Beranda / Fantasi / VAMPIRES UNITED / 1. Pendatang Baru

Share

VAMPIRES UNITED
VAMPIRES UNITED
Penulis: Joko D Mukti

1. Pendatang Baru

Penulis: Joko D Mukti
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-09 05:26:38

“Siapa nama orang baru itu?”

“Sam.”

“Tidakkah lo pikir dia cool?” 

“Lo pikir gitu?”

“Liat aja. Liat. Ia datang bersamaan dengan Titus. Ia jalan kaki, Titus turun dari mobil mewahnya, diiringi para pengawalnya. Tapi gak ada canggungnya sama sekali si Sam itu. Eh, dia menatap Titus seolah Titus itu hanya kecoak yang lewat. Tapi Titus gak memedulikannya, mungkin ia merasa berada jauh di atas angin dibanding Sam.”

“Aku liat. Emangnya kenapa? Jangan berani-berani ngliatin dan komentar tentang boss ya. Gak sopan!”

“Ya kalau gue yang ngliatin gak perlu melotot kayak mata lo, dong. Lagian yang gue liat itu Sam, bukan si boss.”

“Gak sopan. Masak si boss malah gak diacuhin, lo malah ngliatin si Sam. Eits, ati-ati. Orangnya makin dekat. Maaakiiin deeekaaat,” ucap sang resepsionis menyenandungkan perkataannya.

“Tenang aja, man. Tenang,” bisik Sonia, lalu menunduk, sedetik kemudian ia mendongak, mengibaskan rambut panjangnya acuh-tak-acuh dan lalu menatap langsung ke arah Sam. Wajahnya sumringah dan terus terang seolah angin surga yang lembut barusan meniup lehernya, katanya ringan, “Hallo, Sam!”

Yang disapa tersenyum tipis. Setipis kulit ari. Lalu menyingkir ke tepi ketika Titus—masuk ke ruang lobi seakan mengklaim daerah kekuasaannya—dengan tangan terangkat tinggi memberi perintah ke sana-ke mari kepada para ‘bayangan’-nya yang terdiri dari beberapa lelaki berpakaian resmi dengan jas lengkap. Sesaat ruang yang luas itu disibukkan oleh hilir mudik yang sigap. Mereka tahu yang sedang mereka kerjakan, dan mereka melakukannya dengan cepat. Ini disukai oleh Titus, yang tersenyum dengan wajah tengadah seolah otak belakangnya lebih berat dari dagunya yang lemah. 

“Ada apa ini, Sonia?” mendadak Sam yang masih membisu tenang di sebelahnya bertanya. Sonia tersentak. Menatap Sam dengan keterkejutan yang tak ditutup-tutupi. Sam tahu namanya? Kapan mereka pernah dikenalkan secara resmi? Jawabnya: tak pernah. Dan cowok itu sudah tahu namanya dan tak canggung menyebutkannya kepadanya? Ah, pertanda bagus! 

“Sonia menatapku seolah melihat hantu,” tukas Sam tenang. Lalu seakan geli oleh ucapannya sendiri, ia tertawa tanpa bunyi.  

Sonia meringis jengah. Begitu jelaskah perasaannya terbaca? Hati-hati.  Cewek gak boleh terlalu mudah memperlihatkan perasaan. Apalagi kepada cowok. Sedetik wajah Sonia semburat memerah. Ia berdehem kecil. Helaan napas halus di hidungnya yang bangir. Lantas, ketika berbicara suaranya menjadi lebih berat dan tenang. Kendali total agaknya telah kembali ke dalam dirinya.

“Akan ada tamu dari Balaikota. Mungkin walikota itu sendiri,” jelas Sonia terdengar terlalu serius untuk sebuah info yang terlalu biasa. Lirikannya ke arah cowok itu terputus sewaktu tahu Uwie sang resepsionis juga mengamatinya. Cowok yang dipanggil Sam itu mengangguk, seraya mengamati suasana sekelilingnya. 

Setelah suasana kembali normal, dan pintu ke arah ruang redaksi tak lagi dijejali orang-orang. Sam berjalan pelan ke arah mejanya, jauh di sudut sepi dan terpencil ruang redaksi. Sonia mengikuti langkahnya dengan tatapan yang kini penuh perhitungan. Benaknya menimbang-nimbang apakah ia harus kembali membuka komputernya dan mengecek naskah yang baru diselesaikannya tadi sore. Atau pulang. 

Pulang berarti ia harus mengorbankan momen yang mungkin akan menyenangkan bersama Sam. Kalau ada ...

Sonia melihat Sam duduk di mejanya jauh di sudut, di balik komputer yang terletak paling dekat dengan pintu ke bagian belakang gedung, jalan tembus menuju bagian pra-cetak. Pandangan Sonia ke sana tertutup oleh bingkai dinding kaca dan beberapa rak di seberang meja bermonitor di barisan terdepan dekat pintu dari lobi. Langit mulai membiaskan cahaya merah yang muram. Senja akan berlalu tanpa sapa. Malam akan segera tiba tanpa permisi. Jendela-jendela kaca hitam satu-arah di ruang redaksi yang luas mulai dibuka, satu-persatu, menyambut udara malam yang sejuk yang akan mengganti udara dari mesin pendingin seharian.

“Sudah lega, setelah ketemu idolamu?”

“Lega? Idola? Ih, apaan sih lo, Wie! Gue cuma suka liat dia begitu cool. Cuma itu. Lagipula mau dikemanain si Albert, cowok gue!” bantah Sonia kalang kabut.

“Gak usah sewot. Gak usah baper. Tuh jemputan lo tiba.”

“Mana?”

“Itu mobil Albert, kan? Masak sama mobil pacar lo lupa? Pasti gara-gara Sam ini!” tuduh Uwie sang resepsionis. Sonia melotot. Secara mendadak ia putuskan untuk pulang. Habis, dijemput Albert....

“Gak usah, ya! Udah deh jangan sebut Sam lagi kalau ada Albert.”

“Cepetan! Tamu si boss udah pada datang tuh mulai masuk gerbang. Nanti pintu depan penuh orang lagi.”

“Ok, yuks mari!” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Township Gogo
terlalu banyak tokoh yg berbicara tanpa di beri tanda, bikin bingung siapa aja yg ngomong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • VAMPIRES UNITED   50. Permintaan Sam

    Sonia bangun terkejut. Sedetik dua detik ia meraup kesadarannya kembali dengan menghela napas panjang. Dan tahulah ia suara apa yang ia dengar dalam ketidaksadarannya sebelumnya. Pintu ruang kesehatan telah terbuka dan angin panas yang menerobos dari luar mengibas-kibaskannya, membentur dinding, dan menjatuhkan benda-benda. Rastri tidak ada lagi di sebelahnya.Sonia menyentuh pipinya. Basah. Jadi ia benar-benar menangis seperti dalam mimpinya. Mimpi yang aneh dan ganjil di siang hari. Apa yang ditangisinya? Dalam mimpinya? Ah, ya. Ia bermimpi Sam mendatanginya. Semuanya gelap. Ia merasa tersesat. Ia gembira Sam dating. Namun Sam sama sekali tak menyapa. Ia hanya lewat dan pergi. Dan ia menangis. Karena entah kenapa ia merasa begitu sendirian dan terasing. Mendadak semua masalah dan kesulitannya hadir kembali di benak Sonia. Gadis itu tersenyum masam, dan menapakkan kakinya yang telanjang ke lantai. Son

  • VAMPIRES UNITED   49. Perbincangan Letih

    Rastri dan Sonia terpaksa harus tiduran di ruang kesehatan kantor setelah menyelesaikan tugas harian mereka. Matahari sudah terasa panas pada jam 10.30 saat itu. Pendingin ruangan hanya mampu memberikan kesejukan yang membuat kulit mereka terasa kering dan sangat tidak nyaman, karena keletihan yang mereka derita seakan tersekap di dalam tubuh dan tak mau keluar. Kini mulai terasa betapa letih dan pedih mata mereka, akan tetapi berkebalikan dengan keinginan hati mereka kedua pasang mata mereka tak juga mau dipejamkan. Dalam desahan ke sekian akhirnya Sonia menyadari keluhan tak akan menghilangkan keletihan yang menguasai sekujur tubuhnya. Kepalanya terasa melayang, seakan tak mau berkoordinasi dengan bagian tubuh lainnya. Ia berusaha memejam. Namun suara-suara kesibukan di luar tak juga mampu ia kesampingkan. Napasnya terasa berat, dan gendang telinganya berdenging dan terasa seakan sebuah benda padat menggumpal di sana.Sonia terlentang dan mengatur napasnya

  • VAMPIRES UNITED   48. Undangan Pembasmi

    Tak ada siapa-siapa di ruang belakang yang porak poranda. Separuh pintu gudang tergeletak dengan palang-palang yang terpelanting beberapa meter. Mereka segera membuka dua pintu keluar dan empat jendela kecil di bagian belakang rumah. Cahaya yang memasuki ruang di situ belum sepenuhnya berhasil menerangi setiap sudut rumah, namun mereka mampu melihat ceceran debu-debu vampir dari ujung ke ujung. Tak ada barang yang masih tetap tinggal di tempatnya. Semua terserak, setengah terbakar, setengah hancur atau seluruhnya, menjauh dari tempatnya semula, seolah telah terjadi gempa hebat di tempat itu. Ada kelegaan dan kecemasan sekaligus saat Rastri mengetahui tak ada Sam di situ. Rastri mengerling ke arah Sonia. Yang dipandang menunduk. Ketika menyadari ia sedang berdiri di atas debu vampir, Sonia menjauh dengan langkah hati-hati. Svida menyentuh hampir semua benda dan permukaan tembok dengan ujung celuritnya seakan dengan perbuatannya itu

  • VAMPIRES UNITED   47. Senyap Setelah Pertempuran

    Ketika Svida tiba vampir-vampir telah pergi. Svida menggedor pintu depan sebelum dibukakan, dan mereka semua terheran-heran menyaksikan tak ada vampir yang menghadang. Tak ada vampir yang tersisa. Sonia bersama Rastri mengawasi sekitar rumah dan cahaya terang dari sebelah timur menyadarkan mereka semua.Fajar menyingsing Itulah kenapa.Svida menyisir setiap sudut dan menjelajahi setiap titik di seputar rumah Rastri. Lalu dengan ketelitian yang mengagumkan mereka menyibak setiap semak dan memeriksa setiap celah. Nihil. Matahari mulai muncul ketika Sonia berkacak pinggang dengan celurit masih tergenggam di tangan kanannya. Ini semua keajaiban. Mereka semua selamat. Semalaman mereka begitu sibuk bertempur sehingga tak menyadari waktu berjalan. Dan kini hari hampir pagi. Mereka diselamatkan oleh matahari. Mereka mengitari rumah dan mendapati ceceran debu-debu di sana

  • VAMPIRES UNITED   46. Hidup dan Mati

    Sonia mendengar kebisingan memuncak dengan suara pintu hancur di belakang rumah. Isak tangisnya berhenti. Dengan air mata masih bercucuran, ia fokus kepada suara-suara pertempuran di lorong di bagian belakang rumah. Pintu gudang itu telah terjeblak terbuka, desisnya. Dan suara ketika para vampir membanjir masuk nyaris seperti suara ribuan kelelawar menyerbu. Tapi mereka tak mampu menyerbu langsung semuanya, mereka dibatasi oleh sempitnya lorong, sehinggga meskipun yang Sam hadapi puluhan vampir, bahkan mungkin lebih, akan tetapi mereka hanya mampu menyerang satu demi satu. Rastri menyadari hal ini, sehingga senyumnya makin lebar. Bangsat itu tidak sekedar nekat ternyata, batin Rastri. Lalu terdengar pertempuran. Begitu cepat dan tergesa. Ada jeritan kesakitan bersahutan.Letupan-letupan cepat yang susul-menyusul dengan suara benda-benda berat berjatuhan dan hancur.Hara tersentak ketika suara bising da

  • VAMPIRES UNITED   45. Menyongsong Maut

    Sam melangkah keluar kamar Jani, kini celurit dan pedang samurai pendek berada di kedua tangannya. Raut wajahnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa, hanya matanya menatap liar. Hara bersama anak buahnya menunggu, ketika melihat Sam tampak akan mengatakan sesuatu. Akan tetapi Sam hanya menoleh dan menatap Rastri dan Sonia, kemudian dengan langkah tergesa ia menuju ruang depan dan saat itulah kaca-kaca jendela di sana—prang!—hancur oleh hantaman para vampir yang meringis ganas dari luar. Sam menatap wajah-wajah liar yang melongok ke dalam dari balik teralis baja yang menutupi ambang jendela. “Rastri, berapa lama kira-kira kita akan mampu bertahan dengan teralis dan pintu yang ada?” “Teralis itu cukup kuat, kukira. Dan pintunya cukup tebal untuk bertahan sampai pagi. Apalagi dengan palang besi berlapis yang kami pasang. Yang aku khawatirkan, bangunan belakang lebih lemah daripada bangunan utama. Tidak seperti gudang di belakang, y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status