Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu

Nyai Selendang Wungu : Gadis Lugu Jadi Pemburu

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-21
Oleh:  SariOmnivorOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
51Bab
872Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Misah, gadis 16 tahun harus menikah dengan Raden Wikrama Manggalayuda. Pernikahan itu terjadi akibat siasat licik Nyai Sri Gandawangi yang tidak lain adalah istri pertama Raden Wikrama. Ramalan Ki Jaya Wijaya yang menyebutkan bahwa putra Raden Wikrama dan Misah kelak akan mewarisi tahta kerajaan Singapatih membuat Nyai Sri yang memiliki ambisi besar akan tahta harus mengorbankan Misah untuk mencapainya. Misah gadis desa yang masih muda dan lugu akhirnya terjebak dalam siasat itu. Gadis itu menjalani kehidupan seperti di neraka sejak mendapat hukuman diasingkan ke hutan. Disaat hidupnya berada di titik terendah, ia bertemu dengan Sanjaya. Pemuda tampan itu tanpa sengaja membawa Misah bertemu dengan paman-pamannya yang merupakan bandit. Seketika hidup Misah berubah, keterpurukan membuatnya sadar bahwa harus ada yang bertanggungjawab atas semua yang telah dialaminya. Sejak saat itu Misah memutuskan menjadi bandit dan memulai rencana balas dendamnya. Sepak terjang Misah membuatnya terkenal dan mendapat julukan Nyai Selendang Wungu. Mohon untuk para Reader, ini beneran cerita untuk 18+ yaa, karena mungkin nanti akan banyak adegan XX nya. Jadi harus bijak memilih bacaan! hehehe, happy reading.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Anak Ki Gambang Pengalihan

 “Misah, ayo keluar!” teriak seorang gadis yang sedang bergerombol dengan teman sebayanya. Mereka sedang menghitung biji sawo untuk nantinya digunakan untuk bermain dakon.

“Bapak lagi sakit, aku ndak bisa ikut,” teriak gadis berambut legam yang dipanggil Misah itu. Kata–katanya segera dibalas dengan anggukan. Dari dalam rumahnya yang berlantai tanah, Misah mengawasi teman–temannya yang sedang bermain. Meskipun begitu tatapannya kosong, pikirannya melayang, ia masuk dalam dunia lamunan. Namun seketika lamunannya pudar setelah terdengar suara batuk ayahnya yang sangat keras dan berat. Dengan sigap Misah menyodorkan segelas air jahe hangat yang sudah disiapkannya. Ki Gambang menerima air jahe yang disodorkan anak gadisnya itu. Tangannya gemetar dan badannya menggigil. Di bale bambu yang tidak terlalu lebar, Ki Gambang kembali merebahkan tubuhnya setelah seteguk jahe hangat lumayan bisa meredakan batuknya. Misah menyelubungi tubuh ayahnya yang kurus dengan kain sarung.

Ki Gambang menata nafasnya yang tidak beraturan. Meskipun umurnya belum terlalu tua, tubuh Ki Gambang sangat lemah karena digerogoti oleh penyakit yang telah lama dideritanya. Penyakit itu timbul tenggelam seperti siang dan malam. Di saat musim kering seperti sekarang ini penyakit Ki Gambang akan muncul dan menjadi cukup parah. Saat udara malam sangat dingin, ia akan mengalami batuk yang sulit diredam. Biasanya Misah akan membuatkan ramuan yang terbuat dari jahe dan perasan jeruk nipis untuk sedikit meredakannya. Meskipun ia sudah berobat ke beberapa tabib yang dikenalnya, tetapi tak juga kunjung membaik. Karena itu Ki Gambang sudah pasrah dengan keadaannya ini.

Seharian ini Ki Gambang tidak melakukan apapun, tubuhnya lemas dan tidak bertenaga. Biasanya ia akan sangat rajin mengurus tanamannya di sawah. Tahun ini ia menanam ubi dan ketela karena musim kemarau baru saja tiba. Di musim seperti ini tidak mungkin untuk menanam padi, karena padi membutuhkan banyak sekali air. Karena itulah ia hanya bisa menanam umbi–umbian untuk menyokong hidupnya yang serba kekurangan.

Malam semakin larut, orang–orang yang tadinya berada di luar rumah untuk menikmati terangnya cahaya bulan purnama sudah kembali ke rumahnya masing–masing. Mungkin mereka sudah terlelap di balik kain sarungnya. Tetapi tidak dengan Ki Gambang, ia merasa sulit tidur. Selain karena penyakitnya yang semakin parah, hati dan pikirannya juga terasa tidak nyaman. Beberapa hari ini, burung bence sering bertengger di pohon belakang rumahnya. Banyak orang menganggap, kedatangan burung itu di dekat rumah adalah suatu pertanda buruk. Ki Gambang merasa gelisah, ia mulai berfikiran buruk.

Seharian rebah membuat badannya sakit semua. Ia bangkit dan bersandar pada dinding bambu rumah yang sudah puluhan tahun ditinggalinya. Rumah peninggalan orang tua yang diwariskan kepadanya setelah keduanya meninggal. Sambil menyeruput air jahe  buatan Misah yang sudah mulai dingin, Ki Gambang mengenang kembali masa kecilnya bersama kedua orang tuanya dan kesembilan saudaranya.

“Bapak kenapa belum tidur?” Misah berkata. Gadis ayu itu keluar dari kamarnya kemudian berjalan mendekati ayahnya yang masih terjaga.

“Bapak masih sakit?” Misah yang telah duduk di samping Ki Gambang mulai memijit–mijit lembut kaki ayahnya yang terasa dingin.

“Bapak sudah agak baikan Nduk. Kamu kenapa bangun lagi, tidur sana! Ini sudah larut malam,” ucap Ki Gambang.

“Aku cuma mau lihat Bapak,”

“Sudah Nduk, jahe buatanmu ini manjur tenan,” ucap Ki Gambang sambil tersenyum lemah. Misah membalas senyuman ayahnya dengan perasaan lega.

“Bapak harus sehat yo Pak, aku cuma punya bapak. Bapak harus menemin aku sampai tua! Janji yo Pak!” ujar Misah penuh harap. Ki Gambang kembali menyunggingkan senyuman.

“Iyo Nduk, semoga Sang Hyang Widi mengabulkan doamu ini yo!” jawab Ki Gambang. Meskipun ia tidak yakin dengan apa yang akan terjadi nanti, Ki Gambang tetap menenangkan hati anak gadisnya yang masih remaja itu.

“Tadi Bapak lagi melamun yo Pak, mikirin apa?” tanya Misah.

“Bapak cuma ingat kakek nenek kamu Nduk, juga saudara–saudara bapak,” jawab Ki Gambang. Iapun mulai lagi kisah-kisah tentang keluarganya itu dengan penuh semangat meski sesekali tampak kesedihan di raut wajah lelaki yang telah dipenuhi keriput itu. Misah dengan santai menyimak kisah yang entah sudah berapa kali ia mendengarnya. Tentang paman–pamannya yang menjadi anggota pasukan kerajaan, dan tentang bibi–bibinya yang memilih menjadi emban di Kerajaan Singapatih. Kerajaan yang memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas, termasuk Dukuh Manis Jambe. Pedukuhan di kaki Gunung Agung yang menjadi tempat tinggal Misah saat ini. Kabar terakhir yang didengar oleh Ki Gambang adalah bahwa dua saudaranya telah masuk dalam barisan pasukan kerajaan, bahkan salah satunya telah menyandang gelar Senopati. Sedangkan ketiga saudarinya memilih menjadi emban di kediaman para permaisuri raja. Sayangnya, Ki Gambang telah kehilangan kabar dari keempat saudara lelakinya yang lain. Meski simpang siur Ki Gambang pernah mendengar bahwa keempat saudaranya itu pergi menuntut ilmu di sebuah padepokan silat di tengah hutan, ada juga yang mengatakan bahwa mereka menjadi pengikut saudagar kaya dan menjadi ajudannya. Seluruh saudaranya itu belum pernah sekalipun menengoknya sejak kepergian mereka di usia yang masih sangat muda.  Tidak ada yang tahu bahwa ia telah menikah dan memiliki seorang anak. Begitupun sebaliknya, Ki Gambang tidak pernah tahu kehidupan seperti apa yang dijalani oleh saudara–saudaranya itu.

Ki Gambang dan Misah tinggal berdua saja setelah istrinya meninggal dunia saat melahirkan Misah lima belas tahun yang lalu. Mungkin karena itulah anak gadis semata wayangnya itu ia beri nama Misah, yang artinya pisah atau memisahkan, memisahkan ia dengan istri yang sangat dicintainya. Tapi meski begitu Ki Gambang sangat menyayangi Misah, hingga ia tumbuh menjadi anak gadis yang ayu, berkulit sawo matang dengan bola mata yang besar dan bersinar. Mata yang sama persis seperti mata Ki Gambang.

“Tidurlah lagi Nduk,” ucap Ki Gambang kepada anaknya.

Nggeh Pak,” jawab Misah sambil beranjak dari tempat duduknya. Misah mengurai rambut hitamnya yang tadi bergelung. Ia kemudian masuk ke dalam bilik satu–satunya di rumah itu, bilik dengan pintu yang tertutup kain jarik lusuh bekas milik ibunya.

...

Derap kuda memecah keheningan pagi yang benar-benar masih buta ini. Seakan baru semenit yang lalu Misah terlelap dan kini ia dikagetkan dengan keributan asing di luar rumahnya. Misah buru–buru merapikan kain jarik kemben yang dikenakannya, rambutnya yang masih berurai dibiarkannya berantakan menutupi sebagian wajah ayunya itu. Terlihat sang ayah sudah berada di depan seorang lelaki gagah namun garang yang berdiri angkuh memegang pedang yang bersarung di pinggangnya. Tampak pula puluhan prajurit lengkap berbaris rapi menyertainya. Salah satu prajurit yang gempal memegang tali kekang kuda yang mungkin milik si pria gagah itu.

“Benar ini rumah Ki Gambang Pengalihan?” lelaki kekar itu bertanya.

“Betul Raden,” Ki Gambang menjawab.

“Dimana Sastra, Mangun dan dua saudaramu bersembunyi Ki?”

“Ampun Raden, saya tidak tahu menahu lagi tentang keberadaan mereka, mereka pergi dari rumah saat berusia masih sangat muda, dan sejak saat itu  hamba tidak pernah tahu lagi kabar dari mereka Raden,” kedua tangan Ki Gambang bertelungkup di dada dan terlihat sekali tangan itu gemetaran.

“Benarkan demikian Ki, kamu pasti sedang berbohong, jawablah dengan jujur tentang keberadaan para begal itu, atau kau akan aku hukum karena dengan sengaja menyembunyikan mereka,” lelaki itu mengancam.

“Ampun Raden, ampun, hamba benar-benar tidak tahu tentang mereka, jangan sakiti hamba Raden,” seketika tubuh Ki Gambang lemas, ia berlutut di depan lelaki itu dan menyembah minta ampun.

Sriinggg! Suara pedang yang sedari tadi bersarung kini mengayun dan hampir bersarang di leher Ki Gambang.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Arum Sari
kayaknya menarik ceritanya
2024-05-16 21:11:37
1
51 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status