Arjuna Wiratama, seorang penipu, bertemu Naya Kirana, putri duyung terakhir. Cinta mereka adalah takdir yang terulang dari era Majapahit. Naya menjadi pemandu spiritual bagi Arjuna, yang sedang mencari kebenaran tentang kematian ayahnya. Musuh utama mereka adalah Jagad Buana, pembunuh ayah Arjuna, yang obsesif dengan kekuatan kuno. Arjuna dan timnya menyusup ke markas Jagad Buana dan menemukan Artefak Air Mata Abadi yang menjebak roh duyung. Dengan bantuan teman lamanya, Putri Arimbi, mereka membebaskan roh itu dan menangkap Jagad Buana. Namun, terungkap dalang yang lebih besar: Tuan X, entitas kuno yang menginginkan Giok Penjaga Takdir—kunci ke Sumur Kehidupan Duyung. Naya Kirana yang bermanifestasi sesaat, menjelaskan bahwa Tuan X adalah musuh abadi duyung. Arjuna mulai melatih kekuatannya dengan giok, yang juga memicu serangan personal Tuan X terhadap orang-orang terdekat Arjuna. Setelah menangkis serangan Tuan X, Arjuna bertekad untuk menemukan Sumur Kehidupan Duyung dan menghentikan ancaman purba ini, demi melindungi orang yang ia cintai dan keseimbangan dunia.
View MoreSamudera adalah keheningan, rahasia, dan rumah. Namun, bagi Naya Kirana, samudera juga adalah penjara, kini terbentang jauh di belakangnya. Ia terdampar. Bukan di daratan asing yang indah, melainkan di beton keras, bising, dan penuh aneh di pusat kota Jakarta. Kakinya terasa nyeri, sebuah adaptasi yang tidak biasa dari ekor bersisik peraknya yang telah berubah. Ia menyentuh kulitnya, memastikan tidak ada lagi sisik yang tersisa. Ajaib, tetapi juga mengerikan.
Ia tidak tahu persis bagaimana ia sampai di sini. Ingatannya tentang transisi dari air ke darat bagaikan kabut tebal, hanya ada sensasi pening dan desakan kuat untuk melarikan diri dari sesuatu—atau seseorang. Yang ia ingat hanyalah kilatan cahaya, gelombang energi, dan desakan untuk mencari perlindungan.
Tubuhnya kini terasa berbeda, asing. Pakaian lusuh yang entah bagaimana melekat pada tubuhnya basah dan dingin. Ia lapar, haus, dan bingung. Bau aneh menyeruak di mana-mana: bau asap, bau keringat, bau makanan yang tak ia kenali. Suara-suara riuh rendah, bising klakson kendaraan yang tak henti, dan obrolan orang-orang yang melintasinya. Semua terasa menakutkan, memekakkan telinga. Ia adalah putri duyung terakhir dari keturunan kuno, dan ia terbuang di dunia manusia.
Naya Kirana berjalan tanpa arah, matanya yang besar dan bening menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu dan ketakutan yang sama besarnya. Ia melihat sekelompok manusia memegang benda tipis persegi panjang yang bersinar. Ada yang menempelkannya ke telinga dan berbicara sendiri. Ada yang menggeser-geser layarnya dengan jempol. Ia tidak mengerti.
Lalu, sebuah kilasan. Bukan dari lingkungan sekitarnya, melainkan dari masa lalu.
Kilasan Ingatan — Era Majapahit
Dewi Tirta, dengan ekor bersisik peraknya yang berkilauan, berenang dengan anggun di bawah perairan jernih sebuah telaga suci di jantung hutan Majapahit. Ia adalah penjaga telaga, seorang dewi dari lautan yang dihormati dan ditakuti oleh penduduk sekitar. Kekuatannya luar biasa, mampu memanipulasi air dan berbicara dengan semua makhluk air.
Namun, kedamaian itu terusik. Sebuah bayangan gelap melayang di atas air, seorang pria dengan aura jahat yang kuat. Itu adalah Patih Durjana, penasihat raja yang haus kekuasaan, dikenal karena sihir gelapnya dan obsesinya pada hal-hal mistis. Ia telah mendengar legenda tentang Dewi Tirta dan gelang mutiara hitamnya, dan ia menginginkan kekuatan itu.
Dewi Tirta merasakan kehadirannya, getaran tidak menyenangkan menembus air. Ia bersembunyi di kedalaman, mengamati Patih Durjana dari kejauhan.
Patih Durjana membawa pasukannya ke tepi telaga. Ia mulai mengucapkan mantra kuno, melemparkan jaring-jaring energi ke dalam air, mencoba menangkap Dewi Tirta. Air telaga bergolak, makhluk-makhluk air panik.
Dewi Tirta terperangkap dalam jaring energi. Ia berjuang, memancarkan gelombang kekuatan untuk menghancurkan jaring itu, tetapi sihir Patih Durjana terlalu kuat. Gelang mutiara hitam di pergelangan tangannya bersinar terang, namun ia tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya.
Tiba-tiba, seorang pria gagah berani muncul. Itu adalah Adipati Damarjati, seorang ksatria yang dihormati dan memiliki hati yang murni. Ia adalah satu-satunya manusia yang mengetahui keberadaan dan kemurnian Dewi Tirta. Ia telah datang untuk melindunginya.
"Patih Durjana, hentikan kegilaanmu!" teriak Adipati Damarjati, pedangnya terhunus.
Patih Durjana tertawa sinis. "Adipati Damarjati, kau bodoh sekali! Kau ingin melindungi makhluk rendahan ini? Kekuatan ini akan menjadi milikku!"
Pertarungan sengit pecah. Adipati Damarjati bertarung dengan gagah berani melawan Patih Durjana dan pasukannya. Dewi Tirta, yang kini telah mengumpulkan sebagian kekuatannya, memecahkan jaring Patih Durjana dan berenang menuju Adipati Damarjati, membantu melindunginya dari serangan Patih Durjana.
Dalam kekacauan itu, Patih Durjana berhasil melepaskan mantra kutukan ke arah Adipati Damarjati, yang mengenai lengannya. Dewi Tirta, melihat kekasihnya terluka, berenang mendekat. Ia merasakan panas yang menyengat dari luka Adipati Damarjati. Dalam keputusasaan, ia meletakkan tangannya di atas luka itu, dan gelang mutiara hitamnya bersinar sangat terang. Kutukan itu lenyap, tetapi Dewi Tirta merasakan sebagian kekuatannya tersedot, dan ia merasa pening.
"Dewi Tirta!" teriak Adipati Damarjati, khawatir.
Dewi Tirta mengangguk, lalu menunjuk ke arah Patih Durjana yang kini semakin marah. Ia tahu mereka harus melarikan diri. Ia menciptakan gelombang pasang untuk menghantam Patih Durjana, memberi mereka waktu untuk kabur.
Kilasan itu berakhir dengan Naya Kirana merasakan sentuhan tangan Adipati Damarjati, bahaya dari Patih Durjana, dan pengorbanan kecil yang dilakukan Dewi Tirta dengan gelangnya.
Kembali ke Masa Kini
Naya Kirana terhuyung, kepalanya pening. Kilasan itu terasa begitu nyata, begitu menyakitkan. Adipati Damarjati. Patih Durjana. Gelang mutiara hitam. Semua ada di masa lalunya, dan kini terasa seperti beban di masa kini.
Ia melihat sekeliling lagi, mencari sesuatu yang familier. Ia melihat sebuah toko elektronik besar dengan banyak layar TV yang menampilkan gambar-gambar bergerak. Ia masuk, tertarik oleh cahaya-cahaya itu.
Di dalam, sebuah pria berjas rapi, dengan rambut tertata apik dan senyum menawan, sedang berbicara dengan seorang penjaga toko. Pria itu tampak tampan, tetapi matanya memiliki kilatan licik. Itu adalah Arjuna Wiratama, seorang penipu profesional yang sedang mencari celah untuk menipu. Ia sedang mencari ponsel terbaru, bukan untuk dibeli, melainkan untuk dimanfaatkan.
Arjuna merasakan kehadiran yang aneh. Ia menoleh, dan melihat Naya Kirana. Ia menatapnya dengan rasa ingin tahu bercampur waspada. Wanita itu terlihat... lain. Pakaiannya lusuh, kakinya kotor, tapi ada kemurnian dan kecantikan aneh di matanya. Dan yang paling menarik perhatian Arjuna adalah gelang mutiara hitam di pergelangan tangan Naya Kirana. Gelang itu terlihat sangat mahal, kuno, dan memancarkan aura misterius.
"Tunggu, Nona," kata Arjuna, mendekat dengan senyum manisnya yang paling menawan. Ia ingin melihat gelang itu lebih dekat. "Apakah kau tersesat?"
Naya Kirana tidak mengerti kata-kata Arjuna. Ia hanya menatapnya, merasakan sesuatu yang familier dari dirinya—sebuah kehangatan, perlindungan, yang mengingatkannya pada Adipati Damarjati. Ia juga merasakan niat Arjuna, yang sedikit licik, tetapi tidak berbahaya.
"Gelangmu indah sekali," puji Arjuna, berusaha meraih tangan Naya Kirana untuk melihat gelang itu.
Naya Kirana secara refleks menarik tangannya. Ia tidak mengerti niat Arjuna. Ia hanya ingin makan. Perutnya bergemuruh.
Arjuna melihat reaksinya. Ia menyadari Naya Kirana tidak mengerti bahasa manusia modern. Ia tersenyum geli. Ini menarik. Wanita aneh dengan gelang mahal. Sebuah potensi mangsa, pikirnya licik.
"Kau lapar?" tanya Arjuna, mencoba menirukan suara perutnya.
Naya Kirana mengangguk cepat. Ia melihat makanan di balik etalase kaca, roti-roti yang empuk dan berwarna-warni.
Arjuna menuntun Naya Kirana keluar dari toko, berpura-pura baik hati. Ia tidak tahu siapa wanita ini, tapi ia tahu gelang itu pasti sangat berharga. Ia akan membawanya ke tempatnya, mencari tahu lebih banyak tentang dirinya, dan mungkin... menjual gelang itu. Itu adalah rencana tipuannya yang biasa.
Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada tarikan aneh pada wanita ini, sebuah koneksi yang melampaui logika penipuannya.
Di saat yang sama, di sebuah kantor mewah di jantung kota Jakarta, seorang pria paruh baya yang berwibawa, Jagad Buana, menatap sebuah kompas kuno di mejanya. Kompas itu berputar tak beraturan, jarumnya bergetar liar, menunjuk ke arah Naya Kirana.
"Dia sudah bangun," gumam Jagad Buana, seringai jahat muncul di wajahnya. "Dan dia ada di Jakarta. Gelang mutiara hitam itu... akhirnya kembali padaku."
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang
Kembalinya Naya Kirana bukanlah sebuah rahasia yang bisa disimpan selamanya. Setelah pertemuan pertamanya dengan Putri Anggraini, Bagas Prasetya, dan Kianjaya, berita tentang manifestasinya mulai menyebar di kalangan terbatas di dalam Yayasan Pelestarian Lautan. Tidak ada laporan resmi ke media, tetapi di antara mereka yang berdedikasi pada pelestarian laut, gema "melodi lautan" dan "penjaga baru" mulai menjadi bisikan penuh harapan.Naya Kirana kini tidak lagi terbatas pada keberadaan spiritual. Ia dapat bermanifestasi dalam wujud manusia di daratan, meskipun ia masih mempertahankan aura cahaya dan koneksi mendalamnya dengan air. Ia tidak bisa hidup layaknya manusia biasa, tidak membutuhkan makanan atau tidur, namun ia bisa berinteraksi, berbicara, dan yang paling penting, membimbing.Peran Naya Kirana bagi Yayasan Pelestarian Lautan menjadi tak ternilai. Dengan koneksinya yang langsung dengan lautan, ia bisa merasakan kesehatan ekosistem secara global, mendeteksi ancaman polusi, ata
Cahaya biru yang memancar dari dalam teluk terus membesar, memukau Putri Anggraini. Pusaran air yang lembut itu kini berdenyut dengan ritme yang memukau, memancarkan melodi yang hanya bisa ia dengar di dalam hatinya. Aroma asin laut bercampur dengan wangi bunga-bunga tropis yang tiba-tiba bermekaran di sekitar bibir pantai, seolah alam turut merayakan.Dari pusat pusaran cahaya itu, sosok itu perlahan-lahan mengambil bentuk. Bukan lagi siluet transparan, tetapi sebuah wujud yang nyata, meskipun masih diselimuti aura bercahaya. Rambut panjang sebiru samudra, mata yang memancarkan kebijaksanaan dan kerinduan berabad-abad, dan senyum yang lembut namun penuh kekuatan. Itu adalah Naya Kirana, kembali.Putri Anggraini terkesiap. Ia tidak pernah melihat sesuatu seperti ini. Rasa takutnya lenyap, digantikan oleh kekaguman murni dan rasa koneksi yang mendalam, seolah ia telah menunggu momen ini sepanjang hidupnya. Air matanya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi karena keindahan yang luar b
Puluhan tahun telah berlalu sejak kepergian Arjuna Wiratama. Warisannya hidup subur melalui Yayasan Pelestarian Lautan, yang kini dipimpin oleh Bagas Prasetya, dengan Kianjaya sebagai kepala penelitian global. Giok Penjaga Takdir yang pernah menjadi jimat pribadi Arjuna, kini tersimpan di sebuah museum maritim yang didirikan untuk menghormati dedikasinya. Giok itu diletakkan di dalam vitrin kaca khusus, memancarkan cahaya biru samar yang hampir tak terlihat, namun selalu menarik perhatian para pengunjung yang paling peka.Dunia telah banyak berubah. Teknologi semakin maju, namun ancaman terhadap lautan juga semakin kompleks. Meski begitu, berkat fondasi yang diletakkan Arjuna, kesadaran global akan pentingnya menjaga ekosistem laut telah meningkat pesat. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, lautan mulai menunjukkan fenomena yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.Di berbagai belahan dunia, para pelaut melaporkan mendengar melodi aneh dari kedalaman laut, sebuah lagu yang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments