แชร์

Bab 221

ผู้เขียน: Liazta
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-19 00:01:39

Pagi ini suasana di ruang makan terasa berbeda, lebih ringan, lebih hidup, seakan rumah besar itu kembali bernyawa setelah tenggelam dalam kecemasan.

Yurika sudah duduk rapi di ujung meja, senyum lembut tak pernah lepas dari wajahnya. Begitu melihat Amora berjalan masuk bersama Alvaro, ia langsung berdiri, menyambut dengan pelukan hangat.

“Selamat pagi, Mora…,” ucapnya dengan suara penuh kasih.

“Selamat pagi, Mi,” jawab Amora lirih, sedikit kikuk tapi matanya berbinar.

Di kursi kecil, Zolin sudah duduk manis dengan wajah ceria. “Mommy!” serunya riang, langsung berlari kecil menghampiri Amora. Amora jongkok, meraih gadis kecil itu ke dalam pelukan. “Sayang mommy… pagi ini kamu cantik.”

“Hmm… karena Oma yang mandiin dan kepang rambut aku. Sebenarnya aku ingin meminta mommy yang mandiin dan ikatin rambut. Tapi kata Oma, Mommy sedang kecapean karena baru pulang tadi malam selepas jalan-jalan,” jawab Zolin polos, membuat semua orang di ruangan itu terdiam.

Amora baru mengetahui ternyata Y
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (3)
goodnovel comment avatar
Aisha
So sweet Alvaro.. aq ikut merasakan Amora..semoga kalian bahagia selamanya..
goodnovel comment avatar
Shearly Yunita Loebis Shearly
suka banget sm cerita ini
goodnovel comment avatar
Okta Viska
kpn Alvaro dan Amora menikah Thor? jgn lama2
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 277

    Malam semakin larut. Rumah sakit tampak sunyi, hanya suara langkah perawat yang sesekali terdengar di lorong panjang rumah sakit. Randy berdiri di depan pintu kaca ruang perawatan bayi.Ia tidak tahu kenapa kakinya membawanya ke sana.Setelah Diki pergi sore tadi, ia mencoba tidur, tapi pikirannya terus berputar, menggema oleh kata-kata dokter itu."Anak itu tidak salah."Randy menarik napas dalam. Di balik kaca itu, seorang bayi kecil terbaring di atas tempat tidur bayi, tubuhnya mungil dan pucat.Selang infus melilit di kaki mungilnya, dada kecilnya naik turun pelan, seolah sedang berjuang keras hanya untuk bernapas.Bibir Randy bergetar tanpa suara. Ia tidak bisa berpaling.Ada sesuatu dalam dirinya yang menolak mengakui, tapi juga tak sanggup menolak belas kasihan yang mendesak dari dalam.“Kenapa kau harus lahir dari rahim wanita itu…” bisiknya pelan, penuh getir.“Kenapa bukan dari seseorang yang pantas… yang bisa menjagamu…”Ia mengusap wajahnya kasar.Amarah dan iba bertarung

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 276

    Randy berdiri memunggungi Diki, menatap keluar jendela dengan rahang menegang.Tangannya mengepal, jemarinya tampak bergetar menahan emosi yang sudah terlalu lama ia tekan. Jika tidak memikirkan bahwa dokter itu sahabat baiknya, ia pasti sudah menendang pria itu keluar.“Aku tidak ada hubungan apa pun dengan anak itu,” suaranya serak, tapi tajam seperti bilah pisau.Ia berbalik, menatap Diki dengan mata penuh kemarahan, luka serta kecewa.“Kenapa aku harus mempertahankannya, hah? Untuk apa?”Diki menghela napas panjang, lalu duduk di kursi berhadapan dengannya.Ini sudah kali kedua ia datang membicarakan hal yang sama, dan entah kenapa, Randy justru terlihat semakin keras kepala.“Randy…” katanya dengan nada hati-hati. “Aku hanya ingin kau mempertahankan hak asuh itu, setidaknya sampai prosesnya selesai. Setelah itu, aku yang akan mengurus anak itu. Aku yang akan menjadi walinya, dan dia akan berada di bawah pengawasanku.”Diki sangat prihatin melihat nasib bayi malang tersebut. Pada

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 275

    Suasana di ruang tamu mansion sore itu begitu tenang namun juga hangat. Ikato duduk di sofa besar, sambil memangku Emran. Bayi itu tampak ceria, jemari mungilnya tak henti mencubit dagu sang kakek buyut, saat mendengar Ikari menjerit dan berpura-pura sakit. Bayi tampan itu tertawa ngakak. Zolin, yang duduk di samping mereka, menjadi komentator paling cerewet sedunia. “Kakek besar, hati-hati ya! Emran suka gemas,” kata gadis kecil itu sambil menunjuk tangan adiknya. Dan benar saja, Emran tiba-tiba menepuk pipi Ikato dengan telapak mungilnya lalu tertawa lebar, memperlihatkan giginya yang kecil-kecil. “Tuh kan! Dibilangin!” seru Zolin sambil ikut tertawa. Yurika yang sedang menyiapkan teh di meja, menoleh sambil tersenyum. “Zolin, jangan menggoda adikmu terus. Biarkan Tuan Ikato menikmati waktu dengan cicitnya.” “Tapi, Oma… Emran itu lucu banget kalau lagi nyengir!” Zolin memonyongkan bibirnya menirukan gaya adiknya. “Begini, Kek! Nih, ‘heheh~’” katanya dengan ekspres

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 274

    Dihalaman mansion keluarga Alvaro, mobil hitam berhenti perlahan. Dari dalamnya keluar seorang pria tua berambut putih, langkahnya kokoh, sorot matanya menyala namun teduh. Ikato Ikari, sosok yang sangat disegani dan sangat sulit untuk ditemui. Ikato Ikari, sosok yang disegani, dan begitu sulit dijumpai oleh siapa pun. Namun kali ini pria itu yang datang sendiri sambil membawa kantong berukuran besar. Angin sore berembus lembut, membawa aroma dedaunan dan bunga yang bermekaran. Ikato berdiri lama di depan halaman itu, menatap rumah besar di hadapannya dengan pandangan bergetar. Bibirnya bergetar lirih, mengucap doa yang nyaris tak terdengar. “Semoga hari ini… aku diterima sebagai keluarga.” Suara derit pintu terdengar. Dari dalam, muncul Yurika, mengendong Emran. Di belakangnya berlari kecil Zolin, dengan wajah ceria dan rambut bergoyang ditiup angin. “Tuan Ikato… senang sekali akhirnya bisa bertemu langsung dengan Anda,” ucap Yurika sambil sedikit membungkuk, menahan haru.

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 273

    Randy terdiam. Tatapannya tajam menembus sosok pria yang duduk di depannya, penuh rasa tak sabar dan ketegangan yang sulit disembunyikan. “Bayi itu... anak Miranda,” ujar Diki pelan. Dokter itu berhenti sejenak, mencoba memilih kata yang tepat. Namun kalimat berikutnya meluncur dengan berat, “Dan kau, Randy... kau adalah ayah dari anak itu.” Randy langsung menyergah, nada suaranya meninggi. “Anak itu bukan anakku!” Napasnya naik turun, matanya memerah menahan emosi. Diki tak langsung membalas. Ia menarik napas panjang, lalu menatap Randy dengan sorot yang teduh namun tegas. “Aku tahu, dan aku sudah menduga kau akan berkata begitu.” Randy mengambil selembar kertas yang terlipat rapi dan menunjukkannya ke Diki. “Aku punya buktinya. Hasil tes DNA. Anak itu bukan darah dagingku.” Ia menatap lembaran itu seolah sedang menghadapi seluruh beban hidupnya. “Tidak akan ada perebutan hak asuh, tidak juga hak waris. Semua sudah jelas. Aku akan hapus nama anak itu dari keluarg

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 272

    Randy masih duduk di ruang kantornya, dengan tatapan kosong menembus gelapnya malam di balik jendela kaca. Lampu-lampu kota Jakarta berpendar samar, tapi tak ada satu pun yang mampu mengusir kegelapan di dadanya. Di atas meja, berkas hasil DNA yang baru saja ia baca masih terbuka. Surat ini akan menjadi bukti di pengadilan. Bahwa anak itu bukan darah dagingnya. Namun sebelum ia sempat menutupnya, suara pintu berderit pelan. “Randy…” Suara berat namun tenang itu membuat Randy menoleh. Diko, sahabatnya, yang merupakan seorang dokter. Randy berdiri setengah bingung. “Diki? Ada apa?" Diki hanya menghela napas panjang. Wajahnya terlihat tegang. Ia menatap Randy seolah sedang menimbang apakah pria itu siap menerima sesuatu yang jauh lebih berat daripada rahasia DNA yang baru diketahuinya. “Aku datang bukan sebagai dokter, Ran,” ucapnya lirih. “Aku datang sebagai orang yang menyaksikan apa yang kau hancurkan… dengan tangamu sendiri.” Randy mengernyit. “Apa maksudmu?” Diki

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status