Saat Jimi kembali ke ruangan, ia menemukaan Gani yang tidur pulas dengan tangan dan kaki yang diikat, persis seorang tahanan. Ia yang awalanya berniat membangunkan, namun mengurungkan niatnya khawatir Gani akan membalas dendam. Jimi sudah sangat jauh lebih baik dan besok ia belum tahu ada agenda apa yang menanti
***
"Jimi! bangun! Hei Jimi!" terdengar sayup-sayup suara memanggil nama Jimi.
"Hilmi! hei goblok! bangun! Kalau lo engga bangun, kami tinggal ya!" suara satu lagi terdengar dan lebih jelas, ini suara Afif.
Jimi perlahan membuka matanya dan terkejut melihat kedua tangannya diborgol. Afif yang berdiri di sampingnya berteriak tentang sesuatu, namun Jimi tidak mendengarnya dengan jelas. Gani yang berada dekat pintu, justru yang lebih mengagetkan Jimi karena ia sudah bisa berjalan dengan lancar.
"Loh, gani sudah bisa jalan? Hoaamm.. memang ada apa buru-buru?" tanya Jimi sambil menggaruk-garuk perutnya. Meski ia biasa bangun pagi, namun kel
Setelah tiga hari berusaha menghindar, akhirnya Jimi mau duduk berdua dengan Bibi Hani di meja makan. Bibi Hani bersikeras meminta Jimi menceritakan kemana ia menghilang selama beberapa hari terakhir. Awalnya Jimi berniat mengubur rahasia Agora ke bawah nisannya, namun setelah dipertimbangkan kembali, ia juga tidak ingin orang yang membesarkannya kehilangan sosok Jimi. "Ja, jadi tante mau tanya tentang apa?" tanya Jimi dengan tatapan yang dibuang sembarang karena bibinya terus menatapnya tajam. "Kemana saja kamu selama ini, kamu baru masuk SMA dan langsung jadi berandalan?! mau..." Bibi Hani benar-benar mengunyak telinga Jimi dengan omelan khas orang tua. "Tan, saya salah. Tolong maafkan saya." Jimi segera menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia tidak terbiasa dimarani tanpa melawan, jadi posisinya sekarang sungguh menyiksa. Bibi Hani sontak terenyuh melihat sikap Jimi. "Kamu.. ga ngobat kan, Jimi?". "Ya engga lah tan! kok ke arah sana sih mikir
Dua belas menit penuh, Jimi menahan bola matanya agar tetap berada di atas, setidaknya melihat dahi Lidya. Ia tidak bisa melihat ke bawah karena itu akan berbahaya untuk respon tubuhnya, apalagi selama dipangku, Lidya terus bergerak ke depan dan belakang. Jimi berharap hukuman ini segera berakhir. "Ok! kamu sudah paham kan!? Peringatan yang ditulis Bang Fathan adalah peringatan keras yang harus camkan untuk tidak diulangi!" jelas Lidya tanpa memperdulikan erangan Jimi yang keluar dari mulut yang tertutup. Meski keringat membasahi wajah dan leher Jimi, seakan tidak membuat Lidya peduli. "Hm? kamu ingin tahu kenapa saya tidak terpengaruh asap dari kursi ini?" ucap Lidya. "Enggak Mba! Engga! Tolong pindah! Adik saya sudah tidak bisa menahan lagi!" jeritan Jimi hanya keluar seperti erangan belaka. "Sebagai auditor, kami punya keistimewaan untuk tetap menggunakan shrapnel agar pelanggar seperti kalian dapat kami tanggulani. Seperti yang saya sampaikan sebe
Beruang hitam tersebut memukul-mukul Jimi dengan brutal. Namun ia masih mampu menahannya. Afif berlutut sambil berlindung di balik punggung Jimi. Tiba-tiba Hanuman kembali dengan nada marah. "Bodoh! apa yang kamu lakukan. Jika terlalu lama bertahan, staminamu untuk menyerang dan melarikan diri akan habis!" hardik Hanuman. Jimi sontak terkejut. "Apa maksudmu melarikan diri!? Saya bisa mengalahkannya!" Jimi seolah tidak peduli dengan ucapan Hanuman. "Saat kamu membawa beban atau melindungi seseorag, opsi pertama yang kamu harus ambil adalah bagaimana kamu dapat mengalokasikan sisa kekuatanmu untuk melarikan diri. Terserahmu akan digunakan untuk apa melarikan diri itu, untuk dirimu sendiri atau orang tersebut!" Jimi tersadar akan kesalahannya. "Afif, lo masih bisa maju tempur!?" seru Jimi sambil menahan serangan beruang itu. "Bisa! gue kayak gini karena terkena serangan pertamanya. Selebihnya gue bisa hindari. Tapi sakit banget, sialan," jawab Af
"Kamu juga merasakan sensasi yang sama, Kida?" tanya Jimi setengah antusias. "Faksi palung adalah satuan yang bergerak cepat dan siap merespon segala ancaman dengan cepat," jawab Kida dengan wajah puas dan lengan yang bersedakep. "Kaitannya apa dengan Kani?" "Kaitannya saya sudah mengikuti Kani sejak dia memancingmu untuk keluar sekolah tadi siang," jawab Kida. "Menakutkan, memang apa yang kamu lihat selama itu?". "Hmm.. banyak. Kani langsung keluar kelas dan menuju El-Dorado. Dia berdiri di samping pintu masuk bangunan, sepertinya menunggu Jimi. Saat kamu datang, ia segera bersembunyi di ruangan ekskul lain, padahal ia anggota Agora. Saat kamu memasuki ruangan mading, ia menunggu cukup lama hingga Afif lewat dan mengacuhkannya." Jimi terkejut mendengar seluruh info tersebut. "Tunggu! kamu engga sekolah? kok bisa tahu dia keluar lebih dahulu?". "Pertanyaanmu ga penting. Mata Palung itu banyak dan kami mendeteksi pergerakan angg
Jimi dan Yongki sudah berjalan selama satu melewati gerbong demi gerbong, namun mereka tidak menemukan apapun. Malam mulai tiba, matahari tinggal sedikit lagi menyinari senja. Beberapa saat kemudian lampu dalam gerbong menyala temaram, namun cukup untuk melihat ke sekeliling. "Sebentar lagi, kekuatannya akan mendekati maksimal, kita hanya membuang-buang waktu untuk mencari manifestasi fisik lain Contus. Paling tidak sampai ia menginginkannya sendiri,"ujar Yongki seraya berhenti berjalan dan melihat sekeliling. "Bagaimana dengan Mba Kida dan Mba Ayu?" tanya Jimi. "Tenang, Ayu sudah mengerti rencanaku. Jika sekarang kita mencari mereka, kita hanya akan tersesat di ruang antar dimensi ini." "Bagaimana Bang Yongki bisa membuntuti Kani?" Yongki tidak menjawab, ia kemudian merogoh saku kemeja sekolahnya dan menunjukkan sebuah tiket kepada Jimi. Dengan seksama Jimi mencari apa ada yang bisa ia gali dari tiket tersebut. "Ini!? jadi Kani sudah melakuka
"Astaga, kenapa kita terpisah dengan yang lain?". "Jangan tanya saya, Ayu". "Padahal gue sudah membuntuti Yongki sejak kemarin. Sekarang jadi sia-sia, uhuhuhu," rengek Ayu. "Lebih baik tidak ada ikatan romasa antar sesama anggota, untuk menjaga profesiona..". "Jimi tadi siang diperiksa auditor karena memberitahu keluarganya perihal Agora." "Oh ya? Hari ini jadwalnya bang Fathan kan? dia pasti meme.." "Dan Jimi sudah diperiksa oleh Lidya.. 15 Menit," Ayu terus memotong ucapan Kida. Namun ucapan itu seperti sambaran panah ke hati Kida. Begitu mendengarnya, detak jantungnya seakan terlewat sekali. "Non S-T-O-P" tambah Ayu lagi. Kali ini ucapannya sudah mengenai psikis Kida, yang tadi berdiri kemudian jatuh berlutut. "Ka, kamu bercanda kan, Yu? Kan ada Bang Fathan di rua.." belum selesai Kida bicara, lagi-lagi Ayu memotongnya. "Bang Fathan mengejar Afif yang bersama Jimi di saat bersamaan," potong Ayu lagi. Kida jat
Di gerbong depan, Jimi bertahan adu kekuatan dengan Zeta. Jimi bertarung menggunakan martil Zeta, sementara Zeta masih menggunakan tang dan kunci inggris yang belum mengeluarkan kekuatan maksimalnya. Namun kekalahan Mustang nampaknya berpengaruh kepad Zeta. "Ugh!" keluh Zeta seraya melepas kunci inggris dan memegangi kepalanya. Jimi tidak mengendorkan kesiagaannya dan tetap menatap Zeta. Namun saat Zeta masih memegangi kepalanya, akhirnya Jimi menyeka wajahnya yang dipenuhi dari dari dan kepalanya. "Kenapa Zeta? siap menyerah?" tanya Jimi meledek. "Kalian ludensia, memang kutukan bagi kami. Tapi apa kamu tahu kemana kereta ini mengarah?" Zeta berusaha memancing Jimi. "Gue ga urus dengan arah kereta. Selama kalian kalah, kereta ini akan berhenti bukan?". "Bocah. Simpan energimu. Saya merasakan ada kekuatan Contus yang berkurang. Sepertinya salah satua antek berhasil dikalahkan teman-temanmu," ujar Hanuman tiba-tiba. "Antek Contus? mungk
"Gue ga harus hentikan? tapi cara apa lagi yang bisa gue lakukan?" Jimi diselimuti kebingungan. Zeta menangkap sinyal tersebut dan mulai menggertak Jimi. "Waktumu sudah habis bukan?" Zeta mengeluarkan senyumnya untuk pertama kali. Jimi paham ia keliru dengan menunjukkan raut wajanya yang cemas. "Sebentar, selain jurusan bekasi - kota, ada kereta yang berasal dari Pasar Senen mengarah ke bekasi. Itu jalur yang berbeda, lantas dimana penggantian jalurnya.. ah! jatinegara!" Jimi berpikir cepat dan sudah menemukan harapan baru, namun ia masih tetap harus menghadapi Zeta untuk dapat menuju gerbong masinis. "Hanuman, kekuatanmu besar dan berat sekali, seakan energi gue terkuras lebih cepat!" ucap Jimi. "Ada gerbang lain dari kekuatanku yang kamu buka, akibatnya karena kita belum pernah melatih ini, staminamu belum terbiasa," jawab Hanuman. "...artinya jika bentuk jilatan api ini gue hentikan tiba-tiba, belum tentu bisa gue aktifkan lagi. bukan begit