Share

Bab 249

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-03-08 22:00:10

Juned mendekati Nadhifa dan mulai bersiap untuk memijatnya.

“Kamu belum pernah dipijat, ya?” tanya Juned dengan nada santai, mencoba mencairkan suasana.

Nadhifa mengangguk pelan, lalu mendongak sedikit. “Pernah... tapi sama perempuan. Itu pun udah lama banget,” jawabnya dengan suara lirih.

Juned tersenyum kecil. “Santai aja, aku nggak bakal kasar. Kalau sakit atau nggak nyaman, bilang aja.”

Nadhifa mengangguk lagi, lalu membaringkan tubuhnya perlahan dengan posisi tengkurap, seperti yang Juned arahkan. Namun, baru saja Juned menyentuh pundaknya, Nadhifa langsung mengejang dan menahan tawa kecil.

“Geli,” katanya, setengah menahan diri.

Juned tertawa tipis. “Baru nyentuh udah geli? Gimana aku mau mijat?”

Nadhifa ikut tertawa kecil, tapi wajahnya tetap sedikit malu. “Aku emang gampang geli... makanya jarang pijat.”

Juned menghela napas, mencoba mencari cara agar Nadhifa bisa lebih rileks. “Gimana kalau kamu tarik napas dalam-dalam, terus fokus aja ke rasa pegalnya. Aku bakal mulai dari p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 425

    Jari-jari Tania menjelajah seperti pemeta yang haus, menyusuri lekuk tulang selangka Bu Sinta yang bergetar. Juned mengekor di belakangnya, telapak tangannya yang kasar kontras dengan sentuhan halus istrinya—hangat dan tegas saat mengikuti alur pinggang Sinta yang kurang terawat “Kalian... berdua benar-benar...” desis Bu Sinta terpotong, tangannya mencengkeram bantal sofa saat Tania mengecup dasar lehernya sementara Juned menggenggam erat pinggulnya.Jari Juned tersangkut di elastis potongan kain segitiga Sinta yang sudah lembab, lalu dengan gerakan lambat menurunkannya hingga ke paha yang gemuk dan hangat.“Juned—”Sinta mengerang, perutnya yang berlemak bergetar saat napasnya tersengal. Tangannya meraih pinggan Juned dengan gerakan rakus, kukunya yang pendek nyaris mencakar kulit Juned dalam ketergesaan. “Tolong...aku ingin—” suaranya serak, mata kecokelatan yang mulai berkaca-kaca itu memandang langsung ke barang pusaka Juned yang sudah sepenuhnya bebas. Tania tertawa ge

  • Tukang Pijat Super   Bab 424

    Sinta kembali bergabung di ruang tengah bersama Juned dan Tania.“Ternyata ovennya sudah kumatikan.” Ujarnya berusaha bersikap tenang.Wanita itu duduk dan lanjut menikmati kuenya yang tinggal setengah.Tangan Sinta berhenti di atas piring kue, jemarinya gemetar halus saat pandangannya kembali tersapu ke arah celana Juned untuk ke sekian kalinya. Tania menyadari gerak-gerik Sinta yang terlihat gugup."Vila ini tiba-tiba panas sekali ya? Tania menyeringai, matanya tajam mengamati Bu Sinta yang kian gelisah. Juned mengusap keringat di dahinya, sama sekali tak menyadari tatapan panas di sekitarnya. "Mungkin musim kemarau akan segera—”"Bukan cuacanya, Sayang," Tania menyipitkan mata ke arah Bu Sinta, "tapi suhu di ruangan ini.”"Bisa jadi, Kenapa wajah Bu Sinta memerah?" Juned bertanya polos.“P-panas!” Bu Sinta mengipas-ngipas wajahnya dengan panik, “Aku tak biasa... suhu panas! Vila ini sedikit panas!”Tangan Tania tiba-tiba menepuk paha Juned, “Sayang, tolong buka jende

  • Tukang Pijat Super   Bab 423

    “Kami... eh—”Tania tersedak malu. Sinta sengaja membalikkan roti di piring dengan garpu. “Oh, jangan malu-malu. Aku sudah dewasa,” ujarnya sambil menyipitkan mata melihat bekas gigitan di bahu Juned. “Dagingnya empuk?” Juned tersedak minumannya sementara Tania meraih bantal untuk menyembunyikan wajahnya yang merah padam. Sinta akhirnya tak tahan dan tertawa lepas, “Santai saja! Ini rumah liburan, bukan seminari.” Dia sengaja meninggalkan nampan dan berjalan kembali ke dapur. “Aku lupa sesuatu... kalian berbenah dulu sebelum kita makan bersama.”Sinta menghilang kembali ke dapur, pintu tertutup perlahan di belakangnya dengan sengaja meninggalkan celah kecil. Sementara di ruang tengah, Tania mengumpulkan pakaian yang terserak, wajahnya masih merah saat menemukan tanktop hitamnya teronggok di bawah meja kopi. - Juned melemparkan kaus oblong yang sudah robek ke arah keranjang cucian, lalu mengganti celana pendeknya dengan santai. “Kau benar-benar terlalu santai di depannya.”

  • Tukang Pijat Super   Bab 422

    Juned menghela napas. “Baru mau paham alur ceritanya...” Tanpa peringatan, Tania melemparkan remote dan langsung melompat ke pangkuan Juned, membuat sofa berderit protes. “Kalau memang baru paham alurnya...” bisiknya di telinga Juned sambil memainkan kerah baju Juned, “...harusnya kamu sudah tahu apa yang terjadi di adegan selanjutnya.”Juned tersedak ludahnya sendiri, tapi tangannya otomatis merangkul pinggang Tania. “aku pikir kita sedang... merayakan kemenangan Sinta?” “Dan cara terbaik merayakannya...” Tania mencuri menarik kaos Juned ke atas, “...adalah dengan menikmati waktu yang kita miliki.”Juned menatap Tania yang masih bertengger di pangkuannya: "Kau sengaja pilih film itu dari awal, ya?" Tania hanya tersenyum licik sambil memencet tombol pada remote. Layar TV kembali menayangkan adegan panas menjadi background yang sempurna.Sementara di dapur masih bergemuruh dengan suara tumisan bawang putih dan letupan minyak zaitun. Sinta asyik mengocok telur untuk carbona

  • Tukang Pijat Super   Bab 421

    Sinta hanya tersenyum sambil memandang ke arah luar jendela.Mobil meluncur di jalan tol yang sepi, diterangi lampu jalan yang berjarak seperti kunang-kunang. Juned sesekali melirik kaca spion, mengawasi Sinta yang mulai mengantuk di kursi belakang. “Kalian berdua sebaiknya tidur saja,” bisik Juned sambil mengecilkan volume musik. “Masih setengah jam lagi.”Tania yang duduk di sampingnya menguap lebar. “Tanpa disuruh aku akan tidur,” ujarnya sambil memutar lagu nostalgia tahun 80-an Dari belakang, Bu Sinta tiba-tiba bersuara lirih “Dulu... waktu pacaran dengan Heru, kami sering ke bukit ini.” Tangannya menunjuk jalan berkelok di kejauhan. “Dia selalu bilang ingin punya vila di sini suatu hari nanti.” Terdengar decak kecil dari Tania. “Dan sekarang, pria itu bakal tak punya apa-apa tanpa Bu Sinta. Ironi sekali” Juned mengetuk-ngetuk setir dengan jari. “Kita tak perlu membicarakan dia malam ini. Ini hari kebebasan Bu Sinta.” “Tidak, Juned,” Bu Sinta tersenyum di kaca spion. “Aku

  • Tukang Pijat Super   Bab 420

    Saat Sinta masuk ke bilik ganti sebelah kanan, Tania juga masuk ke bilik di sebelah kiri. Hanya sekat kayu tipis yang memisahkan mereka. Juned masih asyik memilih kaos di rak depan, tak menyadari percakapan yang akan terjadi. “Tan... Apa kau di sebelah?” suara Sinta terdengar pelan melalui sekat. “Iya, Bu Sinta. Aku di sini,” jawab Tania sambil melepas kaus hitamnya. “Tadi... maafkan aku.” Terdengar hentakan kecil di sekat, seperti Tania menempelkan telapak tangan di kayu. “Untuk apa? Aku yang harus minta maaf. Aku terlalu—”“Tidak,” sela Sinta. Suara resleting rok mini yang dibuka terdengar jelas. “Aku harus berterima kasih. Kau membuatku berani mencoba hal baru... meski akhirnya bukan untukku.” Di bilik sebelah, Tania terdiam. Bajunya yang baru tergantung tak tersentuh. “Kau tahu?” bisik Tania akhirnya. “Aku kagum padamu. Kau berani berdamai dengan dirimu sendiri. Aku... aku merasa senang dapat membantu wanita sepertimu.”Pintu ruang ganti terbuka hampir bersamaan. Sinta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status