Dalam hidupnya, Ilana tak menyangka dia telah melewati banyak hal.
Wanita itu berkaca dan melihat perutnya yang membuncit bulat mengemaskan, padahal kemarin, baru saja dia menendang tytyd Barry hingga bengkak.
Rambutnya dia gerai sempurna, dengan dress putih selutut dan cardigan dongker untuk menutupi dirinya. Ilana berbalik dan melihat calon suaminya. Calon suami? Kedengarannya begitu aneh, dan asing, tapi begitulah adanya.
Wanita itu berbalik melihat Barry yang serius bermain ponsel.
Hari ini, mereka akan bertemu Alena, membicarakan apa yang terjadi di antara mereka secara dewasa. Dia tersenyum, ketika Barry meletakan ponselnya dan menepuk di sampingnya, Ilana berbalik dan langsung menubrukan badannya.
"Papa. Kamu geli nggak, dengarnya?" Barry menggeleng, Ilana memeluk leher laki-laki itu, dan tangannya menyusuri wajah Barry yang menutupi matanya.
Barry membuka matanya, Ilana menunggu, laki-laki ini, aka
Walau sudah tahu keadaan yang sebenarnya, sudah punya kehidupan sendiri, tapi, Ilana selalu menatap Adora penuh permusuhan. Selamanya, julukan Si Boots takkan hilang dan terus melekat.Adora bertemu dengan Ilana lagi? Si medusa ini? Huh, untung saja semua keinginannya terkabul.Keduanya sama-sama memalingkan wajah. Dasar ibu-ibu hamil keras kepala!Ilana pandangi Harry yang wajahnya tidak berubah, minimal jadi monster berupa seperti sifatnya, nyatanya dia tetap terlihat kalem menutupi apa yang pernah terjadi. Kembali, Ilana menatap iba pada si Boots. Betapa neraka selama ini yang dia jalani bersama Harry, dan laki-laki sial ini menjadikan dirinya tameng untuk menutupi semua kebejatan yang dia lakukan. Diam-diam, Ilana menggeleng. Sedikit mengerang, kalau diizinkan dia ingin menampar Harry."Selamat atas kehamilan kamu." Harry mengulurkan tangannya. Ilana menatap laki-laki itu, awalnya ragu, tapi, tangannya terulur juga. Keduanya be
"Ini Nana saat masih kecil. Ini, Nana pas masih lima tahun. Cerewet bangat, trus banyak permintaan. Kalau nggak diturutin, ngamuk."Ilana hanya memasang wajah cemberut, dia memang suka merajuk tapi apa segitu parahnya. Dia lupa-lupa ingat, tapi dia baru sadar, jika dirinya termasuk bossy."Kan namanya anak-anak." Ilana membela diri."Dih, lu juga masih kecil makan tai.""Mana ada! Ih, Bunda masak Ai makan tai."Ilona hanya menggeleng, percakapan itu cukup mengocok perutnya. Teringat masa kecil anak-anaknya yang sekarang sudah punya hidup masing-masing. How time flies."Kalian makan tai semua." Ilana bergidik jijik, membayangkan masa kecil penuh tai."Udahlah, Bunda. Tai terus pagi-pagi."Sebenarnya tidak bisa dibilang pagi, sekarang sekitar pukul sepuluh, seluruh anaknya berkumpul, kecuali Dennis yang sudah jarang berkumpul karena sibuk dengan keluarga kecilnya.Ilana
Dalam hidupnya Adora yakin tidak ada laki-laki yang akan menerima dan mencintainya dengan tulus. Tapi, semua anggapan itu dipatahkan saat dia bertemu dengan Syden.Syden.Nama yang menempati satu ruang khusus di hatinya. Syden, orang yang membuatnya sedikit percaya diri dan melihat dunia dari hal lain. Syden, laki-laki yang membuat dirinya merasa berharga dari semua rasa hancur, putus asa dan rasa sakit yang tidak akan pernah dia ucapkan.Adora menunduk, dia sudah membuka diri dengan Harry, karena pada akhirnya dia kembali pada laki-laki ini. Harry membuatnya bergantung penuh pada laki-laki ini dan tidak mempercayai apa pun yang ada di dunia luar. Tapi, Syden memberi sedikit cahaya dan Adora berhasil keluar dari kegelapan walau yang dia temui lagi-lagi Harry.Mungkin, setelah Hugo lahir dia bisa memberi nama anaknya Syden, bentuk penghargaan karena laki-laki itu berjasa dalam hidupnya."Pikirin apa?" Adora mengangkat w
Hidup adalah hal yang penuh misteri dan kejutan. Takdir memang tak selalu ramah pada semua orang sesuai dengan rencana.Dalam benak Alena, saat sudah dewasa, punya kerjaan yang mapan, punya kekasih yang sama-sama mengerti dan akhirnya berlanjut ke jenjang lebih serius.Wanita itu menopang dagunya, melihat keadaan kamarnya yang luas dengan chandelier yang berada tepat di kepalanya dan ornamen di kamar yang didominasi warna pink.Lagu Astrid Hurts So Good mengisi beat di sore hari dia melamun.Sedikit menyesali atau mungkin hanya ingin merenungi, bagaimana takdir hidupnya selucu ini.{Aku mengenalnya terlebih dahulu, dia terlihat sangat perhatian dan peduli padaku, bahkan rencana menikah dan seatap itu sudah jelas di depan mata. Tapi, tidak ada yang lebih menyakitkan ketika tahu bahwa dia mencintai sahabatku aku hanya dijadikan batu loncatan, dan sahabatku membalasnya, sekarang mereka sudah
Pandangannya hanya tertuju pada langit-langit kamar, sambil memikirkan banyak hal, teori bumi bulat, teori bumi datar, hingga menembus galaxi. Bagaimana orang melahirkan, bagaimana mengurus anak, berbelanja, masak, mengatur keuangan."Mikirin apa?" Ilana mendongak melihat Barry yang mengelus-elus rambutnya, wanita itu hanya terdiam walau dia nyaman berbaring di pangkuan Barry."Mikirin teori bumi bulat." Barry tertawa yang membuat Ilana merenggut kesal."Emang kenapa kalau bumi bulat?""Kan lewat doang.""Lewat mana?""Lewat lubang hidung.""Mana?" Mata Ilana langsung melotot saat Barry memeriksa lubang hidungnya. Wanita itu bangun dan memukul Barry, si psikopat mesum ini ada saja hal yang dia buat agar dirinya terhibur. Dulu, berat dan sering menyumpahi laki-laki ini, kelamaan rasa nyaman itu menyusup tanpa permisi melewati relung hatinya paling dalam dan sekarang bersemayam dengan kokoh, dan tidak
Manusia memiliki dua sisi, setan dan setan sekali. Dan Barry berada di pilihan terakhir."Ketika lu ngewe nggak ingat dunia dan sekarang ngeluh-ngeluh ke sini?""Kamu masih dendam sama aku?" tanya Barry. Alena langsung menggeleng cepat, dia tidak dendam tapi akhirnya mata dia terbuka jika Tuhan tidak akan membiarkan dirinya berakhir dengan orang yang salah.Tiba-tiba mantan laknat ini menghubungi dirinya dan mengatakan jika Ilana kabur. Tentu, Alena tidak mengerti permasalahan mereka, karena setelah dia bisa menerima keadaan hidupnya dia tak lagi memikirkan laki-laki ini maupun sahabatnya.Alena hanya menatapi Barry jengah. Dulu, dia dicampakkan dan sekarang dicari-cari."Jadi, di suratnya dia bilang apa?""Dia nggak mau dicari.""Ya udah sih. Aku tahu tabiat teman satu itu. Agak lain emang, tapi apa yang dia bicarakan benar. Jadi, biarkan aja.""Bukankah wanita ingin dicari?" tan
"Sayang."Dalam bayangan Barry, Ilana akan berlari sambil menangis-nangis sepanjang perjalan, tapi, dia tidak menjumpai hal itu.Ilana hanya menatapnya dingin, dengan eskpresi yang tidak terbaca sama sekali. Oh benar, melihat Ilana menangis sama seperti kamu bisa melihat batu menangis.Barry tahu, dia akan mendapatkan penolakan, tapi Barry adalah manusia tanpa malu yang tidak gampang menyerah semenjak Ilana mengenal laki-laki ini. Berkali-kali Ilana mengasarinya, memaki-maki tapi dia tetap keras kepala."Nana. Thank you sudah kembali. Aku tahu, you'll do."Ilana langsung mendorong Barry saat laki-laki itu berusaha untuk memeluk dirinya. Dia hanya merasa risih, tapi pelukan itu semakin kuat seiring dorongan Ilana."Ck!" Ilana hanya berdecak sedikit, tapi Barry tak dapat menahan senyumannya. Orang-orang seperti Ilana adalah cocok berpasangan dengan dirinya yang memiliki banyak stok kesabaran dan juga manusia
Ilana mulai mengurangi penggunaan makeup, dia tahu ada bahan-bahan berbahaya yang tidak cocok dipakai ibu hamil.Wanita itu berbalik melihat Barry yang terbaring dan melihat dirinya, yang sedang bercermin. Dia mendesah lelah, lagi-lagi berakhir bersama Harry. Bukan, karena dia tidak mau hidup bersama laki-laki ini, hanya saja Ilana tidak menyangka takdir hidupnya membawa ke sini. Dia kira akan berakhir dengan Harry atau yang lain. Saat pertama melihat Barry dia begitu kesal, Barry tak ubahnya seperti laki-laki mesum yang tidak biasa melihat wanita cantik, apalagi laki-laki itu datang sebagai kekasih sahabatnya.Ilana mengikuti naik ke atas ranjang dan duduk di atas ranjang."Kenapa, kamu akhir-akhir ini suka diam? Seperti banyak pikiran.""Manusia diciptakan memiliki akal dan otak, dan itu harus digunakan semaksimal mungkin. Jadi, aku menggunakan untuk berpikir banyak hal.""Lagi-lagi pernikahan menganggu kamu?" tembak