Beranda / Fantasi / VAMPIRES UNITED / 2. Rastri Misteri

Share

2. Rastri Misteri

Penulis: Joko D Mukti
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-09 05:29:18

Dari balik dinding kaca jernih yang tembus ke lobi, menyeberangi meja-meja dengan monitor menyembul sedikit di bawah garis tatapannya, Sam menangkap kelebat lincah Sonia yang berlari keluar. Hatinya sama sekali tidak membunyikan gaung perasaan apapun. 

Baiklah, mungkin ada. Sedikit. 

Namun ada perasaan menggelitik yang mengusiknya. Perasaan lain yang tak ada hubungannya dengan si cantik-lincah Sonia. Sam merasakan tatapan perempuan—perempuan lain—yang duduk di sudut di dekat jendela kaca yang menghadap halaman depan. Tatapan itu terasa seperti sentuhan jari—lunak tapi mengganggu—yang tak mau henti di punggungnya. 

Ada dua orang yang memperhatikannya lebih daripada orang lain sejak pertama kali bergabung dengan perusahan penerbitan itu. Yang satu Sonia. Terbuka, ramah, dan terkadang agak berlebihan. Pertemuan tadi dengan Sonia merupakan kesempatan pertama ia berbicara agak leluasa seolah ia telah akrab dengannya. 

Aura terbuka gadis itu membuatnya sedikit membuka diri. Dan kenyataannya Sonia menanggapinya dengan menyenangkan. Tatapan mata, lirikan dan mencuri-curi kesempatan untuk berada didekatnya yang Sonia lakukan selama sebulan ini ternyata tak membuktikan janji yang lebih dari sekedar tawaran berteman. Atau itulah yang Sam rasakan. Untunglah Sam belum melakukan sesuatu yang berlebihan pula. 

Sam bernapas lega. 

Tetapi kasusnya berbeda dengan perempuan yang menatapinya diam-diam saat itu. Sam pernah mendengar seseorang rekan koresponden memanggil namanya: Rastri. Sam pernah melihatnya berjalan pulang sendirian dan mengejar bus kota dengan kegesitan yang cukup mengejutkan—mengingat sikapnya yang serba pendiam dan tertutup penuh misteri. 

Berbeda dengan Sonia yang terbuka dan riang, Rastri hanya menatapinya dari jauh, tak berusaha mendekat. Dan ketika Sam berusaha mendekatinya, Rastri secara licin dan tak kentara beringsut pergi. Beberapa kali Sam sempat membenci dirinya sendiri karena terlibat dalam situasi yang canggung tapi membelit ini. 

Ah, apa urusannya dengan Rastri? Ia di sini hanya mau bekerja. Tak lebih dan tak kurang. Ia berhak hidup normal. Senormal yang ia inginkan. Dan andai ada seorang seperti Rastri yang bermisteri dengan sikapnya terhadapnya, Sam yakin akan lebih baik jika ia tak menghiraukannya. Titik.

Sam membuka semua file yang mesti diperiksanya malam itu. Deadline masih cukup lama, tapi Sam tahu lebih cepat ia menyelesaikannya lebih baik. Lagipula ia sering mendapat pekerjaan dadakan dari naskah-naskah penting yang tiba di menit-menit terakhir sebelum masuk bagian lay-out. Ia baru tiga bulan di situ, dan ia ingin memperlihatkan etos kerjanya yang maksimal—seperti manusia lainnya.

Rastri masih menatapinya. Sam bisa merasakan itu. Gelora emosinya memuncak, tetapi dengan tenang ia meredam arus kemarahannya dengan berkonsentrasi pada huruf-huruf yang tampak bersusulan muncul di layar monitornya. Detik menuju menit. Dan menit menjadi jam. Ia tenggelam dalam lautan kata-kata. Otaknya menyisir kalimat demi kalimat. Logikanya bekerja setiap ada makna yang muncul dari kata-kata dan kalimat-kalimat yang dibacanya. 

Tugasnya hanya menyempurnakan bahasa agar mampu menyampaikan maksudnya yang paling jernih dan langsung. Bahasa jurnalisme. Dan ia harus membetulkan ejaan dan penempatan tanda baca yang keliru. Bukan pekerjaan sulit. Apalagi program komputer yang dipakainya sangat membantu. Ketika ia selesai mengerjakan sejumlah naskah yang ada dalam foldernya, rekan kerjanya yang lebih senior datang. 

“Hei, sudah selesai?”

Sam mengangguk. Dan membiarkan Manto meneliti pekerjaannya. Sam membiarkan Manto terpana atas kesempurnaan hasil kerjanya. Sempurna. Bahkan Sam telah menyelesaikan naskah yang seharusnya menjadi bagian Manto. Dan seperti biasa selama tiga bulan ini ia membiarkan Manto terserap oleh obsesinya untuk menemukan kesalahan yang dibuatnya. Sam yakin untuk kesekian kali Manto akan kecewa tak menemukan satu celah pun untuk mencelanya. Sam bangkit dan menoleh ke arah meja Rastri. 

Gadis itu telah menghilang. 

Sam melangkah mendekati jendela kaca yang terbuka. Angin dari luar menerpanya saat ia menyentuh permukaan meja Rastri. Meja yang rapi dan bersih seperti dilap setiap detik. Bahkan layar monitornya tampak lebih bersih dari layar monitor lainnya. Gadis itu mungkin cinta kebersihan melebihi apa pun. Atau ia terlalu cemas dan neurotik dan menjadikan kegiatan mengelap dan mengelap mejanya sebagai bagian dari terapi pribadinya. Segawat itukah?

Lalu, ke mana gadis itu pergi? Apakah ia telah selesai dengan pekerjaannya hari ini? Apakah memata-matainya termasuk pekerjaannya? Tak ada apa-apa di meja Rastri. Bersih. Rapi. Terlalu rapi sehingga tampak janggal. Penuh misteri. Dan saat Sam menatap keluar jendela, ia melihat Rastri yang menatapnya di gerbang depan dekat posko. Sosoknya yang langsing tegap menghadap lalulintas yang padat, tetapi wajahnya menoleh ke arah jendela di mana Sam berada.

Wajah yang tertutup gelap bayangan pepohonan itu menatapnya langsung. Dari sikap tubuhnya Sam menduga ada sesuatu yang bergolak dalam benak gadis itu. Saat menatapnya Rastri tak berusaha berkelit atau pura-pura melengos. 

Naluri Sam lantang memekik: Rastri mengetahui sesuatu tentang dirinya yang tidak diketahuinya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • VAMPIRES UNITED   50. Permintaan Sam

    Sonia bangun terkejut. Sedetik dua detik ia meraup kesadarannya kembali dengan menghela napas panjang. Dan tahulah ia suara apa yang ia dengar dalam ketidaksadarannya sebelumnya. Pintu ruang kesehatan telah terbuka dan angin panas yang menerobos dari luar mengibas-kibaskannya, membentur dinding, dan menjatuhkan benda-benda. Rastri tidak ada lagi di sebelahnya.Sonia menyentuh pipinya. Basah. Jadi ia benar-benar menangis seperti dalam mimpinya. Mimpi yang aneh dan ganjil di siang hari. Apa yang ditangisinya? Dalam mimpinya? Ah, ya. Ia bermimpi Sam mendatanginya. Semuanya gelap. Ia merasa tersesat. Ia gembira Sam dating. Namun Sam sama sekali tak menyapa. Ia hanya lewat dan pergi. Dan ia menangis. Karena entah kenapa ia merasa begitu sendirian dan terasing. Mendadak semua masalah dan kesulitannya hadir kembali di benak Sonia. Gadis itu tersenyum masam, dan menapakkan kakinya yang telanjang ke lantai. Son

  • VAMPIRES UNITED   49. Perbincangan Letih

    Rastri dan Sonia terpaksa harus tiduran di ruang kesehatan kantor setelah menyelesaikan tugas harian mereka. Matahari sudah terasa panas pada jam 10.30 saat itu. Pendingin ruangan hanya mampu memberikan kesejukan yang membuat kulit mereka terasa kering dan sangat tidak nyaman, karena keletihan yang mereka derita seakan tersekap di dalam tubuh dan tak mau keluar. Kini mulai terasa betapa letih dan pedih mata mereka, akan tetapi berkebalikan dengan keinginan hati mereka kedua pasang mata mereka tak juga mau dipejamkan. Dalam desahan ke sekian akhirnya Sonia menyadari keluhan tak akan menghilangkan keletihan yang menguasai sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa melayang, seakan tak mau berkoordinasi dengan bagian tubuh lainnya. Ia berusaha memejam. Namun suara-suara kesibukan di luar tak juga mampu ia kesampingkan. Napasnya terasa berat, dan gendang telinganya berdenging dan terasa seakan sebuah benda padat menggumpal di sana.Sonia terlentang dan mengatur napasnya

  • VAMPIRES UNITED   48. Undangan Pembasmi

    Tak ada siapa-siapa di ruang belakang yang porak poranda. Separuh pintu gudang tergeletak dengan palang-palang yang terpelanting beberapa meter. Mereka segera membuka dua pintu keluar dan empat jendela kecil di bagian belakang rumah. Cahaya yang memasuki ruang di situ belum sepenuhnya berhasil menerangi setiap sudut rumah, namun mereka mampu melihat ceceran debu-debu vampir dari ujung ke ujung. Tak ada barang yang masih tetap tinggal di tempatnya. Semua terserak, setengah terbakar, setengah hancur atau seluruhnya, menjauh dari tempatnya semula, seolah telah terjadi gempa hebat di tempat itu. Ada kelegaan dan kecemasan sekaligus saat Rastri mengetahui tak ada Sam di situ. Rastri mengerling ke arah Sonia. Yang dipandang menunduk. Ketika menyadari ia sedang berdiri di atas debu vampir, Sonia menjauh dengan langkah hati-hati. Svida menyentuh hampir semua benda dan permukaan tembok dengan ujung celuritnya seakan dengan perbuatannya itu

  • VAMPIRES UNITED   47. Senyap Setelah Pertempuran

    Ketika Svida tiba vampir-vampir telah pergi. Svida menggedor pintu depan sebelum dibukakan, dan mereka semua terheran-heran menyaksikan tak ada vampir yang menghadang. Tak ada vampir yang tersisa. Sonia bersama Rastri mengawasi sekitar rumah dan cahaya terang dari sebelah timur menyadarkan mereka semua.Fajar menyingsing Itulah kenapa.Svida menyisir setiap sudut dan menjelajahi setiap titik di seputar rumah Rastri. Lalu dengan ketelitian yang mengagumkan mereka menyibak setiap semak dan memeriksa setiap celah. Nihil. Matahari mulai muncul ketika Sonia berkacak pinggang dengan celurit masih tergenggam di tangan kanannya. Ini semua keajaiban. Mereka semua selamat. Semalaman mereka begitu sibuk bertempur sehingga tak menyadari waktu berjalan. Dan kini hari hampir pagi. Mereka diselamatkan oleh matahari. Mereka mengitari rumah dan mendapati ceceran debu-debu di sana

  • VAMPIRES UNITED   46. Hidup dan Mati

    Sonia mendengar kebisingan memuncak dengan suara pintu hancur di belakang rumah. Isak tangisnya berhenti. Dengan air mata masih bercucuran, ia fokus kepada suara-suara pertempuran di lorong di bagian belakang rumah. Pintu gudang itu telah terjeblak terbuka, desisnya. Dan suara ketika para vampir membanjir masuk nyaris seperti suara ribuan kelelawar menyerbu. Tapi mereka tak mampu menyerbu langsung semuanya, mereka dibatasi oleh sempitnya lorong, sehinggga meskipun yang Sam hadapi puluhan vampir, bahkan mungkin lebih, akan tetapi mereka hanya mampu menyerang satu demi satu. Rastri menyadari hal ini, sehingga senyumnya makin lebar. Bangsat itu tidak sekedar nekat ternyata, batin Rastri. Lalu terdengar pertempuran. Begitu cepat dan tergesa. Ada jeritan kesakitan bersahutan.Letupan-letupan cepat yang susul-menyusul dengan suara benda-benda berat berjatuhan dan hancur.Hara tersentak ketika suara bising da

  • VAMPIRES UNITED   45. Menyongsong Maut

    Sam melangkah keluar kamar Jani, kini celurit dan pedang samurai pendek berada di kedua tangannya. Raut wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa, hanya matanya menatap liar. Hara bersama anak buahnya menunggu, ketika melihat Sam tampak akan mengatakan sesuatu. Akan tetapi Sam hanya menoleh dan menatap Rastri dan Sonia, kemudian dengan langkah tergesa ia menuju ruang depan dan saat itulah kaca-kaca jendela di sana—prang!—hancur oleh hantaman para vampir yang meringis ganas dari luar. Sam menatap wajah-wajah liar yang melongok ke dalam dari balik teralis baja yang menutupi ambang jendela. “Rastri, berapa lama kira-kira kita akan mampu bertahan dengan teralis dan pintu yang ada?” “Teralis itu cukup kuat, kukira. Dan pintunya cukup tebal untuk bertahan sampai pagi. Apalagi dengan palang besi berlapis yang kami pasang. Yang aku khawatirkan, bangunan belakang lebih lemah daripada bangunan utama. Tidak seperti gudang di belakang, y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status