangannya. Sepertinya dia sangat kecewa. Kutatap manik mata perempuan itu. Di sana terlihat bulir bening mengepung dan siap untuk terjatuh. Aku tahu betul, mungkin saja dia sangat terluka. Tapi bagaimana lagi? Aku juga mencintai Maya dan menginginkannya. 

 

 

"Aku wanita sempurna! Aku bisa memberikan Mas Danang seorang anak," timpal Maya saat itu. Seketika membuat wajah Indah bersemu merah. Namun, perempuan itu hanya menatap Maya tanpa sepatah katapun. 

 

 

"Kamu wajib mengijinkan aku karena kamu tidak bisa memberiku seorang anak," tekanku. "Dan lagi pula, agama juga tidak melarang poligami. Apalagi ada alasan kuatnya," imbuhku sok mengerti tentang agama. Memang seperti itu yang aku ketahui. Poligami tidak dilarang. Jika Indah menyetujuinya, maka surga imbalannya. Seharusnya dia bersyukur karena aku telah memberinya surga.

 

 

"Kamu tidak punya hak untuk melarang, Mbak. Daripada kami berselingkuh di belakangmu? Itu lebih menyakitkan untukmu. Tolong, Mbak jangan egois. Kami saling mencintai. Dan aku akan menjadi adik madu yang baik untukmu, Mbak. Aku mohon. Aku pun tidak akan merebut apalagi menyingkirkan Mbak Indah. Aku akan menghormati Mbak Indah sebagai Kakak maduku," tekan Maya menimpali. Aku segera bangun dari persimpuhan dan kembali duduk di samping Maya. Mata cantik Indah sudah tidak mampu lagi menahan air matanya. Hingga bulir bening itu pun menetes dengan derasnya. Membasahi pipi mulusnya. Ada perasaan sakit melihatnya menangis. Namun, entah kenapa egoku mengalahkan segalanya.

 

 

"Bagaimana, Ma? Kenapa kamu diam saja?" Kuberanikan diri untuk bertanya. "Mama ijinkan tidak Papa menikahi Maya?" tanyaku. 

 

 

Anggukan kepala Indah tunjukkan. Kemudian gegas berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamar. Aku dan Maya saling lempar pandang lalu mengulum senyum termanis. 

 

 

"Akhirnya, Mas. Aku janji akan menyayangi Mbak Indah. Pokoknya aku tidak akan menjadi istri muda seperti dalam cerita. Dimana istri muda yang jahat," ucap Maya seraya menyandarkan kepalanya di dadaku. 'Terimakasih Indah, telah memberiku izin. Kamu memang wanita surga.'

 

 

"Halo! Mas! Halo! Aku kan bilang, aku sudah mengambil pesanan baju pengantin kita yang akan kita kenakan dua hari lagi!" ucapnya sedikit membentak. Mungkin kesal karena aku tidak menanggapi ucapannya. Entahlah, aku larut ke dalam lamunan.

 

 

"Iya, Sayang. Iya. Mas sudah dengar kok."

 

 

"Oh iya, Mas ke rumah deh. Kasihin baju untuk dikenakan Mbak Indah di hari pernikahan kita," pinta Maya. 

 

 

"Oke, Sayang," jawabku. Kembali aku pun mengetuk pintu kamar. 

 

 

"Ma, buka pintunya. Mama jangan bersikap begitu sama Papa. Kenapa Papa merasa kehilangan sosok ceria Mama. Ma, ayo dong buka pintu," ucapku terus mengetuk pintu. Tidak ada sahutan sama sekali. Hanya ada suara hening. 

 

 

"Ya Allah, ada apa dengan istriku? Kenapa dia diam begitu? Akhir-akhir ini juga wajahnya tampak pucat. Apa dia sakit? Kenapa dia tidak mau berbicara padaku? Apa salahku?"

 

 

"Ma! Jangan siksa Papa dengan sikap diammu! Apa yang harus Papa lakukan agar Mama mau membuka suara? Buka Ma! Kalau tidak Papa akan dobrak pintunya!" ancamku. 

 

 

Beberapa menit kemudian, setelah aku hendak menendang pintu, Indah lebih dulu membuka pintunya hingga aku urung untuk menendang pintu itu. 

 

 

"Apa pertanyaan untuk apa yang aku inginkan masih berlaku?" ucapnya menatap kedua bola mataku. Ada kesedihan mendalam di wajah wanita yang sudah 10 tahun mendampingiku itu. 

 

 

"Iya, Ma. Apapun itu. Asal Mama jangan mendiamkan Papa seperti itu!. Papa sayang sama Mama. Sangat," ucapku hendak meraih tubuh Indah ke pelukanku. Namun, wanita itu langsung menghindarinya. 

 

 

"Jawab permintaan aku dulu," singkatnya tanpa embel-embel Mama ataupun Papa.

 

 

"Katakan, Ma."

 

 

"Batalkan pernikahan Papa dan Maya. Apa Papa bersedia?" pintanya membuat tenggorokanku tercekat. 

 

 

 

Bersambung ….

 

 

 

Expand
Next Chapter
Download

Book Review

Latest chapter

To Readers

Keheningan istriku adalah novel roman, menceritakan kisah cinta yang penuh liku. Dia mencintainya dan memilih untuk menikah dengannya, sementara dia sering disakiti olehnya. Akhirnya, dia bertekad untuk bercerai dan diusir dari rumah bersama mereka. Apakah dia akan berubah pikiran dan apakah mereka akan berdamai?

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
82%(302)
9
1%(4)
8
3%(10)
7
2%(6)
6
3%(11)
5
1%(4)
4
1%(4)
3
0%(1)
2
4%(13)
1
3%(12)
9.2 / 10.0
367 ratings · 367 reviews
Write a review
default avatar
nuryn syafiqah
pls endingnya indah sama reyhan nggak sih pokoknya aku ngga mau tengok kalau endingnya indah sama orang lain plss ......
2024-04-30 19:38:28
2
user avatar
afritiani saragih
sesion 2nya baca di mana thor..
2024-04-07 15:28:55
0
user avatar
Anisa Nisa
kenapa si rehan jadinya Sama luna sih
2024-03-25 08:59:36
0
user avatar
Takiim
keren, andaikan endingnya indah balik sama Reyhan malah tambah kerem
2023-12-30 18:00:47
0
user avatar
Erna Wati
sedih perjalanan cinta nya indah.. Semoga kelak bahagia
2023-11-12 10:24:49
0
default avatar
Turina
Bagus ceritanya
2023-10-15 22:32:57
0
user avatar
suka shopping
coba lah yg buat aplikasi ini harga koinnya dimurahin, misal 1 koin = 2 rupiah gitu kan jadi buanyak yg mau beli koin karena murah. gausah mahal²lah biar banyak yg beli koin. atau setiap unlock bab koinnya 2 aja gitu, kalo 14 koin kebanyakan
2023-09-17 13:38:07
12
default avatar
Dian Yana
suka banget cerita nya,,, sayang gak bsa BCA lgi hihi,,,koint habis ...
2023-09-05 04:05:10
1
user avatar
Rara Akmalkananya
koinnyh mhl bngt ...
2023-06-12 23:01:28
1
user avatar
Uswatun Khasanah
ga bisa baca lagi karna kehabisan koin untuk membuka kunci. Padahal seru, penasaran sama endingnya
2023-05-24 12:28:08
0
user avatar
Putriku Sholeha
kok terkuci gak bisa di baca......
2023-05-12 23:11:28
0
user avatar
Susy Lawatie Fatimah
mudah-mudahan happy ending ya.
2023-03-20 08:36:24
1
user avatar
Mute Abizar
knPa di fizo novel gak di up lagi padahal lg greget2nya, di sni harus pake koin
2023-03-03 21:49:37
6
user avatar
Sukrina Buchari
alur ceritanya bgus banget
2023-02-27 10:55:49
0
user avatar
Nhy Nhy
kak kpn update lagiii.... ............
2023-02-21 21:08:40
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 25
216 Chapters
Bab 1
  Beberapa hari belakangan ini, aku perhatikan, Indah istriku lebih banyak diam. Tak seperti biasanya sangat bawel dan cerewet serta penuh perhatian. Tapi sudah hampir seminggu ini, dia lebih banyak mendiamkanku. Entah apa penyebabnya.   Sore ini, selepas pulang kerja Indah tak mau menyapaku. Padahal aku sudah menghampirinya yang tengah duduk termenung di bangku taman belakang rumah.   "Ma, Papa pulang," sapaku. Namun, wanita yang sudah 10 tahun menemaniku itu hanya terdiam. Sejenak ia menoleh ke arahku kemudian bergegas masuk ke dalam rumah. "Ada apa ini?" batinku bertanya. Tak perlu pikir panjang, aku pun menyusulnya ke dalam.   Trakt! Aku coba membuka gagang pintu, sesampainya aku di depan kamar. Namun, pintu itu tidak dapat terbuka. Indah menguncinya dari dalam.&nb
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more
Bab 2
"Apa pertanyaan untuk apa yang aku inginkan masih berlaku?" ucapnya menatap kedua bola mataku. Ada kesedihan mendalam di wajah wanita yang sudah 10 tahun mendampingiku itu.  "Iya, Ma. Apapun itu. Asal Mama jangan mendiamkan Papa seperti itu!. Papa sayang sama Mama. Sangat," ucapku hendak meraih tubuh Indah ke pelukanku. Namun, wanita itu langsung menghindarinya.  "Jawab permintaan aku dulu," singkatnya tanpa embel-embel Mama ataupun Papa. "Katakan, Ma." "Batalkan pernikahan Papa dan Maya. Apa Papa bersedia?" pintanya membuat tenggorokanku tercekat.  Sejenak aku terdiam tidak langsung menjawab permintaannya. Ini tidaklah mungkin. Semua keperluan pernikahan sudah disiapkan. Undangan juga sudah disebar. Lantas bagaimana mungkin aku membatalkan pernikahan ini. Aku tidak mungkin bisa melakukannya. Itu sama saja
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more
Bab 3
BAB 3 "Mas gimana masih nggak mau buka pintu istri pertamamu? Ya sudahlah biarkan saja. Kan masih ada aku," ucap Maya yang tiba-tiba saja membuatku dongkol.  "Kalau dia mau buka pintu, aku tidak mungkin masih di sini! Kalau bertanya itu yang pakai logika kenapa!" bentakku membuat Maya terdiam. Tak peduli apa yang dia pikirkan.  "Minggir kamu! Aku mau dobrak pintunya!" pintaku dengan nada suara yang meninggi. Tampak mata Maya berkaca-kaca. Tapi, aku tak memperdulikannya karena fokusku saat ini ada pada Indah.  Maya menyingkir, aku pun mulai mengambil ancang-ancang. Satu, dua, dan… Brak!Brak!Brak!Akhirnya setelah m
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more
Bab 4
Bab 4 "Mas! Bangun, Sayang. Udah siang. Kamu hebat banget. Aku makin cinta sama kamu," puji Maya. Seumur-umur, Indah tidak pernah memuji kehebatanku seperti ini.  "Hem… udah jam berapa ini?" tanyaku. Hari ini sengaja bangun siang karena kami tidak berniat untuk pergi ke kantor. Maklum, pengantin baru.  "Jam sepuluh, Sayang. Perut aku krutuk-krutuk. Kayaknya lapar. Hehheeh," tawa Maya sambil memegangi perutnya.  "Mau mandi dulu apa sarapan dulu?" tanyaku.  "Mandi dulu lah, Mas. Keramas dulu. Oh iya, memang ada makanan?" tanyanya.  "Jangan khawatir kalau soal itu. Indah pasti sudah menyiapkan seperti biasanya. Dia pasti memaklumi kita
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more
Bab 5
"Aku nggak nyangka, Mas. Kamu bisa semarah itu sama Indah," ucap Maya.  "Biar saja, May. Biar dia tahu diri. Memang wanita tak pandai bersyukur. Sudah dikasih hidup enak malah bertingkah. Apa susahnya sih membiarkanku menikah lagi? Toh aku bisa memberikannya nafkah. Aku memiliki uang yang bisa menjamin hidupnya. Cuma tinggal jadi istri saja kok banyak mau." "Masa Mas setega itu sih. Sampai rumah yang ditempati orang tua Indah harus diambil kasian mereka, Mas." "Tidak sudi dan tidak ikhlas hartaku dibagi untuknya. Kalau sudah cerai, ya mereka tidak punya hak apapun. Yang kerja aku, semua yang ada milikku. Mending punya anak, bisa untuk anak. Nggak ada anak ya nggak punya hak lah!"   "Masih mending biaya untuk kuliahnya dia aku tidak minta ganti rugi. Biaya ku
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Bab 6
POV INDAH "Katanya mau minta tolong?" ujar Haris lagi. "Kok kaya kebanyakan mikir?" lanjutnya. "Katakan, Ndah. Jangan malu-malu. Kalau kami bisa bantu, akan kami bantu." Tiba-tiba saja Reyhan datang dan langsung menimpali. Pemuda dingin itu langsung duduk di sampingku membuat mata Haris nyaris membulat sempurna.  "Kenapa lo liatin gue segitunya?" tanya Reyhan.  "Nggak ada si, Rey. Cuma bingung aja. Tumben gitu," jawab Haris.  "Kamu katakan apa yang bisa kami bantu?" Kali ini Reyhan yang bertanya.  "Mau minta tolong aja ribet banget kamu, Ndah. Ngomong aja. Nggak usah nggak enak-enakan!" lanjutnya lagi. Ya Allah, jutek banget Reyha
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Bab 7
POV DANANG Pagi ini aku sangat senang sekali hatinya. Buru-buru aku meminta Maya bersiap. Mengajaknya untuk segera pergi ke kampung mantan mertuaku itu. Tahukah kalian untuk apa? Jelas untuk mempermalukan keluarga Indah di sana. "Bangun dong, Sayang. Mandi cepat," ujarku mencubit hidungnya yang mungil dan mancung itu. Malam ini Maya benar-benar luar biasa. Perempuan itu memang sangat berbeda sekali.  "Aku masih ngantuk, Mas," ucapnya sembari memanyunkan bibir. Persis sekali seperti anak kecil.  "Mas mau pergi ke kempung orang tua Indah. Mas mau usir mereka. Memang kamu tidak ingin lagi melihat kampung itu?"  "Kamu serius mau usir mereka? Kasihan, Mas. Lagi pula itu kan tanah orang tua Indah yang aku tahu. Tak la
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Bab 8
POV DANANGKenapa rumah ini terasa begitu sunyi. Sangat sunyi dan tidak seperti biasanya. Kemana penghuninya berada.  "Bu! Ibu!" Aku terus memanggil mantan mertuaku itu. Tapi tak kunjung dibuka pintunya. Dari menekan bel hingga gedoran pintu cukup keras tidak ada yang membukanya. "Sial!" gumamku. Karena sangking kesalnya, akhirnya pintu rumah itu kutendang sekencang mungkin.  "Buka! Woy! Pada mati nggak ketahuan kali ya!" teriakku lagi. Entah kenapa, setelah mentalak Indah, hilang juga rasa hormatku pada mereka.  "Assalamualaikum," terdengar suara mengucap salam. Aku dan Maya menoleh ke sumber suara itu. Berat rasanya menjawab salamnya. Lagian moodku juga sedang tidak bagus. "Walaikumsalam," jawab Maya lirih. "Eh Bu Endah," s
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Bab 9
POV MAYA Sebenarnya aku senang Mas Danang berbuat sedemikian itu pada Indah. Aku juga senang pada akhirnya Indah Pergi. Aku jadi tidak memiliki saingan lagi. Karena jelas aku menjadi istri satu-satunya. Istri Mas Danang. Sudah kaya, tampan pula. Tapi …..Tapi yang aku takutkan Mas Danang akan memperlakukan aku seperti Indah. Wajah tampan yang terlihat kalem ternyata hatinya seperti itu. Mengerikan juga. Aku tidak boleh bodoh seperti Indah harus selangkah lebih maju.  Jujur aku mencintai Mas Danang. Aku bahagia dia bisa menjadi suamiku. Meskipun aku jadi yang kedua, toh aku yakin bisa sepenuhnya mendapat kasih sayang dari Mas Danang. Sebab, istri pertamanya itu kan tidak bisa memberikan keturunan. Sedangkan Mas Danang sangat menginginkan seorang anak. Hanya saja, baru sehari aku menjadi istri Mas Danang,
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Bab 10
POV INDAH "Gue jalan dulu, Bos," ucap Haris dengan raut wajah meledek. Entah apa maksudnya. Reyhan tak menjawab dan memilih untuk menghabiskan roti bakarnya.  "Si Reyhan kenapa, Ris. Aneh ya? Kadang baik, kadang judes. Kayak orang angot-angotan gitu," lirihku setengah berbisik. Haris terlihat cekikikan.  "Jangan begitu, Ndah. Kayak baru kenal Reyhan aja," ujarnya. Aku hanya menganggukan kepala.  "Kalau mau berangkat kerja, berangkat aja! Nggak usah ghibahin saya!" sungutnya sembari berjalan cepat. Padahal tadi dia masih makan roti bakar. Cepet banget tiba-tiba sudah ada di belakang. Aku sedikit merasa tak enak. Sementara Haris hanya menertawakannya.  Saat kami sampai di mobil, Reyhan yang sudah berada di da
last updateLast Updated : 2021-08-30
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status