Mirela terkejut ketika mendapati dirinya masuk ke dalam kamar yang sangat besar. Ketika dia ingin berbalik keluar Dean sudah mengunci pintunya dan tersenyum nakal."Aku mau keluar," kata Mirela sambil bergegas ke pintu.Namun, kunci sudah ada di tangan Dean. Kekasihnya itu terkekeh geli melihat kepanikan Mirela."Sepertinya ada kelinci yang terjebak di sini," goda Dean nakal."Berikan kuncinya dan biarkan aku keluar!" kata Mirela tegas."Tidak!" sahut Dean tidak kalah tegas."Kamu ...""Berikan dulu apa yang aku inginkan," kata Dean sambil berjalan mendekat." ... "Mirela berontak ketika Dean memeluk dan menyatukan bibir mereka. Namun, tidak lama kemudian gadis itu merasa lemas dan gemetaran ketika merasakan serangan Dean pada bibir dan bagian sensitifnya.Dia menggelengkan kepala dengan tatapan memohon kepada Dean agar kekasihnya itu melepaskan dirinya. Dean melepaskan tautan bibir mereka dan beralih menggigit kecil kuping Mirela.Mirela mendorong tangan Dean yang hampir memasuki wi
Mirela merasa tidak berdaya ketika Dean mengembalikan ponsel kepadanya dan membiarkan kedua orang tuanya memberondongnya dengan berbagai macam pertanyaan. Kedua orang tuanya terdengar frustasi karena harus menyiapkan acara pesta yang begitu mendadak. Bagaimana caranya menggelar pesta yang harus siap besok? Baju pengantin, prasmanan, undangan, bagaimana menyiapkan itu semua? Sungguh keputusan menikah tiba-tiba dan tergesa-gesa seperti itu membuat kedua orang tuanya kalang kabut. "Jangan repot-repot, mama papa hanya duduk manis saja biarkan Dean menyelesaikan semuanya, jika dia sendiri tidak dapat menyelesaikan masalah itu maka acaranya akan diundur sesuai dengan kesiapan kita!" putus Mirela sambil tersenyum bandel melirik Dean. Dia ingin menikahinya cepat? Boleh saja asal dia bisa menangani dan menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan masalah itu tanpa merepotkan kedua orang tuanya. Dean menatap kekasihnya dengan ujung bibir berkedut merasa gemas. Bisa-bisanya dia menjanjikan hal
Dean masuk ke ruang ganti dan melihat calon istrinya tampak tidak berdaya dan berusaha untuk menarik resleting belakang baju pengantin yang saat ini sedang di pakainya.Dengan mata terpesona Dean menatap bahu putih mulus milik Mirela. Kulitnya tampak bersih bersinar hingga menimbulkan kesan bening. Dean berdecak kagum dan merasa beruntung karena sebentar lagi dia akan dapat memiliki Mirela.Dia kemudian melangkah maju mendekati Mirela.Sementara itu Mirela yang mengira kalau orang yang masuk itu adalah pegawai toko langsung meminta orang di belakangnya tersebut untuk memasang resleting yang sulit dia pasang itu. Namun, Mirela merasa sangat terkejut ketika merasakan orang yang berada di belakangnya mulai memberikan kecupan di bahu dan punggungnya hingga membuat dirinya merinding."Kamu ..." Mirela terperangah kaget ketika menoleh ke belakang dan melihat calon suaminya sedang mengecup punggung dan bahunya."Kamu sangat lezat," kata Dean sambil menatap calon istrinya penuh minat." ... "
Mirela dan Dean meninggalkan toko pakaian pengantin setelah membayar baju pengantin yang akan mereka pakai besok. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju tempat parkir mobil yang berada tidak jauh dari toko pakaian pengantin tersebut.Di dalam mobil Dean tampak sedang memasangkan sabuk pengaman untuk calon istrinya dan untuk dirinya sendiri."Ayo kita pulang!" kata Dean sambil mengecup kening calon istrinya." ... "Mirela menjawabnya hanya dengan menganggukkan kepala sambil tersenyum manis kepada calon suaminya itu.Dean menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia sebenarnya merasa enggan mengirimkan Mirela pulang dan ingin membawanya pulang langsung ke rumah pribadinya yang saat ini juga sedang melakukan persiapan untuk menerima calon nyonya yang akan datang dan tinggal di rumah itu setelah pulang dari bulan madu.Ketika mobil Dean sampai di depan tempat tinggal Mirela dia keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk calon istrinya itu.Perlakuan Dean ini tidak luput
Setelah Dean pergi, Mirela langsung memasuki kamarnya membersihkan diri dan merebahkan badan di kasurnya. Gadis itu kembali mengenang pengalamannya tadi bersama calon suaminya di toko pakaian dan di dalam mobil. Mirela memegang dadanya yang terasa mengencang. Entah mengapa mengingat semua itu membuat puncak dadanya kembali menegang. Dia mendesah frustasi merasakan semua reaksi yang tidak biasa pada tubuhnya itu.Sementara itu Dean yang sudah sampai di rumahnya dan beristirahat di kamarnya juga sedang melamun membayangkan tubuh indah dan kulit bening mulus milik calon istrinya. Dean merasa frustasi dan benar-benar tidak sabar lagi ingin membuka semua penutup yang menghalangi pandangannya atas tubuh calon istrinya tersebut. Dean sangat ingin melihat semua yang ada pada diri Mirela tanpa adanya penghalang apapun, dia ingin menyaksikan sendiri dengan matanya bagaimana keindahan gunung dan lembah milik calon istrinya itu."Selangkah lagi Mirela, selangkah lagi aku akan dapat memilikimu
Setelah para tamu undangan pulang, Mirela dan Dean sedang bersiap untuk meninggalkan kursi pelaminan menuju kamar pengantin mereka, tanpa di duga oleh keduanya dari bawah panggung meluncur sosok kecil berpakaian jas hitam menubruk Dean dan memanggilnya papa.Baik Dean maupun Mirela sama-sama tertegun mendengar panggilan bocah kecil tersebut kepada Dean. Kedua orang tua Mirela dan Pras pun tidak terkecuali.Mereka menatap bocah berumur lima tahun itu dan Dean secara bergantian seolah ingin memastikan kebenaran kata-kata anak tersebut.Dean mengerutkan kening melihat bocah laki-laki yang sangat mirip dengan dirinya. Dari mana datangnya anak ini? Dia merasa tidak pernah meniduri wanita manapun.Mirela menatap bocah kecil yang menubruk Dean dengan tatapan rumit. Dia merasa tidak percaya jika anak ini bukan milik suaminya karena wajahnya memang sangat mirip dengan Dean.Kedua orang tua Mirela saling pandang dan merasa cemas. Alangkah sialnya, apakah putri mereka akan tertipu lagi?Dean seg
Mirela memacu mobilnya hingga ke luar kota ke sebuah hotel di kaki bukit yang sejuk dan indah. Dia lalu turun dari mobilnya dan memandang berkeliling.'Sepertinya ini tempat yang lumayan untuk dijadikan tempat menyepi, tidak hanya tempatnya yang tenang dan jauh dari kebisingan, tapi hawanya juga sejuk menyegarkan,' pikir Mirela sambil memasuki loby hotel."Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis hotel ramah."Apakah masih ada kamar tersisa?" tanya Mirela ragu.Hotel ini sangat bagus, dari segi letak lokasi dan bangunan juga sangat oke, Mirela merasa tidak yakin masih memiliki kesempatan untuk menempati kamar di salah satu kamar hotel yang dia datangi ini."Masih ada kamar tersisa tapi itu di kamar vip, apakah kakak berminat?"tanya resepsionis itu ramah.Dia melihat gadis di hadapannya sekarang memiliki penampilan oke dan berkelas, sepertinya tidak akan bermasalah jika menawarkan sisa kamar vip kosong berharga lumayan tinggi yang tinggal satu-satunya di hotel mereka.Mirela mengiy
Dean mengerutkan kening setelah bolak balik menelepon Mirela masih juga tidak di angkat oleh istrinya tersebut.Dengan penasaran dia terus mengulang panggilan teleponnya ke ponsel Mirela. Dean tahu istrinya itu masih marah dan terkejut. Dirinya sendiri merasa kaget mendapati kenyataan kalau dirinya telah memiliki anak berusia balita. Padahal dia sama sekali tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun."Halo?" sapa Mirela ragu.Walau enggan akhirnya dia memutuskan untuk menerima telepon dari pria yang sudah resmi menjadi suaminya dan membohonginya itu."Sayang, di mana kamu?" tanya Dean lembut." ... "Mirela hanya diam, tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak ingin Dean datang ke hotel tempatnya menginap di saat dia sedang enggan untuk menemuinya."Baiklah, kalau kamu merasa berat untuk mengatakan di mana kamu, tidak apa, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku akan menyelesaikan masalah ini secepatnya, aku janji.""Aku tidak peduli!""Tapi aku peduli, aku sendiri merasa bingun