PESONA KAKA IPAR

PESONA KAKA IPAR

last updateLast Updated : 2025-09-09
By:  jarumkecilUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
18views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

“Dia bukan sekadar kakak ipar…” Langkahnya tenang, tatapannya penuh percaya diri. Selalu datang dengan senyum tipis yang bikin dunia tiba-tiba jadi sunyi. Bicaranya santai, tapi setiap kata bisa bikin dada bergetar.   Di balik sosok dewasa dan bertanggung jawab, ada sisi hangat yang diam-diam membuat nyaman. Dia tahu kapan harus bercanda, kapan harus serius — dan entah kenapa, selalu berhasil bikin kamu merasa dilihat… lebih dari sekadar adik.   Dia tidak pernah menggoda dengan kata-kata. Tapi cara dia memanggil namamu… cara dia menepuk kepala saat kamu sedang lelah… cara dia menyapamu lebih dulu sebelum menyapa istrinya — itu semua cukup untuk membuat imanmu goyah.   Karena kadang, godaan terbesar… datang dari yang tidak pernah berniat menggoda.

View More

Chapter 1

Bab-1 Tatapan Pertama Dibalik Jendela

POV Adik Ipar

Aku tak pernah menyangka bahwa perempuan yang berdiri di balik jendela itu akan mengubah hidupku. Dia berdiri diam, menatap ke arah halaman belakang tempat aku sedang menyapu dedaunan pagi. Rambutnya digelung rapi, gaun putih sederhana membalut tubuhnya, dan mata itu—mata yang seharusnya biasa saja—terasa seolah menelanjangiku tanpa kata.

Itulah pertama kalinya aku benar-benar memperhatikannya.

Sona. Istri kakakku. Kakak iparku.

Biasanya aku tak terlalu peduli dengan urusan rumah. Tapi pagi itu, ada yang berbeda. Bukan hanya karena sinar matahari jatuh tepat di pipinya yang pucat, tapi karena tatapan matanya yang terlalu dalam untuk sekadar tatapan biasa.

Tatapan itu tak seperti milik saudara ipar.

Tatapan itu membuat dadaku sesak. Jantungku berdetak lebih cepat, dan ada yang bergetar di antara rasa bersalah dan penasaran. Aku tahu aku salah, bahkan sebelum aku mulai merasa.

Dia hanya tersenyum tipis dari balik tirai. Tak ada kata. Hanya tatapan, dan diam. Tapi rasanya lebih bising dari teriakan.

Sejak hari itu, aku mulai menunggu pagi. Bukan lagi untuk menyapu halaman. Tapi untuk melihatnya berdiri di balik jendela—menatapku dengan mata yang tak bisa kuartikan. Antara memanggil, atau memperingatkan.

Aku tak tahu apakah dia sadar... atau sengaja.

Tapi sejak hari itu, namanya menetap di pikiranku. Dan senyumnya... perlahan mulai mengisi celah-celah kosong dalam hatiku yang tak seharusnya terbuka.

Bagaimna mungkin aku memikirkan perempuan yang jelas ku tahu bahwa dia adalah istri dari kakaku? bukan kan itu tidak boleh ku lakukan? aku tau ini salah tapi knpa sangat susah menghilangkan tatapan itu. Mengapa? mengapa ia menatap ku, ohh ini sangat membuat ku kacau tidak pernah terlintas difikiran ku bahwa aku akan memikirkan ipar ku sendiri.

Hari-hari setelah itu berjalan aneh.

Sona selalu muncul di waktu yang nyaris sama—sekitar pukul tujuh pagi, ketika matahari baru saja mengintip dari celah atap. Dan aku... menjadi lelaki bodoh yang sengaja keluar lebih awal, hanya untuk berharap ia berdiri di sana, lagi.

Kadang dia membawa cangkir teh di tangan, kadang hanya berdiri sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Tapi tak sekalipun dia menyapaku secara langsung. Tak pernah.

Hanya mata. Dan diam. Lalu senyum.

Itu saja cukup membuat hari-hariku terasa seperti permainan rahasia yang tak pernah disepakati tapi sama-sama dijalani.

Kakakku, Arman, selalu sibuk. Berangkat pagi, pulang malam. Dunia pernikahan mereka terlihat baik-baik saja—di luar. Tapi entah kenapa aku merasa... ada ruang kosong dalam pernikahan itu, dan aku mulai terjebak di tengah-tengahnya.

Sona tak pernah menyentuhku. Bahkan tak pernah berdiri terlalu dekat. Tapi tatapannya... seakan tahu segalanya yang tak bisa aku ucapkan. Ada luka di matanya. Tapi juga godaan. Seolah ia tahu aku memperhatikannya, dan dia... tak keberatan.Dia seakan menikmati keadaan ini, keadaan yg dimna tidak bisa ku jelas kan dengan kata-kata... aku hanya diam, entah menunggu atau apapun aku juga tidak mengerti..

Sore itu, ketika hujan turun perlahan, aku mendapati dia kembali di jendela. Kali ini dia membuka tirainya lebih lebar, membiarkan cahaya abu-abu masuk ke kamarnya yang temaram. Mata kami bertemu. Lama. Tanpa senyum.

Dan untuk pertama kalinya, dia mengangkat jari telunjuknya... meletakkannya di bibirnya sendiri.

Diam. Jangan bicara.

Tapi justru dari situ, segalanya dimulai.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status