Peter dengan gerakan yang sangat santai mematikan puntung rokok yang sebelumnya ia hisap tersebut ke asbak.
“Ayo pergi ke tempat si Wendy Manionz itu,” ajak Peter seraya melangkah keluar untuk pergi menuju ke alamat yang tertera pada secarik kertas yang baru saja ia ambil dari saku jas.
Sebastian menatap terkejut pada Peter, “Ini sudah jam sepuluh lho?”
“Ya terus?”
“Memangnya wajar ya mengunjungi wanita yang tidak dikenal selarut ini?” tanya Sebastian menatap jengkel pada Peter yang terlihat acuh dengan tata krama tersebut.
“Ah masa?” Kan ... Peter bahkan terlihat tidak memedulikannya, “Tapi kalau lelet, bisa-bisa dia keburu pindah dari tempat yang sudah ditemukan oleh Yang Mulia lho.” Peter tersenyum culas, “Dan jangan, lupa kita sudah dibayar 2000 pound sterling di muka.”
“Ugh ... baiklah, kali ini pengecualian! Tapi kita akan pergi kalau dia menolak,” ujar Sebastian dengan sangat terpaksa menuruti ucapan Peter terse
Tulisan yang bercetak miring itu monolog tokohnya ya^^
“Ini ruang keluarga.” Peter mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Memperhatikan desain interior ruang keluarga tersebut yang terlihat sederhana tersebut. Cocok untuk sebuah rumah yang hanya ditinggali oleh seorang wanita yang hidup sendirian. “Silakan duduk,” ujar Wendy seraya melangkahkan kakinya menuju ke meja yang terdapat beberapa botol minuman beralkohol, “Adna ingin minum? Scotch? Atau anggur?” “Tidak, terima kasih,” tolak Peter sesopan mungkin, “Saya harus mulai memeriksa.” Mendengar hal tersebut membuat Wendy membalikkan badannya karena terkeju, “Sayang sekali!” “Maaf, saya sedang diburu waktu,” ujar Peter penuh penyesalan. Peter kembali terkesiap terkejut ketika Wendy mengikiskan jarak di antara wajah mereka, hingga Peter dapat merasakan embusan napas hangat yang terasa menggelitik di wajahnya. Bahkan karena saking terkejutnya, Peter melangkah mundur sebanyak dua kali hanya untuk menghi
Rowling Street.Ashen terus memandangi sebuah rumah sewa yang ditempati oleh Peter dan Sebastian dari sebuah jendela bangunan berlantai dua, yang terletak di seberang jalan rumah tersebut. Pria itu sejak semalam berada di sana, mengawasi pergerakan Peter entah apa tujuannya.Dia hanya diperintahkan oleh Lucius untuk mengawasi pergerakan Peter selama beberapa hari ke depan. Lucius juga memintanya untuk mencari wanita yang beridentitas sebagai Wendy Manionz.Mata jernihnya kemudian menatap pada sebuah selembat foto yang ia selipkan pada kusen jendela. Ditelitinya wajah cantik dari wanita dalam foto tersebut. Memang terlihat cantik, dengan rambut ungu pastel yang jarang sekali dimiliki oleh masyarakat London. Matanya bulat, memancarkan aura kepolosan seolah-olah ia adalah seorang gadis remaja.“Tuan Muda Spade pada akhirnya tidak pulang semalaman,” gumam Ashen seraya kembali memandangi rumah sewa Peter dan Sebastian tersebut.
Wendy menatap gelisah amplop surat yang berada di tangannya tersebut. Ada sedikit keraguan untuk membukanya. Namun, ia juga merasa penasaran dengan isi amplop surat tersebut. Wanita itu kembali memperhatikan sekitarnya. Merasa sudah aman, dibukalah amplop surat tersebut. “Segelnya sih ... Segel Istana Kerajaan Inggris. Apa mereka sudah mengetahui keberadaanku?” gumam Wendy seraya membuka amplop tersebut kemudian tercengang. Isinya bukanlah sebuah surat yang berisikan ancaman atau permintaan untuk mengembalikan sesuatu. Melainkan sebuah surat undangan ke pesta dansa bertopeng yang diadakan di Istana Buckingham malam ini. “A-apa!?” pekik Wendy, tidak memercayai apa yang sedang dilihat olehnya saat ini, “Pesta dansa? Dan ... pesta dansa bertopeng? Pesta itu dilarang untuk menunjukkan wajah dan identitas. Itu artinya ... aku bisa datang tanpa dikenali oleh siapa pun.” Wanita itu kemudian mengucek matanya untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat a
Alunan musik klasik kini berganti, menyesuaikan dengan tarian waltz yang sedang dilakukan oleh para tamu undangan di lantai dansa. Termasuk Lucius yang dengan sangat terpaksa berdansa dengan Miss Grandshire.Hampir menuju ke pertengahan lagu, seseorang tampaknya menyenggol tubuh Lucius hingga membuatnya oleng sesaat. Hal tersebut membuat Miss Grandshire merasa kebingungan dengan sikap Lucius yang tampak tenang namun menyeringai tipis.“Ada apa?”Lucius hanya menggeleng pelan, kemudian menatap ke suatu arah yang berlawanan dengan posisinya tersebut, “Tidak ... meski aku yang memprovokasi, sayang sekali aku ditargetkan menjadi mangsa serigala malam ini.”“MOHON PERHATIANNYA SEBENTAR!!”Secara otomatis, musik pun berhenti. Bersamaan dengan para tamu undangan yang kini memusatkan seluruh perhatiannya pada sang pelayan.“Pada malam ini, ada permainan misteri. Di antara ka
Wajah Wendy memerah karena menahan amarah. Matanya memandang nyalang pada Lucius yang kembali tertawa, seolah-olah ada yang sedang melawak di sini.“Apanya yang lucu!?” tanya Wendy seraya memandang tajam pada Lucius yang sedang berusaha menghentikan tawanya, “Kamu benar akan menolongku?”“Pft! Tentu saja,” jawab Lucius setelah tawanya sedikit mereda, “Bayaran yang akan kuberikan cukup setimpal dengan apa yang kau sampaikan.”Mata beriris merah itu kemudian menatap datar pada para bangsawan di bawah sana yang tampak sedang dihebohkan oleh sesuatu. Sepertinya, peran serigala malam ini telah berhasil ditangkap hingga menyebabkan kehebohan seperti itu.Pria itu kemudian melirik pada Wendy yang tampak was-was terhadap apa yang akan dikatakan oleh dirinya, “Sekarang giliranku. Akan kutunjukkan sebagian kecil kekuatanku yang akan menolongmu.”“Kekuatanmu?”&ldq
Wajah Sebastian sama pucat pasinya dengan Peter setelah mendengarkan penjelasan tentang isi dokumen tersebut. Pria itu kemudian memandang tidak percaya pada Wendy yang duduk meringkuk seperti anak kecil di anak tangga.“D-dokumen yang berbahaya seperti itu?” Bahkan, Sebastian masih terlihat histeris ketika membicarakan dokumen tersebut.Peter mengangguk seraya menyimpan kembali dokumen tersebut dengan sangat rapi, “Iya ... pantas dibayar dengan meledakkan lantai du— tidak, meledakkan lantai dua saja rasanya terlalu murah untuk mendapatkan dokumen seberbahaya ini.”“Bagaimana bisa kamu punya dokumen ini!?” tanya Sebastian pada Wendy yang terlihat pasrah dengan keadaan.Wendy menghela napas, “Aku mencurinya dari istana.” Wanita itu kemudian mendelik tajam pada Sebastian yang hendak membuka mulut, “Aku mencurinya bukan karena isinya kok. Justru aku tidak tahu jika dokumen yang kucur
Wendy menatap takut pada bangunan gereja tua yang bahkan hampir roboh itu. Wajah cantiknya menggelap, di dalam hatinya ia menggerutu tentang tempat pertemuan ini. Dia tidak habis pikir kenapa Bangsawan Kriminal itu memintanya untuk bertemu di gereja tua yang hampir roboh ini.Apa karena tidak ingin mencolok?Ataukah dia melakukan ini agar identitasnya tetap terjaga rahasianya?Walaupun menggerutu begitu, Wendy tetap melangkah masuk ke dalam gereja tersebut. Gelap. Namun kegelapan total tidak membutakan matanya karena sinar rembulan yang cukup menerangi. Namun tetap saja, aura mencekam benar-benar terasa mencekik leher dengan rasa ketakutan terhadap sesuatu yang bukan ‘manusia’.Wendy menatap sekitarnya, kemudian terperanjat terkejut ketika mendengar suara derit pintu terbuka yang memecahkan keheningan. Dari sana, muncullah seorang wanita paruh baya yang berjalan dengan punggung yang membungkuk, termakan usia. Di tangan wanita
Wajah cantik Wendy menggelap karena terkejut. Ia tidak menyangka jika gereja tua dan hampir roboh ini memiliki terowongan bawah tanah, seperti yang sedang dirinya lewati bersama dengan Lucius.“Di bawah gereja ada terowongan begini?” tanya Wendy merasa penasaran dengan tujuan dari pembangunan terowongan tersebut.Lucius menolehkan sedikit wajahnya, melirik Wendy dari sudut matanya, “Ini digunakan sebagai jalur evakuasi. Dulunya, gereja ini digunakan sebagai kamp pengungsian saat Perang Dunia Ketiga meletus.”“Begitu ya,” gumam Wendy kemudian menghentikan langkah kakinya ketika mereka berdua berhasil menuruni anak tangga terakhir.Mata biru itu kemudian membulat ketika mendapati keberadaan tiga orang lain di depan sana. Dua laki-laki dan satu orang perempuan. Berbeda dengan si perempuan yang memiliki aura bersahabat, kedua pria di sisi kanan dan kirinya justru menunjukkan permusuhan terhadap Wendy. Hal t