Home / Fantasi / The New World / Chapter 4. On Rainy Days

Share

Chapter 4. On Rainy Days

Author: Y-Rin
last update Last Updated: 2021-08-18 20:16:54

Setahun kemudian.

Ponsel Avery berdering nyaring di atas sebuah meja. Avery melirik nama si penelpon dan langsung mengacuhkannya. Beberapa orang, termasuk penjaga, meliriknya tajam dan kesal, tetapi Avery tidak peduli.

Jelas saja para murid dan penjaga kesal karena Avery sedang berada di perpustakaan yang menjunjung tinggi keheningan. Namun, tidak ada yang berani menegurnya. Alasannya sederhana; itu karena ia adalah salah satu anak terkaya di SMA Culfox. Ayahnya donatur utama yang membuat penjaga perpustakaan segan padanya, dan kakaknya, Jihun, adalah si brengsek yang memiliki reputasi buruk di sekolah.

Sebenarnya, para murid tahu bahwa Jihun dan Avery jauh dari kata akrab, tetapi Jihun adalah berandalan yang suka mencari gara-gara. Itu sudah cukup menjadi alasan untuk sebagian murid tidak macam-macam dengan Avery, kecuali mereka siap berhadapan dengan Jihun. Avery membenci Jihun, tetapi dia menyukai keuntungan yang ia dapat karena itu berarti dia terjauhkan dari masalah.

Ponsel Avery berhenti berbunyi sejenak sebelum kembali berdering nyaring dengan lagu yang menghentak-hentakan telinga.

Avery berdecak kesal. “Si brengsek ini keras kepala sekali.”

Dan ia kembali membaca komik sambil mengunyah permen karet tanpa mematikan ponselnya. Seorang murid dari kejauhan berkata padanya, “Tolong, matikan teleponnya.”

Avery membalik halaman komik dengan santai. “Tidak mau.”

Ia mendengar beberapa orang menggumam jengkel. Beberapa orang memilih hengkang dari perpustakaan dengan marah; tercermin dari deritan kursi yang menggeser dengan suara menggema. Avery mengabaikan itu semua dan tersenyum dari balik komik.

Beberapa detik kemudian, senyumnya memudar karena sebuah tangan terulur dan mematikan ponselnya. Avery terbelalak dan menoleh dengan kesal. “Hei!”

Dia melihat seorang pemuda berambut coklat, yang mengenakan baju lengan panjang kebesaran dibalik kaos putihnya yang biasa, berdiri tepat di belakangnya. Pemuda itu mengangkat satu alisnya.

“Apa kau tidak tahu kau harus tenang saat berada di dalam perpustakaan?”

“Cih, rupanya kau.” Avery berbalik dan kembali membaca komiknya dengan santai. Ia berkata sejurus kemudian dengan suara yang lebih lantang. “Mereka semua bisa membaca dalam keheningan saat mereka mati. Bukankah kuburan juga memiliki moto yang sama? Haha.”

Avery mengabaikan pandangan marah beberapa orang sambil tersenyum senang. Lock duduk di seberang mejanya dan berkata, “Apa kau bertengkar lagi?”

Avery mengernyit. Raut wajah gembiranya lenyap. “Lagi? Kenapa kau berkata seolah-olah aku sering bertengkar?” tukasnya.

Lock tidak menjawab, tetapi dia berpura-pura menghitung dengan jari tangannya. Avery melempar komik yang dipegangnya ke wajah Lock, yang sukses mengenai jidatnya dengan bunyi yang mengesankan, sebelum terjatuh ke lantai.

Avery tidak tahu mengapa, tetapi Lock memang selalu bisa menebak situasinya lebih baik dari siapapun walaupun Avery tidak pernah bercerita padanya. Ini terdengar menggelikan, bahkan bagi Avery sendiri, tetapi terkadang Avery berpikir bahwa Lock adalah orang yang paling mengerti dirinya – bahkan lebih daripada keluarga atau sahabatnya.

“… Kemarikan komiknya. Aku belum selesai membaca.”

Lock telah memungut komik yang dilempar Avery. “Apa aku perlu melemparnya seperti yang kau lakukan?” tanyanya. Ia nyengir saat melihat wajah Avery. “Aku bercanda.”

Ia menyerahkannya pada Avery tanpa mengeluh. Avery melirik dahi Lock yang memerah dan segera membenamkan kepalanya ke dalam komik lagi untuk mengalihkan cubitan sedikit rasa bersalah. Avery sudah terlalu sering melakukan kekerasan fisik pada Lock selagi dia marah atau kesal, tetapi Lock tidak pernah marah ataupun mengeluh.

Selama beberapa saat, hanya ada suara hujan yang terdengar samar-samar selain bunyi gesekan kertas atau suara orang mengetik di dalam perpustakaan besar milik SMA Culfox. Avery tengah berusaha berkonsentrasi membaca, tetapi pikirannya berkelana kemana-mana. Ia melirik Lock, yang duduk diam dengan tangan terlipat diatas meja, sedang menatap keluar jendela yang sedikit berkabut karena hujan, dengan tatapan menerawang.

Terkadang, Avery sangat ingin tahu apa yang ada di benak Lock, apalagi saat dia mendengar ada gosip yang beredar antara dirinya, Lock, dan Jihun, tetapi dia menahan diri untuk tidak bertanya. Avery malu untuk mengakui bahwa ia takut orang-orang mengetahui kenyataan yang sebenarnya, dan dia tahu cara terbaik untuk menutupi kenyataan itu adalah dengan memanipulasi kenyataan. Avery tahu itu tidak adil bagi Lock, namun Avery tidak menemukan cara lain. Lock, di sisi lain, nampak sama sekali tidak keberatan. Dia masih menjadi Lock yang sama; pendiam, penyendiri, aneh, bodoh…

Lock mendadak menoleh dan mata mereka berdua bertemu. Avery buru-buru menunduk, pura-pura membaca.

‘Tunggu, kenapa aku harus mengalihkan pandangan?’ Avery bertanya-tanya dalam hati, tetapi tidak bisa menahan diri untuk terus berpura-pura membaca.

“Kalau kau tidak membaca lagi, ayo pulang,” kata Lock.

Avery mendengus. “Siapa bilang aku tidak membaca? Aku tengah asssyik membaca.” Avery menekankan kata asyik sambil membalik halaman komiknya. Ia menguyah permen karetnya lebih cepat untuk menenangkan diri.

“Hm-mh, sekarang aku menyadari dengan mataku sendiri bahwa kemampuan intelegensimu memang sangat mengagumkan,” kata Lock serius.

Avery menurunkan komiknya sedikit dan melirik Lock dengan tatapan mengancam dari atas buku. “Apa aku mendengar kosakata sarkastis disini?”

Tidak ada satupun murid yang tidak tahu bahwa Avery selalu berada di ranking 10 besar siswa yang mendapatkan nilai rata-rata ujian paling rendah tiap semester.

“Bukumu terbalik.” kata Lock kalem.

Avery otomatis melirik komiknya dan seketika membeku ketika menyadari bahwa Lock benar. Avery menutup komiknya dengan kasar dan melemparnya ke atas meja. Ia menatap Lock dengan marah seolah-olah itu kesalahan Lock dia membaca terbalik. Lock tersenyum kepadanya dan bangkit berdiri.

“Hujannya juga sudah berhenti.”

Kemarahan Avery mendadak menguap. Gadis itu hanya memperhatikan saat Lock memasukan komiknya ke dalam tas, kemudian menentengnya dibahu. Lock menatapnya, menunggu. Avery mengepalkan tangan dan bangkit berdiri seperti gadis kecil merajuk yang dijemput pulang oleh orang tuanya. Lock nyengir sedikit padanya dan berjalan terlebih dahulu. Avery mengekorinya di belakang dengan wajah cemberut dan tangan terkait di belakang.

Pemandangan Lock membawa tas Avery, atau membelikan makan siang untuk gadis itu, atau membawakan pakaian gantinya di saat situasi genting tertentu, bukanlah hal yang luar biasa. Semua orang tahu bahwa Lock adalah salah satu ‘pelayan’ Jihun, dan ia bertugas melayani Avery. Namun, bukan berarti tidak ada pandangan meremehkan, geli, bahkan jijik, dari beberapa murid yang melihat mereka berdua berjalan beriringan melintasi gedung sekolah.

Tidak ada orang yang berani atau bahkan berpikir bahwa Avery dan Lock berpacaran, karena beberapa hal yang sangat jelas; terutama karena Lock adalah Lock. Dia tidak menarik dan penyendiri. Belum lagi kenyataan mengenai status sosial mereka. Selain itu, gerak-gerik dan gelagat Avery yang tidak segan melakukan kekerasan pada Lock, seperti melempar buku, sapu, atau menabraknya dengan pintu, adalah salah satu penyebab lainnya. Avery juga dikenal telah memiliki seorang pacar mahasiswa yang tampan dan sangat kaya, yang ngomong-ngomong..

“Kenapa ponselku mati?” tanya Avery saat ia menatap ponselnya dengan bingung.

Lock meliriknya dari balik bahu. “Oh, aku yang mematikannya.”

Avery memukul kepala belakang Lock dengan keras. “Siapa yang suruh kau melakukannya?”

Avery menghidupkan ponselnya dan melihat beberapa telepon dan pesan dari ‘Jimmy’. Avery membaca pesan terbaru.

[Kenapa kau mematikan teleponnya? Kita harus bicara.]

Avery mendengus dan langsung menghapus pesan itu. Dia sudah putus dengan pacarnya itu beberapa hari yang lalu, dan tidak berniat untuk ‘bicara’. Kali ini, Avery sendiri yang mematikan ponselnya, dan melirik Lock yang tengah mengusap kepalanya.

“… Apa kau tahu?” tanya Avery. “Makannya kau mematikan ponselku?”

“Tidak,” Lock menggeleng. “Aku hanya berpikir kau tidak ingin diganggu olehnya beberapa hari ini.”

Avery terdiam sesaat setelah mendengar jawaban Lock. “Apa kau tidak penasaran?”

Lock menatap Avery dengan ekspresi tercengang sebelum dia menjawab dengan jujur. “Tidak.”

Entah mengapa, Avery jengkel mendengar jawaban Lock. Belum selesai sampai disitu, Lock memperparah suasana dengan tersenyum bodoh kepadanya seperti biasa dan mengulangi jawabannya dengan tegas. “Tidak sama sekali.”

Avery memukul kepala belakang Lock lagi.

“Aw. Untuk apa itu?”

“Aku hanya ingin melakukannya. Mengapa aku harus punya alasan untuk memukulmu? Ngomong-ngomong…” Avery berhenti berjalan dan memandangi Lock dengan seksama. “.. Kau bertambah lebih tinggi?”

Avery tercengang saat menyadari ia benar. Celana panjang Lock terlihat kependekan; menggantung di atas pergelangan kakinya. Avery tahu bahwa laki-laki biasanya memang mengalami perubahan fisik, terutama di tinggi badan, saat mereka menginjak usia 15-16 tahun. Itu bukan hal yang aneh, tetapi dia tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi pada Lock. Dulu, Lock memiliki tinggi yang sama dengan Avery, tetapi sekarang tinggi Lock terlihat 2 kepal lebih tinggi darinya.

Lock mengendikkan bahu menanggapinya. “Mungkin.”

“Bagaimana bisa secepat ini? Apa kau minum suplemen atau vitamin?” ejek Avery.

“Lebih mungkin karena kepalaku sering dipukul olehmu…”

Avery memukul kepala Lock untuk yang ketiga kalinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The New World   Chapter 146. Perdebatan

    Ian menghentak-hentakan kaki dengan tidak sabar.“Kenapa kau tidak melakukan apapun!?” serunya marah.Lock berusaha mengabaikan bocah itu selama beberapa hari terakhir, tapi tampaknya tak begitu berhasil. Bukannya berhenti berbuat ulah, Ian malah menjadi-jadi. Benar-benar tipikal bocah menyebalkan. Akhirnya, Lock membuka mata dan menoleh.“Aku sedang melakukan sesuatu.”“Apa? Mengupil? Tidur? Kau tidak melakukan apapun selama beberapa hari ini!”Lock mendesah. Ia tidak menyangka akan tiba hari dimana ia lebih memilih mendengar celotehan Iophel dan Rael dibandingkan orang lain. Bagi Lock sekarang, rengekan Iophel bagaikan nasihat bijak Ibu-ibu, dan kesarkastisan Rael terdengar seperti senandung puji-pujian. Suara Ian? Seperti hewan yang disembelih.“Kau melihat sendiri aku babak belur, ‘kan? Aku sedang menyembuhkan diri.”Ian mengerutkan kening. “Kau terlihat amat san

  • The New World   Chapter 145. Upacara Pernikahan

    “Tuan Putri dan kakakku akan melangsungkan upacara pernikahan sebentar lagi – setelah mereka pulang dari Easteria. Hari ini mereka berdua tiba di Istana Easteria dan aku.. aku mulai tidak tenang..” Rigan meragu sejenak. Ia mencondongkan tubuh dan meminta Lock untuk mendekat. “Akhir-akhir ini, Ares melakukan hal yang sangat mencurigakan. Dia sering pergi malam-malam, melewati jalur belakang dan membawa beberapa orang berpakaian serba hitam. Pada saat kembali ke Istana, biasanya ia akan membawa peti-peti besar yang dibawa ke ruang bawah tanah. A, aku mulai berpikir bahwa apapun yang ia lakukan dengan peti itu, berhubungan dengan.. sesuatu yang tidak baik.”Lock mendengarkan Rigan dengan tenang. Ia sama sekali tidak terkejut mendengarkan berita tersebut. Namun, keraguan Rigan saat mengatakan ‘sesuatu yang tidak baik’ itu membangkitkan keingintahuan Lock.‘Apa yang bakal ia katakan? Sepertinya dia hendak menyebutkan sesuatu t

  • The New World   Chapter 144. Kunjungan Tengah Malam

    Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan bawah tanah yang berbau pengap dan lembab, Lock Easton membuka matanya. Dia melihat langit-langit rendah dan kotor yang sekarang mulai terlihat familiar baginya yang telah menginap disana selama 2 hari belakangan. Ia melirik sekilas ke sudut ruangan, tempat Ian sedang tertidur. Yakin bahwa bocah tersebut benar-benar tertidur, Lock bangkit berdiri dan menghampiri pintu.“Kau berhasil bertemu dengan kakek itu?” Lock bertanya sambil berjalan naik ke arah pintu.“Kakek itu terlalu mencurigakan.” Suara Rue terdengar dari balik pintu. Lock tertawa kecil. “Memang.”“Aku mendengar pembicaraan anak buah Ares bernama Gin. Mereka berencana untuk menjual bocah itu setelah upacara pernikahan.”Lock melirik Ian yang bergumam sendiri seperti sedang bermimpi buruk. Bocah itu terlihat menyedihkan.“Mereka tidak akan mendapatkan banyak uang dengan menjualnya.

  • The New World   Chapter 143. Sang Penjaga

    Di bawah lampu remang-remang, sesosok bocah kurus dan kotor yang memiliki ekspresi keras kepala, licik, dan juga menjengkelkan, muncul dari balik bayang-bayang.“Ta-raaa!” Hiro berseru sembari menunjuk Ian. “Kejutan! Ini bocah yang begitu kau sayangi! Pelipur lara saat kau mendengar wanita yang mirip dengan mantan kekasihmu, menikah!”Tetapi, Lock tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Hiro. Ia hanya menatap Ian tanpa berkedip.“Bagus sekali,” kata Lock datar. “Apa mereka menyembelih babimu atau apa disini?”Ian memberengut. “Maxi berhasil pergi!” serunya dengan suara melengking menjengkelkan. Bocah itu terlihat marah, yang mana membuat Lock begitu heran. “Kenapa kau lemah sekali? Katamu kau kuat! Kenapa kau membiarkan mereka menculikmu!?”“Maaf?” Hiro memandangi Ian dan Lock bolak balik sambil bersedekap. “Apa aku salah dengar? Siapa yang kuat?”

  • The New World   Chapter 142. Terkurung

    “Aku sebenarnya tidak yakin apakah air ini dapat membuatmu tersadar, tetapi aku selalu ingin melakukannya.”Dan suara itu. Lock melirik untuk melihat seraut wajah yang ‘sangat’ ia rindukan. Saat melihat wajah berminyak itu, Lock mendadak sadar dia tadi bermimpi.“Ini benar-benar menyegarkan,” ujar Lock. “Terima kasih.”Travis menyipitkan matanya. “Sepertinya kau suka disiram.”Lock berusaha menarik tubuh bagian atasnya. “Tidak, tapi aku suka disadarkan,” katanya. “Aku senang mengetahui bahwa aku tidak melihatmu di dalam mimpi.”“Aku pun tidak suka melihatmu, bahkan di dalam kehidupan nyata.”“Cukup adil.” sahut Lock, nyengir. Ia kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya.Dia berada di sebuah ruangan lapang berpenerangan remang-remang. Ditilik dari tak adanya jendela dan kelembaban ruangan tersebut, Lock yakin ia ten

  • The New World   Chapter 141. Kalah Telak

    Itu sakit sekali hingga nyaris membuat Lock berpikir untuk pura-pura pingsan. Tetapi, ia tak melakukan itu. Belum, karena ia sedang mempersiapkan rasa sakit lain yang mungkin akan muncul sebentar lagi.‘Oh, dan ngomong-ngomong..’Lock tak punya waktu banyak untuk berpikir lebih lama. Jadi, dia mengerahkan kesempatannya yang terakhir untuk menoleh ke arah Maxi yang masih mengamuk.Manipulatif Aura.Bukan hanya Maxi yang terpengaruh, tetapi juga Gin. Mereka terbelalak dengan wajah penuh ketakutan, satu dengan wujud binatang, satunya lagi dalam bentuk manusia. Tentu saja Lock mengabaikan Gin.“Pergi.” katanya, memberi perintah pada Maxi. Suaranya mengandung aura yang begitu intens.Mata Maxi seketika tampak begitu kebingungan dan takut. Ia menguik dan terhuyung mundur selama beberapa detik sebelum ia kemudian berbalik dan pergi melarikan diri.“Jadi, kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan babi? Betapa m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status