Chapter: Bab 48 - Ketegangan dan Keraguan30 menit berlalu…Keringat membasahi tubuh mereka. Nafas mereka tersengal-sengal, tubuh saling terkait dalam pelukan yang tak mau terlepas.“Ah... Beni!” erang Afika, kuku-kukunya meninggalkan bekas di punggung Beni. Tubuhnya bergetar hebat, menandakan ujung gelora yang tak terbendung.“Aku... aku...” desah Beni, sebelum akhirnya melepas segala hasratnya dalam-dalam.Puncak kenikmatan akhirnya datang, membuat mereka lemas dan terkulai di kasur yang berantakan.Beberapa saat kemudian, mereka berbaring bersebelahan di tempat tidur yang berantakan. Nafas mereka masih terengah, namun pikiran Beni mulai jernih kembali.“Tadi siang... barang apa yang mau kau berikan ke Reza?” tanya Beni perlahan, memecah keheningan.Afika menghela napas. “Sebenarnya aku hanya ingin menikmati berhubungan dengan pelangganku.”Dia memutar badannya, menghadap Beni. "Tapi sekarang mereka memaksaku mengantarkan barang yang bahkan tidak aku mengerti."Beni bisa melihat ketakutan di mata Afika. “Apa kau tidak tahu
Last Updated: 2025-11-21
Chapter: Bab 47 - Di Situasi yang Tidak TepatDengan cepat, Afika melongok ke koridor kosong, matanya waspada. Sebelum Beni sempat berkata apapun, tangannya menarik laki-laki itu masuk ke dalam kamar. Pintu terkunci dengan cepat.“Kamu gila! Kenapa kamu datang ke sini sekarang?” desis Afika, punggungnya menempel di pintu. “Orang yang tadi memukulmu baru dari sini dan bisa kembali kapan saja.”Beni menarik napas dalam. “Aku melihat kunjunganmu ke kawasan kumuh tadi siang. Apa yang kau lakukan di sana?”Afika mengerutkan kening. “Jadi kamu tahu aku ke sana?”“Kamu tahu itu tempat berbahaya. Aku hanya ingin—“"Cukup!" potong Afika tajam. "Jangan ikut campur dengan urusanku. Dan jangan pernah lagi mendekati kawasan kumuh itu."Wajahnya menunjukkan campuran ketakutan dan kekhawatiran. "Ini bukan main-main, Beni. Urusan ini jauh lebih berbahaya daripada yang kamu bayangkan."“Aku tahu apa yang ada di sana,” tukas Beni, tak mau mundur. “Itu markas organisasi mafia Ular Hitam, dan aku ke sana atas kemauanku sendiri untuk menyelidiki.”Me
Last Updated: 2025-11-20
Chapter: 46 - Pertemuan yang MengejutkanDengan langkah gontai dan tubuh yang masih merintih, Beni dibantu Nadia masuk ke dalam kamar kosnya. Ruangannya yang biasanya berantakan kini terasa seperti oasis yang sunyi setelah badai. “Duduklah dulu, Ben!” Nadia mendudukkannya di kasur, lalu dengan sigap mengambil air mineral dari dispenser kecil di sudut ruangan.“Minum dulu,” ucap Nadia, suaranya lembut namun tegas.Beni meminumnya, rasa pedih di perutnya perlahan mereda menjadi nyeri tumpul. “Aku tidak menyangka kalau orang yang tadi kita kejar adalah orang yang aku kenal.”Nadia duduk di sampingnya, matanya penuh perhatian. “Manusia punya banyak sisi, Ben. Mungkin itu cara dia bertahan hidup, atau mungkin dia terjebak dalam situasi yang tidak bisa dia hindari.”“Tapi dia pernah bekerja sama denganku dalam sebuah proyek. Dia terlihat... normal,” bantah Beni, mencoba mencari logika di tengah kekacauan ini.“Dan itulah yang membuatnya berbahaya. Dia bisa menyama
Last Updated: 2025-11-19
Chapter: Bab 45 - Mengejar Wanita Berjaket Hoodie
Nadia menyentuh lengan Beni, matanya tajam mengamati setiap gerak-gerik wanita itu. “Ini bukan kebetulan, Ben. Aku punya firasat... di balik dinding kampus ini, ada seseorang yang terlibat. Atau mungkin, justru dalang dari semua ini bersembunyi di sini.”Tanpa bicara lagi, mereka berdua melangkah masuk, menyamar di antara kerumunan mahasiswa yang sedang berlalu-lalang. Wanita itu berjalan cepat, melewati halaman parkir.Wanita itu tidak pernah menengok, seolah sangat yakin dengan tujuannya. Namun, alih-alih menuju salah satu gedung, dia justru melangkah menuju sebuah sudut taman kampus yang sepi, dekat dengan gazebo yang jarang dikunjungi.Di sana, sudah menunggu seorang pria muda. Jantung Beni berdebar kencang. Itu adalah Reza, teman satu jurusannya.“Kenapa dia menemui Reza?” gumam Beni, bingung.Dari kejauhan, mereka melihat wanita itu mengangguk dan mengeluarkan sebuah bingkisan kecil berwarna hitam dari saku jaketnya. Tangan Reza ter
Last Updated: 2025-11-19
Chapter: Bab 44 - Kenapa Dia Berhenti?“Kita harus ke sana,” desis Beni. “Sekarang juga.”Nadia mengangguk, matanya penuh tekad. “Tapi hati-hati. Jika pemerintah sampai terlibat, berarti permainannya jauh lebih besar dari yang kita kira.”Beni dan Nadia meninggalkan keramaian festival dengan langkah cepat. Suara gamelan dan sorak-sorai pengunjung perlahan memudar, digantikan oleh kesunyian jalan yang mereka lalui menuju kawasan kumuh.“Kita harus melalui jalan itu untuk sampai ke sana,” bisik Nadia sambil menunjuk gapura sederhana di depan.Beni mengamati sekeliling dengan waspada. Transisi dari kemewahan festival ke kemiskinan kawasan kumuh begitu kontras. Hanya dipisahkan oleh beberapa ratus meter, namun seolah dua dunia yang berbeda.Beni dan Nadia mendekati kawasan kumuh dengan hati-hati. Yang mengejutkan mereka, kawasan yang seharusnya terbuka itu justru dijaga ketat. Beberapa lelaki berpakaian preman—kaus ketat, celana jeans, dan sepatu boots—berdiri di mulut gerbang yan
Last Updated: 2025-11-18
Chapter: Bab 43 - Festival Topeng dan Sambutan yang MengejutkanNadia yang awalnya berdiri di belakang, tiba-tiba mendekat dengan sikap hormat. "Tuan Muda Rafael? Maaf, kami tidak tahu Anda datang hari ini."Rafael menyeringai, memperbaiki dasinya. "Nadia. Kau selalu cantik seperti biasanya. Aku hanya sekedar memeriksa kinerja para karyawan menggantikan ayahku.”"Harusnya Tuan muda bisa menunggu di ruangan Tuan besar saja. Tidak perlu sampai—”“Itu membuatku bosan,” potong Rafael dengan angkuh. “Kalau aku berkeliling seperti ini bisa membuatku lebih dekat dengan para pekerja. Seperti pekerja baru seperti dia.” Rafael mengalihkan pandangannya ke Beni dengan senyum merendahkan.Beni tertegun, melihat interaksi antara Nadia dan Rafael. “Kau... anak pemilik media ini?”Rafael memandang Beni dengan tatapan mengejek. “Betul. Aku putra tunggal dari pemilik sekaligus pendiri Media Metropolitan.” Dia menyapu pandangannya pada kamera di tangan Beni. “Aku tak menyangka kenapa kamu bisa diterima di perusahaan seb
Last Updated: 2025-11-18
Tukang Pijat Super
“Lastri, maukah kamu menjadi pacarku?” Tiba-tiba Juned berdiri menghadang perjalanan Sulastri dan kedua temannya.
“Minggir kamu, dasar pria lemah,” ujar Sulastri dengan kasar kepada Juned.
Juned frustasi setelah ditolak oleh seorang wanita yang selama ini ia incar.
Juned pun pergi ke hutan untuk mencari tanaman beracun demi mengakhiri hidupnya. Namun, ia justru memakan sebuah tanaman langka yang tumbuh 1000 tahun sekali, dan hal itu justru membuatnya mendapatkan beragam kemampuan supranatural serta membuat kemampuan fisiknya naik berkali-kali lipat, termasuk kejantanannya. Saat ia menyadari dirinya telah berubah, ia pun langsung membalas orang-orang yang selama ini telah mencemoohnya, dan membuat para wanita yang selama ini mencemoohnya kembali padanya dan memohon untuk
menjadi kekasihnya!
Read
Chapter: Bab 484Mobil yang membawa mereka berlima meluncur dengan lancar menuju sanatorium. Suasana di dalam kabin hangat dan akrab, diisi dengan canda tawa ringan sesekali. Pemandangan hijau pedesaan yang damai menjadi latar belakang perjalanan mereka.Alisa yang duduk di barisan tengah, tiba-tiba memecah keheningan dengan suara serius. “Kak Juned,” katanya, memanggil kakak iparnya yang sedang menyetir. “Boleh aku tanya sesuatu?”Juned menoleh sebentar. “Tentu, Ada apa, Alisa?”Alisa menghela napas. “Setelah melihatku kehilangan kekuatan super, apakah kau pernah berpikir untuk menghapus kekuatan supermu juga?”Pertanyaan itu menggantung di udara. Tania dan Dinda yang mendengar pun terdiam, menunggu jawaban Juned.Juned memandang jalan di depan sejenak sebelum menjawab. “Aku pernah memikirkannya,” akunya. “Tapi kemudian aku menyadari sesuatu.”Dia melirik Alisa melalui kaca spion. “Kekuatan ini adalah warisan, Alisa. Bukan hanya dari kakek, tapi juga bukti perjalanan kita. Kehilangan kekuatanmu adal
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 483Juned melihat teman-temannya satu per satu. “Kakek menawarkan kita untuk tinggal dan membantu mengelola sanatorium. Tapi aku rasa... kita punya jalan masing-masing.”Alisa memegang tangan Juned. “aku telah memutuskan sesuatu." Dia menatap Tania. "Ke mana pun Kak Tania pergi, di situlah aku akan berada."Tania, yang duduk di samping Juned, juga langsung menyambut gagasan tinggal di sanatorium dengan antusias. “Aku setuju, Juned. Tempat itu begitu damai dan penuh makna. Kita bisa memulai kehidupan baru di sana, jauh dari semua kenangan buruk.”Devina mengangguk, matanya berbinar. “Aku juga setuju. Sanatorium itu seperti oasis yang tersembunyi. Dengan teknologi yang kukuasai, aku bisa membantu meningkatkan sistem keamanan dan kenyamanan tempat itu.”Namun, Dinda hanya diam menunduk. Jari-jarinya bermain-main dengan ujung bajunya, wajahnya dipenuhi keraguan. “Aku... aku belum tahu apa yang harus kulakukan,” bisiknya lirih.Alisa yang duduk di samping Dinda meletakkan tangan di pundaknya.
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 482Juned maju ke depan, merebut mikrofon. “Tunggu! Semua ini adalah kebohongan!”Ruang gedung langsung gempar. Nyonya Lim membeku, matanya menyala kemarahan.“Penelitian ini pernah dihentikan karena menyebabkan impotensi massal dan kematian!” teriak Juned. “Kakek saya, Dr. Sugiarto, adalah ilmuwan yang bertanggung jawab!”Alisa mengangkat dokumen yang mereka bawa. “Ini bukti-bukti nya! Limbah penelitian ini telah mencemari lingkungan dan meracuni masyarakat!”Nyonya Lim mencoba mengambil alih mikrofon. “Ini hanya fitnah! Mereka tidak mengerti kemajuan ilmu pengetahuan!”Tapi Devina sudah menampilkan data-data di layar raksasa. “Lihat! Ini laporan korban jiwa dari penelitian masa lalu! Dan ini bukti bahwa Nyonya Lim melanjutkan penelitian berbahaya ini!”Kekacauan pun terjadi. Para wartawan berkerumun, mengambil foto dan video. Pejabat pemerintah terlihat panik.Nyonya Lim menghadapi Juned dengan wajah merah marah. “Kau merusak segalanya!”“Tidak, Justru kau yang telah merusak banyak nya
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 481“Ini adalah sisa penawar untuk jamur-jamur itu,” ucap kakek Sugiarto dengan suara bergetar. “Aku menyimpannya selama bertahun-tahun, berharap tidak perlu menggunakannya.”Dia mengulurkan botol-botol itu pada Juned. “Semprotkan ini ke semua jamur di perkebunan itu. Cairan ini akan memutus siklus hidup mereka dan membuat semua spora menjadi tidak aktif selamanya.”Kemudian dia mengambil buku catatan tua itu, membalik-balik halamannya dengan perasaan haru. “Dan ini... ini adalah semua penelitian kami. Formula, catatan percobaan, segala sesuatu tentang jamur itu. Kau harus membakarnya, Juned. Pastikan tidak ada satu halaman pun yang tersisa.”Juned menerima botol dan buku itu dengan tangan gemetar. “Tapi Kakek, ini adalah hasil jerih payah bertahun-tahun...”“Jerih payah yang telah menelan terlalu banyak korban,” potong kakek dengan tegas. Matanya berkaca-kaca. “Ilmu pengetahuan tanpa kebijaksanaan hanya akan membawa kehancuran. Sudah waktunya kita mengakhiri ini.”Dia memandang cucunya d
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 480Sugiarto membelai kepala cucunya dengan tangan yang bergetar. “Tidak ada yang perlu dimaafkan, Nak. Justru kakek yang harus minta maaf telah meninggalkanmu dengan begitu banyak pertanyaan.”Mereka akhirnya melepaskan pelukan. Kakek Sugiarto memandang wajah Juned dengan penuh kasih, matanya berkaca-kaca. “Kau sudah tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Mirip sekali denganku saat muda dulu.”Dia kemudian menyadari kehadiran Alisa, Dinda, Tania, dan Devina yang berdiri dengan hati-hati di belakang Juned. Senyumnya melebar. “Dan kau membawa teman-teman? Mari, mari semuanya duduk di beranda. Kakek punya teh hangat dan kue tradisional yang baru saja dibuat tetangga.”Rumah kakek Sugiarto sederhana namun nyaman. Berbagai tanaman herbal dikeringkan di langit-langit beranda, dan buku-buku tua tertata rapi di rak kayu. Terasa seperti rumah seorang guru yang bijaksana, bukan mantan tahanan.Sambil menikmati teh hangat, kakek Sugiarto memandang Juned. “Ceritakan pada kakek, Nak. Bagaimana kau menemu
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 479Juned menarik napas dalam. “Kami mencari seseorang. Namanya Sugiarto. Dia... kakek saya.”Seketika itu juga, perubahan halus terjadi pada raut wajah penjaga tersebut. Kerutan di dahinya mengendur, dan bahunya yang tegang sedikit turun.“Apa namamu Juned?” tanya penjaga itu, suaranya tiba-tiba lebih lembut. “Kau cucu kakek Sugiarto?”Juned mengangguk, tidak percaya dengan reaksi ini. “Iya, saya Juned. Apakah... apakah kakek saya ada di sini?”Senyum kecil muncul di bibir penjaga itu. Dia mengangguk pada rekannya di pos penjagaan, dan gerbang besi berat itu mulai terbuka dengan perlahan.“Kakek Sugiarto sering bercerita tentangmu,” kata penjaga itu sambil mendekat dan menjulurkan tangan. “Selamat datang. Kami sudah menantikan kedatanganmu.”Juned berdiri terpaku, tidak menyangka respons ini. Alisa, Dinda, Tania, dan Devina yang masih di dalam mobil sama-sama melonggar, mata mereka bulat karena keheranan.“Jadi... jadi kami boleh masuk?” tanya Juned masih ragu.Penjaga itu tertawa hangat
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Bab 160Beberapa minggu telah berlalu sejak penobatan Wirya, dan istana kerajaan Nusantara mengalami perubahan drastis. Aturan baru yang ditetapkan Wirya—bahwa semua penghuni istana harus telanjang—telah menciptakan atmosfer yang penuh dengan hawa nafsu. Suatu pagi, ketika Wirya sedang duduk di singgasananya dengan beberapa wanita telanjang mengelilinginya, tiba-tiba muncul kilatan cahaya terang di tengah ruang takhta. Dari cahaya itu muncul dua sosok—Joko Loyo yang tampak tua dan bijaksana, serta Murni, istrinya yang cantik dengan mata penuh kelembutan.“Wirya!” hardik Joko Loyo, matanya menyala-nyala melihat pemandangan tak senonoh di istana. “Apa yang telah kau lakukan?”Wirya bangkit dari singgasana, dengan sombongnya menunjukkan tubuh telanjangnya yang perkasa. “Joko Loyo! Lihatlah kerajaanku! Aku memiliki segalanya di sini!”Murni menutup matanya, malu melihat kemerosotan moral Wirya. “Wirya, kami mengirimmu ke masa lalu untuk menyelamatkan sejarah, bukan untuk menghancurkannya!”Joko
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Bab 159Wirya menarik napas dalam. “Cincin ini... lagi-lagi...”Amita meletakkan gelas dan mendekat. “Kau tidak harus melawan hasratmu sendiri, Wirya. Kau adalah raja sekarang.”Dia berlutut di depan Wirya, tangan hangatnya menyentuh kaki Wirya. “Biarkan aku membantumu malam ini.”Cincin itu berdenyut lebih kencang, seakan menyetujui. Dan untuk malam ini, Wirya memutuskan untuk menyerah pada takdir dan hasrat yang telah dipilihkan untuknya.Amita mendekat dengan langkah yang penuh keyakinan, matanya tidak lagi memancarkan sikap prajurit yang tegas, melainkan kelembutan seorang wanita. Cahaya bulan dari balkon menerpa sisi wajahnya, menciptakan siluet yang memesona.“Wirya,” bisiknya, tangannya yang biasanya memegang pedang kini dengan lembut melepaskan jubah kerajaan yang dikenakan Wirya. “Kau tidak perlu melawan ini. Cincin itu adalah bagian dari takdirmu, dan hasrat ini adalah bagian dari kekuatanmu.”Wirya menarik napas dalam, mencoba melawan gelombang gairah yang semakin menjadi. “Tapi...
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Bab 158Hampir tiap hari Wirya dan Ratu Arunya sering mengunjungi gua tersebut.Di dalam gua yang diterangi cahaya keemasan dari cincin Wirya, ketika dua tubuh itu terpisah dengan napas masih tersengal. Arunya berbaring di atas jubahnya yang terhampar, wajahnya memancarkan kepuasan dan kedamaian yang lama hilang. Dari luar gua, suara Amita memanggil dengan hormat. “Yang Mulia? Pemukiman pertama sudah siap. Rakyat menanti perintah berikutnya.”Wirya dan Arunya saling memandang. Saatnya kembali kepada tanggung jawab. Dengan gerakan perlahan, mereka mengenakan kembali pakaian mereka. Wirya membantu Arunya berdiri, dan di matanya kini terlihat penghormatan yang berbeda.“Siapakah yang akan kau pilih sebagai permaisuri?” tanya Arunya sambil merapikan rambutnya. “Amita mungkin pilihan yang tepat. Dia kuat dan disegani.”Wirya menggeleng. “Masih terlalu cepat untuk memikirkan itu. Kerajaan harus dibangun terlebih dahulu. Dan...” dia menatap Arunya, “apa yang baru saja terjadi antara kita...”“Adala
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Bab 157“Aku...” gumamnya, suaranya bergetar. “Aku akan tinggal.”Dia berlutut menghadap Ratu Arunya, mengangkat tubuhnya perlahan. “Bangunlah, Yang Mulia. Aku bersumpah akan membantumu membangun kerajaan baru. Masa depanku... biarlah menjadi masa lalu.”Ratu Arunya memeluk Wirya erat, tangisnya pecah melegakan.Di tepi pantai, rombongan terakhir kerajaan yang hancur mulai menaiki perahu-perahu yang telah disiapkan. Wirya berdiri di samping Ratu Arunya, memandang lautan luas yang akan mereka seberangi.“Tanah baru itu bernama Nusantara,” ucap Ratu Arunya, matanya menerawang mengingat sesuatu. “Tempat di mana leluhur kita pertama kali menginjakkan kaki.”Amita mendekat dengan beberapa peta kuno di tangannya. “Menurut catatan, di sana terdapat tanah subur dengan sungai-sungai yang jernih. Tapi...” dia berhenti sejenak, “menurut legenda, tempat itu juga dijaga oleh roh-roh penjaga yang perkasa.”Wirya merasakan cincin di jarinya bergetar halus. “Aku merasa... ada yang memanggil dari sana. Sepert
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Bab 156Wirya memeluk Arunya erat, mengarahkan telapak tangannya sekali lagi. Kali ini, dengan keyakinan penuh, dia membayangkan melindungi Arunya dan menghentikan Candra Damar untuk selamanya.Cincin itu menyala dengan intensitas luar biasa, membentuk perisai energi yang mendorong Candra Damar hingga terpental ke dalam terowongan. Batu-batu mulai runtuh, menutup pintu keluar.Saat debu mengendap, Wirya dan Arunya terduduk lelah. Mereka selamat, tapi kehilangan Surya. Di kejauhan, asap masih membubung dari istana yang hancur.“Perjuangan belum berakhir,” bisap Arunya, “tapi hari ini, kita masih punya harapan.”Wirya memapah tubuh Ratu Arunya yang lemah melalui hutan belantara menuju titik evakuasi di Pantai Gua Karang Timur. Dengan setiap langkah, harapan mereka untuk menemukan para pengungsi yang selamat semakin berkobar. Namun, yang menyambut mereka hanyalah pemandangan yang menghancurkan hati.“Tidak...!” tercekik Arunya begitu matanya menangkap sosok yang terbaring di antara reruntuhan pe
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Bab 155Surya melemparkan busurnya dan menghunus pedang. “Laporan kematianku terlalu berlebihan, Candra. Dan sekarang, aku datang untuk mengembalikan kehormatan kerajaan!”Dia melompat ke tengah ruangan, pedangnya berkilat di cahaya bulan. “Anak muda! Lindungi Ratu! Aku yang akan menghadapi mereka!”Wirya segera berlari ke arah Arunya, melepaskan jubahnya sendiri untuk menutupi tubuh ratu yang setengah telanjang. Pertarungan sengit pun pecah antara Surya melawan pasukan Candra Damar, memberikan harapan baru di tengah keputusasaan.Surya bergerak lincah seperti harimau, pedangnya menari-nari membentuk lingkaran cahaya perak. Setiap tebasannya tepat sasaran, menjatuhkan prajurit Pasukan Bulan satu per satu. Darah berceceran di lantai candi yang dingin.“Wirya, bawa Ratu pergi dari sini!” teriak Surya sambil menangkis serangan tiga prajurit sekaligus.Wirya dengan sigap mengangkat tubuh Ratu Arunya yang masih lemah. “Ke mana kita harus pergi?”“Terowongan di balik patung dewa!” sahut Surya singk
Last Updated: 2025-10-25