ISTRI KECIL SANG CEO

ISTRI KECIL SANG CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-10-28
Oleh:  Ziss kadasya Ongoing
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
13Bab
186Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Seorang pengawal berkata, “Tuan muda, nyonya muda ingin kabur dari rumah.” Marcell menjawab tenang, “Apakah dia membawa kartu emas?” Pengawal: “Membawa.” Marcell “Kalau begitu, biarkan dia kabur dari rumah.” …… Beberapa waktu kemudian—— Pengawal: “Tuan muda, nyonya muda ingin pergi bersama pria lain.” Marcell sangat marah: “Dengan siapa?” Pengawal: “Dengan Ayahnya……” Marcel : -__- …… Pengawal: “Tuan muda, nyonya muda membawa kabur anak tetangga.” Marcell: “Apakah anak itu cantik?” Pengawal: “Cantik.” Marcell “Kalau begitu, sepertinya aku harus berusaha lebih keras.”

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1: Prolog!

Selalu akan ada seseorang yang muncul dan membuatmu percaya bahwa dunia ini memang memiliki dongeng.

Tahun baru baru saja dimulai. Salju pertama turun.

Musim dingin di Kota A pun menjadi semakin dingin sejak salju itu turun.

Karena semua orang di rumah sibuk menyiapkan berbagai keperluan untuk perayaan tahun baru, tak seorang pun sempat memperhatikan Renaria yang baru berusia dua tahun.

Karenanya, Ibunya menaruh Renaria di atas sofa dan berkata lembut,

“Rena yang manis, main sendiri dulu, ya.”

Lalu, ia masuk ke dapur.

Awalnya, Renaria masih bisa duduk tenang di sofa sambil mengisap jarinya. Namun tak lama kemudian, ia mendengar suara tawa anak-anak bermain di luar pintu.

Anak berusia dua tahun itu memang belum bisa berjalan dengan mantap, tapi rasa penasarannya besar.

Dengan tubuh mungilnya yang gemuk, Renaria perlahan merayap turun dari sofa, lalu setengah merangkak, setengah berjalan menuju pintu depan.

Saat itu, pintu kebetulan tidak tertutup rapat, jadi Renaria dengan mudah keluar dari rumah.

Namun, setelah sampai di luar, Renaria mendadak ragu.

Salju belum sepenuhnya menutupi tanah. Bagian putih adalah salju, sedangkan bagian yang sedikit kekuningan adalah tanah yang kotor. Renaria kecil sudah tahu bahwa tanah itu tidak bersih, dan jika ia melangkah ke sana, pakaian putih barunya pasti akan kotor.

Tapi anak-anak di depan sana tertawa semakin riang.

Mereka tampak bersenang-senang…

Renaria pun ikut bersemangat, tak lagi peduli apakah tanah itu kotor atau tidak. Ia merangkak dan berjalan hingga sampai di depan tiga anak itu.

Tiga anak, Dua laki-laki dan satu perempuan.

Belum sempat Renaria melihat wajah mereka dengan jelas, tubuhnya sudah terangkat dari tanah.

“Kakak lihat, di sini ada boneka kecil!”

Suara itu lembut, manis seperti permen kapas, tetapi tangan anak itu tidaklah selembut suaranya, Ia mencengkeram kedua lengan kecil Renaria dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Renaria merasa tidak nyaman. Ia berontak dengan marah, menggeliat berusaha turun, namun kekuatan anak itu jauh lebih besar darinya. Ia hanya bisa menendang-nendang di udara, tanpa bisa menyentuh tanah.

Anjing yang terpojok pun bisa menggigit, apalagi anak kecil yang sedang kesal seperti Renaria.

Ia memejamkan mata dan langsung menggigit tangan yang mencengkeramnya.

Giginya sudah tumbuh lengkap, tapi gigitan itu justru mengenai udara kosong.

Saat membuka mata, ia menatap sepasang mata hitam yang dalam, seperti danau tanpa dasar.

Anak laki-laki itu tampak berusia tujuh atau delapan tahun, berwajah sangat tampan, alis dan matanya begitu indah, kulitnya seputih salju di tanah, bulu matanya panjang seperti milik boneka Barbie Renaria.

Namun di wajahnya terlukis ekspresi dingin, seperti tertutup lapisan es yang membuat orang tak berani mendekat.

Renaria terdiam di dalam pelukannya. Entah karena terkejut oleh kejadian barusan, atau karena wajah anak itu terlalu tampan, ia tiba-tiba merasa tenang dan tidak lagi melawan.

Tubuh anak laki-laki itu membawa aroma manis bunga yang lembut. Renaria merasa nyaman dan tak sadar menggesekkan wajahnya ke dada anak itu.

“Kakak, kenapa kau memeluk bocah kecil yang kotor itu?”

Anak laki-laki lain yang mengenakan kemeja putih dan berpenampilan seperti orang dewasa kecil, berbicara dengan nada sombong. Dari suaranya, Renaria tahu bahwa dialah orang “jahat” yang tadi mengangkatnya.

Renaria yang tadi sudah tenang kembali berontak, mengayunkan tangan kecilnya yang gemuk untuk memukul si anak nakal itu.

“Aku tidak mau memelukmu, dasar bocah kotor!”

Anak berkemeja putih itu menyeringai dengan jijik, mengira Renaria ingin dia yang memeluknya.

Namun, anak laki-laki yang memeluk Renaria menggenggam lembut tangan kecilnya, lalu menatap dingin ke arah anak itu sambil berkata datar,

“Dia tidak ingin kau memeluknya. Dia ingin memukulmu.”

Pada saat itu, gadis kecil yang mengenakan gaun putri berwarna merah muda tiba-tiba mendekat, menatap Renaria dengan pandangan yang hampir menyerupai kebencian.

Kemudian, ia mendengus pelan dan berkata dengan nada tak acuh,

“Aku tidak mau main lagi. Kalian saja yang main.”

Lalu ia berbalik dan pergi.

Meski baru berusia dua tahun, Renaria sudah bisa membedakan siapa yang menyukainya dan siapa yang tidak.

Tatapan gadis kecil bergaun merah muda tadi jelas penuh rasa jijik dan tidak suka.

“Xena, tunggu aku!”

Anak laki-laki yang mengenakan kemeja putih pun segera berlari mengejar gadis itu.

Sekeliling mendadak menjadi sunyi.

Anak laki-laki yang masih berdiri di tempat menatap Renaria kecil dengan serius. Ia kemudian mengambil bunga dan rumput liar, merangkainya menjadi sebuah cincin kecil, dan dengan hati-hati memakaikannya di jari gadis kecil berbaju putih yang masih kotor itu.

“Kalau kau sudah besar nanti, aku akan menikahimu.” katanya lembut.

Ia menunduk, menatap Renaria yang masih belum bisa bicara, hanya bisa mengoceh tak jelas. Gadis kecil itu tampak seperti boneka salju mungil, Begitu lucu dan polos.

Anak-anak berpikir dengan sangat sederhana. Renaria tidak tahu apa itu cincin, hanya merasa benda itu indah. Ia pun tersenyum bahagia, matanya berbinar.

Namun, tawa itu segera terhenti ketika terdengar suara panik dari dalam rumah,

“Rena! Rena!”

Bagi Renaria, seolah ia sudah berjalan jauh sekali. Padahal, bagi Ibunya, hanya butuh beberapa langkah untuk menemukannya.

Tak lama kemudian, wajah cemas Ibunya muncul di hadapannya. Ia segera memeluk Renaria, dan begitu melihat pakaian putih anaknya yang penuh lumpur, ia langsung tahu bahwa Renaria keluar sendiri.

Melihat pakaian anak laki-laki yang memeluk Renaria juga ikut kotor, wajah Ibunya menjadi sedikit kikuk.

“Maaf sekali, Nak. Pakaianmu jadi kotor karena anakku. Bagaimana kalau kau lepas bajumu? Tante bantu cuci?”

Anak laki-laki itu meski baru berusia tujuh atau delapan tahun, namun terlihat lebih matang dan tenang dibandingkan seusianya. Ia melirik gadis kecil yang kini sedang menggosok-gosokkan tubuhnya ke baju ibunya, lalu tersenyum tipis.

Benar-benar anak yang nakal…

Namun, ia tetap berbicara sopan dan beretika,

“Tidak apa-apa, Tante. Tolong jaga dia baik-baik. Aku pulang dulu.”

Anak ini pasti dari rumah sebelah, pikir Ibu Renaria.

Jarang sekali ada anak yang sopan seperti ini, dan tampan pula. Andai saja dia anakku sendiri… kalau tidak, jadi menantu pun bagus juga!

Ibu Renaria yang sudah tidak muda lagi tetap tidak bisa menahan sifat fangirl-nya. Sambil menggendong Renaria pulang, pikirannya sibuk berandai-andai.

Renaria kecil masih menggenggam cincin kecil dari bunga dan rumput itu erat-erat.

Ia memandangi punggung anak laki-laki berbaju putih yang makin lama makin jauh.

Lalu menangis keras-keras.

Bertahun-tahun kemudian.

Renaria kini sudah dewasa. Ia mengenakan pakaian rapi, membawa ransel hitam kecil di punggungnya, dan berlari terburu-buru ke dalam sebuah gedung perkantoran mewah.

Begitu menjejakkan kaki di lobi, ia langsung kebingungan.

Lobi gedung itu sangat luas dan kosong, tidak ada satpam, tidak ada resepsionis, bahkan bayangan manusia pun tak terlihat.

Masalahnya sekarang, di mana letak lift?

Dalam masa paling sulit dalam hidupnya, ia menerima undangan wawancara dari Imperial Group, perusahaan ternama di Kota A.

Namun sekarang, waktu wawancara hampir tiba dan ia malah tersesat!

“Lantai tiga puluh… lantai tiga puluh… lift di mana, sih?” gumamnya panik sambil berlari kecil.

Sialnya, ia mengenakan sepatu hak tinggi setinggi sebelas sentimeter. Setiap beberapa langkah, ia harus menyeimbangkan diri. Berputar ke sana kemari tetap tidak menemukan lift. Air matanya hampir keluar karena frustrasi.

Bukan hanya lift, tangga darurat pun tak terlihat. Ketika melirik jam tangannya, waktu wawancara sudah lewat.

Rasanya ingin menangis, sudah sampai di gedung perusahaan, tapi tetap tidak bisa naik ke atas!

Saat ia menunduk pasrah dan hendak pergi, seorang pria tinggi mengenakan setelan jas berwarna gelap berjalan melewatinya dengan langkah cepat.

Renaria hanya sempat melihat sekilas sisi wajahnya, Garis rahangnya tegas, rautnya tampan dan elegan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Ulasan-ulasan

zesskadasya
zesskadasya
cukup menarik...
2025-10-22 23:24:07
0
0
13 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status