Chapter: Bab 402Mereka bertiga pergi meninggalkan makam kedua orang tua Devina. Membawa pertanyaan masing-masing di pikiran Juned dan Tania.Mobil mewah meluncur pelan meninggalkan gerbang pemakaman, kabut malam menyapu kaca jendela. Devina menatap keluar jendela, matanya yang tadi basah kini berbinar dengan tekad baru. “Apa aku boleh melanjutkan kuliah?” Ujarnya tiba-tiba, suara mantap yang mengejutkan kedua Juned dan Tania. Tania memutar badan dari kursi depan, alisnya melengkung penuh minat: “Jurusan apa?” “Hukum,” jawab Devina tegas, tangannya mengepal di atas pangkuan, “Aku ingin jadi pengacara perempuan yang membela orang-orang seperti ibuku... seperti diriku yang dulu.” Juned tersenyum, tangannya yang besar menyentuh lembut bahu Devina: “Kau bebas melakukan apa saja. Aku akan membantumu untuk hal itu.” “Dan biaya hidup semasa kuliah serta buku-buku—” Tania menyela dengan nada bos, tapi seketika berubah jadi tawa ringan, “Ah, sudahlah. Anggap saja ini investasiku pada pengaca
Huling Na-update: 2025-08-05
Chapter: Bab 401“Berhenti sebentar!” Suara Devina seketika membuat sang sopir menginjak rem secara mendadak. “Devina.. kenapa–”Ujar Juned lirih ketika Devina turun dari mobil lalu mendekati salah satu baris pusara.Juned dan Tania mencoba mengikuti langkah Devina dari belakang.Mereka melihat Devina berlutut di antara dua nisan, tangannya gemetar menyentuh batu marmer yang dingin. Air mata jatuh tanpa suara, menembus tanah kering di bawahnya. “Mereka... pergi seminggu setelah pernikahanku,” suaranya parau, hancur. Tania dan Juned berdiri beberapa langkah di belakangnya, terkunci dalam keheningan yang berat. “Ibu... meninggal karena kanker paru yang tak terobati,” Devina menghirup napas dalam, “Ayah... ayah gantung diri tiga hari kemudian di dapur rumah kami.” Angin sore berhembus, membawa daun kering mengitari mereka. “Surat terakhirnya... isinya hanya satu kalimat,” Devina memejamkan mata, “Maafkan Ayah, Devi.”Juned tidak tahan lagi, langkahnya mendekat, tapi Tania menghentikannya de
Huling Na-update: 2025-08-02
Chapter: Bab 400Pak Haryo tersedak, wajahnya berubah dari merah menjadi pucat pasi. “D-Devi... jangan—“ Tapi Devina sudah menengok ke Bu Ratna di telepon, kepalanya tegak: “Aku terima tawaran kalian. Tapi ada syaratnya—aku hanya wanita biasa, jangan libatkan aku dengan konflik kalian yang lebih besar.”“Baiklah.”Suara Bu Ratna terdengar singkat dan tegas sebelum telepon dimatikan. Devina menghela napas panjang, lalu dengan gerakan penuh wibawa, ia memunguti bajunya yang terserak di lantai. Satu per satu, ia mengenakan kembali pakaiannya.Tania tersenyum kecil, lalu berbalik menuju pintu, hak tingginya berdetak tegas di lantai. Juned masih diam sejenak, matanya menatap Haryo yang terpaku di sudut ruangan. “Semoga kau belajar sesuatu hari ini,” ucapnya dengan nada datar, sebelum mengikuti kedua perempuan itu. Pintu tertutup perlahan hanya menyisakan Pak Haryo yang terduduk lemas di lantai. Dengung suara alat bantu yang masih bergetar lemah di atas meja menjadi penanda kekalahan Pak Haryo
Huling Na-update: 2025-07-27
Chapter: Bab 399Layar ponsel menyala, memperlihatkan rekaman di kamar Bu Ratna yang remang-remang.Dalam video itu Pak Haryo tergeletak lemas di kasur, baju terbuka, dada masih berkeringat. Sementara Bu Ratna duduk di tepi kasur, wajahnya pucat tapi matanya tajam. Tiba-tiba terdengar jelas suara Pak Haryo yang mengigau. “Aku akan menghamili Ratna agar aku bisa menguasai perusahaannya. Setelah itu, Anton akan memberi bonus besar setelah aku hancurkan Cakra Buana dari dalam.”Ruangan itu mendadak senyap ketika rekaman itu berlangsung.“HAHAHAHA—!” Tawa Bu Ratna menggema keras dari speaker ponsel Tania, mengisi ruangan yang sempat hening. “Kau naif sekali, Haryo berkata kau mau menghamiliku?” suaranya penuh sarkasme, “Tapi... Selamat ya... karena aku memang hamil sekarang.” Pak Haryo tiba-tiba tersenyum lebar, matanya berbinar-binar. “Aku TAHU! AKU TAHU!” teriaknya dengan euforia, melompat kegirangan. “Akhirnya rencanaku berhasil! Kau hamil anakku, Ratna!” Ruangan kembali senyap sejen
Huling Na-update: 2025-07-26
Chapter: Bab 398Pak Haryo berdiri seperti patung, wajahnya yang tadi memerah kini pucat pasi. “A-Apa?” Devina mengangkat kepala dengan susah payah, matanya berkaca-kaca tapi penuh keyakinan. “Kau dengar aku,” desisnya dengan suara serak, “Aku tidak bisa lagi... hidup dengan lelaki yang bahkan tidak bisa memuaskan istrinya sendiri.”Pak Haryo menggeram seperti binatang terluka, tanpa peringatan ia melompat ke depan—tangan terkepal siap menghantam wajah Juned yang masih berada di atas istrinya. “KAU—!” Tapi Juned bereaksi dengan cepat. Dengan gerakan terlatih, ia menangkis serangan Pak Haryo sambil tetap mempertahankan posisinya di antara paha Devina. Satu tangan Juned dengan mudah menangkap pergelangan Pak Haryo, memelintirnya hingga pria itu meringis kesakitan. “Jangan jadi konyol, Pak Haryo,” Juned menggerutu dengan nada dingin, sambil menekan lebih kuat hingga Haryo terpaksa berlutut di lantai. “Kau pikir bisa mengalahkanku? Meski dalam keadaan seperti ini?” Devina terdiam, tubuhnya masih
Huling Na-update: 2025-07-25
Chapter: Bab 397“Deal,” ujar Tania pendek, tangan terulur untuk bersalaman profesional. “Tanpa syarat tambahan. Kau dapat akses penuh pada Juned, kapan saja, di mana saja.” Juned tersedak. “Tunggu, apa—” “Diam, Sayang,” Tania menepuk paha suaminya tanpa menoleh, fokus tetap pada Devina. “Tapi ingat—” Suaranya tiba-tiba dingin seperti baja. “Ini murni transaksi. Tidak ada cinta, tidak ada drama.”Devina mengangguk, genggaman tangannya mantap. “Aku hanya butuh tubuhnya, bukan hatinya.” Tiba-tiba, Tania menarik tangan Devina mendekat, memaksanya membungkuk hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa inci. “Dan satu hal lagi,” bisik Tania dengan nada yang membuat bulu kuduk berdiri. “Kalau kau sampai jatuh cinta pada suamiku...” “Jangan khawatir,” Devina menyela, senyumnya getir. “Aku sudah belajar tidak pernah mencintai pria yang tidak bisa memuaskanku sepenuhnya.” Tiba-tiba, Tania meraih vibrator berbentuk lingga dari lantai, mengusapnya dengan handuk basah sebelum menyerahkannya ke Devina.
Huling Na-update: 2025-07-25
Chapter: Bab 37Malam telah menyelimuti desa ketika Wirya akhirnya memutuskan menyelinap keluar dari rumahnya. Bulan purnama menyapa menggantikan garis senja yang sirna, menerangi jalan setapak menuju ujung desa dengan cahaya peraknya yang dingin. Dia memilih jalan memutar, menghindari pos penjagaan utama. Setiap langkahnya diiringi oleh desir angin malam yang membawa aroma tanah lembap dan daun-daun kering. “Ini gila,” pikirnya sambil terus berjalan. “Apa aku harus benar-benar mempercayai orang asing?”Tapi rasa ingin tahu—dan mungkin juga naluri bertahannya—terlalu kuat untuk diabaikan. Saat mendekati batas hutan, bayangan tinggi seorang wanita berdiri di bawah pohon besar. Topi petaninya masih menutupi sebagian wajah, tapi mata hijau itu bersinar jelas dalam gelap. “Aku kira kau tak akan datang,” ujarnya saat Wirya berada dalam jarak beberapa langkah. Wirya berhenti, tetap waspada. “Aku masih belum yakin harus mempercayaimu.” Wanita itu tertawa pendek. “Kau memang orang yang bijaksan
Huling Na-update: 2025-07-16
Chapter: Bab 36“Sudah mau pergi?” ujar Bu Puji ketika melihat Wirya berjalan menjauh.Wirya menoleh sebentar. “Aku ingin melihat-lihat desa. Menikmati udara sore mungkin menyenangkan.” “Tunggu sebentar,” balas Bu Puji sambil menyeka tangannya yang berdebu lalu memberikan beberapa koin ke Wirya. “Ini upahmu setelah membantuku. Kau bisa datang lagi esok pagi.” Wirya mengangguk, lalu berjalan menyusuri jalan tanah yang berdebu.Wirya tiba di sebuah Pasar yang tak jauh dari rumah Bu Puji.Suara riuh rendah pasar segera menyambutnya. Wanita-wanita dengan keranjang anyaman berjualan sayuran, buah, dan berbagai kebutuhan sehari-hari. Beberapa mata langsung tertuju padanya saat ia melintas. “Lihat, itu orang dari istana!” bisik seorang wanita tua pada temannya. Wirya mencoba tersenyum ramah. “Selamat sore, Ibu. Berapa harga pisang ini?” Wanita itu terkejut ditanya langsung. “T-Tiga keping tembaga untuk satu sisir.” Dia mengeluarkan beberapa keping uang logam dari kantongnya—uang saku yang dib
Huling Na-update: 2025-07-15
Chapter: Bab 35“Tiga kali,” bisik Ibu Puji, suaranya pecah. “Tiga kali melahirkan anak laki-laki. Tiga kali mendengar tangisan bayi di tengah malam sebelum mereka dibawa pergi selamanya.” Tangannya mengepal erat. “Sekarang aku sudah tiga puluh lima tahun. Aku sudah mulai menyerah untuk mendapatkan penerusku.”Wirya berdiri tegak, tubuhnya gemetar. “Itu biadab!” “Di sini, itu disebut hukum,” jawab Ibu Puji sambil memungut pahatnya. Wirya menggeleng, tak percaya. “Jadi para bangsawan istana menentukan kehidupan kalian.” Ibu Puji mengangguk pahit, serbuk kayu berjatuhan dari jemarinya yang kaku. “Ratu, panglima, para menteri... mereka punya hak istimewa. Bisa memilih dari tawanan terbaik, yang sehat dan kuat.” “Bagaimana dengan kalian?” “Kami dapat apa yang tersisa,” Ibu Puji memicingkan matanya. “Atau lebih sering satu orang untuk beberapa penduduk. Kalau tidak mau harus antre lama, kadang sampai giliran habis sebelum dapat kesempatan.” Wirya mengepalkan tangannya. “Itu tidak adil!” “D
Huling Na-update: 2025-06-27
Chapter: Bab 34“Sungguh ironis sekali hidup ini, aku memang ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hubunganku dengan keluargaku.”Wirya menutup mata. Tiba-tiba, bayangan rumah ibunya di kampung halaman muncul begitu jelas. Suara televisi yang selalu diputar ibunya meski tak ada yang menonton. Foto-foto keluarga di dinding yang dulu selalu ia abaikan. “Tapi waktu menghukumku ke masa yang terlalu jauh, dimana tak ada keluargaku,” ucapnya lirih, sambil mengunyah makanan dalam mulutnya. Dia membayangkan ibunya sekarang—mungkin sedang duduk sendirian di ruang tamu, menunggu telepon yang tak kunjung datang. Tanpa tahu anaknya hilang di lorong waktu. “Maafkan aku, Bu,” bisiknya pada bayangan ibunya dalam pikirannya.Asap tungku dari api milik wanita pengrajin itu berhembus ke arah Wirya membuat matanya perih. Air mata Wirya menetes tanpa sadar. “Kau baik-baik saja?” tanya wanita pengrajin, Wirya mengangguk, menelan sesuap nasi yang tiba-tiba terasa pahit. “Hanya... rindu rumah.” Suas
Huling Na-update: 2025-06-27
Chapter: Bab 33Matahari pagi mulai meninggi, Wirya berdiri di gerbang istana tanpa membawa apapun kecuali pakaian sederhana yang melekat di tubuhnya. Dua prajurit wanita bersenjata lengkap sudah menunggu dengan sikap waspada. Salah seorang pelayan istana mendekat ke arah Wirya, menyerahkan kantong kulit berisi ramuan penawar. “Untuk sore nanti,” ucapnya singkat sebelum segera pergi. Dari balik tiang marmer, Kirani muncul dengan diiringi dua dayangnya. “Wirya,” panggilnya, suaranya berusaha tetap tenang. Para penjaga segera memberi jalan saat sang Putri mendekat. “Jaga dirimu,” bisik Kirani sambil berpura-pura menata kerah baju Wirya. Jarinya yang halus menyambar baju Wirya berpura-pura merapikannya.Wirya mengangguk hampir tak terlihat. “Aku akan pergi, Tuan Putri.” Panglima Amita yang mengawasi dari kejauhan tiba-tiba berseru, “Cukup! Sudah waktunya pergi!” Dengan langkah mantap, Wirya berbalik meninggalkan istana.Wirya melangkah keluar melewati gerbang istana, diiringi dua prajuri
Huling Na-update: 2025-06-27
Chapter: Bab 32Maya menelan ludah, matanya berbinar. “Apa... apa yang kau inginkan?” Wirya tersenyum—senyum tanpa kegembiraan. “Katakan pada mereka di luar bahwa pemeriksaan sudah selesai. Dan hasilnya... positif.” Maya menggeleng, wajahnya memerah. “Tapi Baginda Ratu akan—“ “Kau ingin melihatnya, bukan?” Wirya memotong, suaranya tiba-tiba berubah menjadi bisikan yang dalam. Matanya menangkap tatapan penasaran Maya yang sesaat terlalu lama tertuju di bagian bawah tubuhnya. Dewi Kirani menahan napas di sudut ruangan, matanya berbinar penuh pertanyaan. Dengan gerakan lambat, Wirya melepas ikatan di pinggangnya. “Aku tahu kau penasaran,” bisiknya, melihat Maya yang tiba-tiba kesulitan menelan ludah. “Semua wanita di istana ini pasti penasaran.” Maya tidak bisa mengalihkan pandangannya ketika kain linen mulai melorot— “Baiklah!” serunya tiba-tiba, tangannya terangkat untuk menahan. “A-Aku... aku akan katakan apa yang kau mau.” Wirya berhenti, senyumnya semakin lebar. “Pintar.” Di lua
Huling Na-update: 2025-06-20