Share

Konsentrasi! - 2

Setelah bu bos cerita panjang lebar gimana dia dilamar romantis sama laki - laki yang baru 6 bulan kenal dengan dia itu, aku kembali ke ruanganku untuk mulai kerja lagi.

"Anggap saja tidak ada apa - apa.. anggap saja tidak ada apa - apa.."

kata - kata ini terus ter-rewind di kepalaku. Seketika sakit kepalaku. Nampaknya trauma masa lalu belum sepenuhnya hilang.

Sesampainya aku di ruangan kerjaku, aku duduk terdiam sambil menatap wallpaper gambar lautan di komputerku. Seharusnya gambar wallpaper ini bisa mengobati rasa tak tenangku, dan niatnya aku mau kerja saja siapa tahu lupa kan dengan yang terjadi tadi. Tapi sayangnya pikiranku sedang tidak ada di ruangan itu.

Kring.. kring.. kaget aku saat teleponku berbunyi kencang. Terdengar suara sekretarisku di seberang telepon,

"Bu, maaf mengganggu. Saya mau reminder ibu ada meeting dengan nasabah dari Singapore 15 menit lagi di ruang VIP"

aku hanya bisa menjawab,

"ok"

kemudian aku kembali bengong lagi sambil menatap komputerku.

"Ok, aku harus fokus, gak bisa gini terus tiap lihat kotak keramat kecil yang isinya cincin itu."

Aku geleng - geleng sendiri sambil membereskan dokumen meeting semalam yang berserakan di lantai dan mulai kubaca satu per satu secara cepat sambil mencoba konsentrasi. Nasabah yang akan kutemui sebentar ini termasuk nasabah yang penting untuk bank ini dan juga karier aku.

5 menit sebelum mulai aku sudah duduk di ruangan VIP sambil membaca kembali dokumen yang harus ditandatangani nasabah tersebut sambil menunggu nasabahku masuk.

"Halo, apa kabar Lingan?"

Aku mengangkat kepalaku dan melihat si nasabah masuk ke ruangan ditemani sekretarisku.

"Loh.....halo juga.. apa kabar?"

Nasabah itu ternyata orang yang dulu pernah duduk satu pesawat dengan aku saat aku melakukan perjalanan bisnis ke Dubai sekitar satu setengah tahun yang lalu. Masih kuingat raut mukanya yang tampan saat tersenyum. Namanya kalau tidak salah ingat Permana. Iya, namanya Permana.

"Bapak Permana, kok bisa sampai disini? Biasanya sekretaris bapak yang kesini."

Kok aku bisa gak perhatikan kalau Permana ini adalah Permana yang aku temui di Dubai itu. Ya, gak salah juga, banyak orang yang punya nama Permana kan. Kembali pikiranku komat-kamit baca mantera. Aku mencoba basa basi mencairkan suasana sambil menutupi rasa deg - deg an aku.

"Iya bu, sekretaris saya cuti melahirkan jadi mau tidak mau saya yang berangkat sendiri. Dan saya sengaja kesini juga karena dengar - dengar Bank ini punya program yang bagus untuk investasi di masa depan yang kemarin belum sempat disampaikan sekretaris saya. Dan juga kebetulan karena yang memimpin pelaksanaan program itu adalah ibu sendiri, jadi....ya disinilah saya sekarang."

Dia kembali melempar senyum saktinya. sekretarisku menatapku sambil senyum-senyum gak penting.

"Oh iya, benar.. jadi bagaimana kalau kita mulai saja presentasinya, karena waktu adalah uang.."

kubalas senyumannya dengan senyum termanisku. Aku tak mau tampak nervous, jadi kupercepat saja basa basinya.

Presentasi pun berjalan lancar dan baik.

"Terima kasih, saya sangat tertarik dengan penawaran bunga per bulan yang ditawarkan, cukup untuk bisa menunjang proyek saya di Australia sekitar 3 tahun lagi. Kita masih penjajakan mencari lokasi dan vendor yang tepat disana. Kalau boleh mungkin Ibu bisa kami ajak kesana kalau sudah jalan...Jadi kapan kita bisa tandatangan perjanjiannya?"

Ku kode sekretarisku untuk menyiapkan dokumennya dan kemudian kami bersalaman tanda sepakat. Bukan hal yang sulit untukku bisa menarik investor dengan kemampuan dan pengalaman yang aku punya.

"Maaf, apakah malam ini ibu ada waktu untuk makan malam bersama? Hitung - hitung merayakan awal kerjasama kita dan juga pertemuan tidak diduga ini. Kebetulan saya baru akan kembali ke Singapore besok pagi, dan tim kami pulang sore ini jadi saya punya waktu untuk bisa merasakan masakan restaurant favorit Ibu di Jakarta. Bagaimana?"

Aku mulai menganalisa perkataannya kalau timnya sudah pulang sore ini berarti nanti malam aku akan dinner berdua saja dengan dia, apa saja yang akan kita bicarakan nanti? Bagaimana kalau aku melakukan kebodohan seperti saat di Dubai dulu? Tapi aku tidak mau menolak, siapa tahu nanti kita bisa mencapai deal-deal lainnya.

"Ok, boleh juga, nanti sopir kami akan jemput bapak di hotel tempat bapak menginap, dan sekretaris saya juga akan menguhubungi bapak untuk jamnya setelah ini."

Akan kubuat makan malam kali ini menjadi makan malam bisnis agar tidak ada salah paham kembali diantara kita..

"baik, sampai ketemu nanti malam.."

Aku kembali ke ruanganku, dan langsung mengambil hp, mencari nama Sasya.

"Sas! Dimana lo? bisa makan siang ama gw gak? Yaaah kok lo tumben gak bisa sih.. ya udah besok ya, bener ya..Gw jemput lo jam 11 besok, titik...........ok, bye"

Kemudian aku kembali bekerja dengan kotak cincin dan wajah Permana berseliweran gantian di kepalaku. Aku butuh kopi yang lebih pahit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status