Caius mengembuskan napasnya lelah. Ia akhirnya ditahan dalam sel penjara, di tempat di mana ia bekerja. Pria bertubuh gempal tersebut kemudian meringis saat merasakan nyeri di tangannya tersebut.
Suasana sel penjara tersebut cukup sunyi, membuat Caius dapat mendengar suara langkah kaki seseorang yang sedang menghampiri selnya.
“ Serius deh ... kebetulan sekali hari ini adalah hari di mana teman dan keluarga diizinkan untuk melakukan kunjungan.”
Caius menoleh dan mendapati Killian tengah memandanginya dengan sorot mata kasihan, “Macmillan!”
“Kamu ceroboh, Arlensta,” hardik Killian dengan mata tajamnya.
Caius berdecak, tersenyum miring dan mencibir dirinya sendiri, “Aku kehilangan kontrolku saat melihat Harris dengan begitu ngototnya mengatakan bahwa tidak ada bukti palsu di dalam ruang arsip.”
“Aku sudah bisa menebak ini karena sikapmu itu memang seperti itu, bukan?”
Miya memandang getir surat kabar yang baru saja selesai ia baca tersebut. Di halaman utama surat kabar tersebut, memuat berita tentang skandal percintaan kepala inspektur Departemen Investigasi Kriminal Scotland Yard yang baru, Killian Macmillan. Di dalam berita tersebut, tertulis namanya, Miya Arcelia, sebagai kekasih Killian yang sangat dicintai oleh pria berkacamata tersebut.Namun, yang membuat Miya merasakan denyutan di dadanya. Terasa sakit sekaligus sesak itu, karena sang penulis berita tersebut cenderung menekankan perbedaan umur yang jauh, juga perbedaan status sosial yang bisa saja menggiring opini publik menjadi buruk terhadap hubungan mereka.Bangsawan dan kelas pekerja. Secara tersirat, kedua status sosial tersebut tidak akan pernah bisa bersatu, apa pun alasannya.Dan seketika, Miya memiliki kekhawatiran karena hal tersebut. Miya merasa takut terhadap berbagai hal. Kehilangan, tatapan rendah, serta caci maki. Namun, yang paling ia
“Untuk pertama-tama, kita harus mencari tahu pendapat publik tentangmu, Sayang.”“Bukankah sudah jelas jika mereka membenciku?”Lucian mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa terkejut ketika ia mendatangi ruang makan, dan mendapati Peter sedang berdebat dengan Lumiere.“Memangnya kebencian akan tetap terjalin meskipun sudah bertahun-tahun berlalu?” tanya Peter yang membuat Lumiere bungkam. “Apalagi saat ini keadaan London setidak lebih baik daripada sebelumnya. Mereka hanya merasakan kedamaian setelah melihat kita jatuh ke sungai. Mereka merasakan hangatnya persamaan ketika memadamkan api yang membakar kota. Setelahnya, semakin banyak waktu yang terlewat, mereka kembali seperti dulu. Si kaya dan si miskin, si bangsawan dan kelas rendah. Bahkan, pernikahan pun semakin diperketat.“Aku rasa tidak akan masalah jika kemunculanmu kali ini benar-benar bekerja untuk rakyat,” tam
“Kamu masih memikirkannya, sayang?”Peter menoleh, mendapati Lumiere tengah menghampirinya yang sedang duduk termenung di dalam kamar. Peter mengulas sebuah senyuman simpul begitu melihat putri kecil mereka merentangkan tangan mungil tersebut kepadanya. Peter lantas langsung meriah tubuh mungil sang putri, meletakkan Rosemary pada pangkuannya, dan membiarkan Lumiere mengisi tempat kosong di sebelahnya.“Aku masih memikirkannya,” jawab Peter seraya memainkan tangan mungil putrinya tersebut.Lumiere tersenyum tipis, kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh Peter. “Peter, aku ... sudah membicarakan ini dengan Kak Lucius.”Peter hanya terdiam, membiarkan istrinya tersebut melanjutkan cerita. Pria bersurai kelabu tersebut ikut menyandar pada kepala Lumiere. Suasana di sekitar mereka terasa begitu romantis dan hangat. Merefleksikan keluarga hangat yang memiliki lingkungan yang baik.“Kak L
Lumiere kembali menyeka air matanya dengan wajah yang memerah karena tersipu malu. Gadis bersurai cokelat madu tersebut benar-benar dibuat malu habis-habisan karena menangis tersedu-sedu. Sudah begitu, ia menangis sekeras itu di hadapan sosok orang nomor satu di Inggris, Ratu Joan.“Jadi ... kalian hendak melakukan sesuatu untuk memberikan hukuman pada politikus Tuan Blake dan Tuan Winnight, ya?” tanya Joan seraya bermain dengan Rosemary yang berada di pangkuannya. “Dan kalian melakukannya sembari mengumumkan kembalinya Bangsawan Kriminal? Itu bukanlah ide yang buruk menurutku.”Peter mengangguk, “Kami memikirkan ini selama beberapa hari ini. Juga memikirkan tentang keinginan Lucius untuk memulihkan kembali jabatan, gelar, dan nama baiknya. Maka dari itu, kami menemui Anda hanya sekedar untuk mencegah Anda akan terkejut saat pertunjukan yang kami susun itu dimulai.”“Sebelumnya, aku akan menanyakan ini s
“Sudah kubilang, bukan? Kebencian itu tidak sepenuhnya bertahan selamanya, meskipun objek kebencian itu telah dinyatakan hilang dari dunia ini.”Lumiere mengangguk dan tertunduk karena tersipu malu. Gadis bersurai cokelat madu tersebut semakin mengeratkan pelukannya pada lengan kekar Peter. Mereka saat ini tengah berjalan menuju kereta kuda yang sudah menunggu mereka.“Kali ini, kita akan menanggung dosa bersama-sama.”Lumiere lantas mendongak, merasa terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Peter tersebut. Mata biru secerah langit di siang hari tersebut menatap kagum pada sosok Peter yang terlihat optimis. Memang sejak dahulu, Peter terlihat begitu bersinar di mata Lumiere. Mungkin saja gadis itu jatuh cinta pada Peter sejak pertama kali mereka bertatap muka. Sewaktu di pesta Countess Aronbell. Kemudian, perasaan itu terus berkembang karena ia sengaja melibatkan Peter dengan dirinya sendiri.“Apa ... itu tida
Oscar memandangi ruang rapat yang masih sepi. Karena para anggota Dewan Parlemen belum menghadiri ruangan tersebut. Rapat akan dimulai sekitar lima belas menit lagi. Jika mengingat kebiasaan mereka, para anggora dewan parlemen, sebentar lagi mereka akan memenuhi ruangan tersebut.Sekali lagi Oscar memeriksa sekitarnya. Berusaha memastikan bahwa properti yang akan digunakan untuk ‘pertunjukan’ itu akan berjalan lancar.Perhatiannya kemudian teralih ketika terdengar suara derit pintu yang telah terbuka, menampilkan sosok para anggota dewan parlemen yang berbondong-bondong mulai memenuhi ruang rapat tersebut. Tidak perlu waktu lama, ruangan berukuran luas namun terasa sesak tersebut akhirnya terisi penuh oleh puluhan manusia yang menjabat sebagai berbagai menteri untuk membangun Inggris Raya menjadi negara yang lebih baik lagi.Suara gaduh yang ditimbulkan oleh orang-orang tersebut memenuhi ruangan tersebut. Membuat Oscar seket
Kabar tentang kemunculan Bangsawan Kriminal yang masih hidup langsung menyebar luas ke seluruh kalangan. Beberapa kelompok masyarakat, tampak bersorak senang karena kembali sang pahlawan kegelapan. Namun di sisi sebagian bangsawan, mereka tampak tidak begitu bahagia dengan kemunculan Bangsawan Kriminal.Daripada respons negatif, kemunculan Bangsawan Kriminal justru mendapatkan respons positif dari seluruh kalangan. Mereka bahkan mengingatkan kembali kepada Bangsawan Kriminal untuk tetap membela rakyat, jangan sampai kejadian empat tahun yang lalu terulang kembali.“Aku sudah bilang berkali-kali denganmu bukan? Semua kebencian tidak akan bertahan selamanya,” ujar Peter ketika melihat Lumiere yang tersenyum senang saat membaca berita di surat kabar. “Mereka justru menantikan sesosok pahlawan.”“Aku salah karena sudah mengira respons negatif yang akan kudapatkan setelah muncul nanti,” ujar Lumiere tidak bisa meny
“Kakak akan kembali mengunjungi panti asuhan?”Lucius menoleh, mendapati Lucian yang tengah menggendong Rosemary tersebut sedang memergokinya. Pria beriris mata merah tersebut hanya memasang sebuah senyuman tipis, seraya kembali memasukkan beberapa hadiah yang hendak diberikan kepada anak-anak panti.“Biar aku saja yang mengunjungi panti asuhan yang kamu sokong,” ujar Lucius kemudian tersenyum senang saat melihat barang-barang yang akan ia bawa tersebut terlihat rapi dan enak dipandang. “Sekalian mencari calon istriku.”Mata Lucian lantas membulat, merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar tersebut, “Kakak ....”“Aku memikirkan ucapan Lumiere beberapa minggu yang lalu,” ujar Lucius seraya menatap Lucian yang terlihat tercengang karena ucapannya tersebut. “Aku juga ... sempat memikirkan bagaimana rasanya membesarkan seorang anak bersama istriku, setelah meliha