Share

Bab 7

Author: Melika Sun
last update Last Updated: 2023-03-07 11:54:49

Begitu tiba di apartemen, Peter langsung membukakan pintu untuk tuannya. Bergegas kemudian membuka pintu kamar Marcel, tidak ingin sang tuan berlama-lama menunggu.

Dengan gerakan lembut Marcel membaringkan tubuh Raya ke atas tempat tidur besar miliknya. Ia pun lalu ikut membaringkan diri di samping wanita itu.

Sungguh melelahkan. Tidak hanya menguras tenaga dan pikiran, bahkan seharian ini waktu Marcel habis terkuras untuk mengurus Raya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Marcel.

Wajah kuyu itu terlihat pucat, selain karena darah yang terus merembes keluar dari lukanya, sejak pagi Marcel bahkan belum menelan sebutir makanan pun, kecuali beberapa suap makanan di rumah Celina saat acara pertunangannya sore tadi.

Merasa ada pergerakan di sampingnya, Marcel langsung memutar lehernya. Pandangan mata mereka bertemu, sesaat. Tidak ingin membuat wanita itu ketakutan dengan kehadirannya, Marcel segera bangkit, lalu berdiri di sisi tempat tidur.

"Maaf, aku harus membawamu pulang ke apartemenku." Berkata dengan pelan, tanpa berani menatap wajah wanita di depannya.

Raya menghela nafas, mengalihkan tatapannya ke sudut ruangan. "Aku tau," ucapnya.

Bahkan sebelum Marcel membawanya berlari di lorong klinik, Raya sudah terbangun lebih dulu. Namun wanita itu memilih diam, tidak sampai hati membuat Marcel semakin panik karena dirinya mengamuk. Ia tau, jika pria itu sedang berusaha menghindari sesuatu.

Marcel mengangkat wajahnya, menatap Raya dengan pikiran yang berkecamuk. Lagi-lagi rasa bersalah itu menghantui perasaanya. Teringat dengan nasehat Helena, Marcel mencoba untuk tetap tenang. "Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Marcel.

"Aku ingin pulang." Menjawab dengan cepat, tanpa mengalihkan pandangannya. Raya tidak ingin air matanya keluar lagi, begitu melihat wajah Marcel.

"Pulang?" beo Marcel.

Raya mengangguk lemah.

"Iya, kau akan pulang. Aku akan mengantarmu besok." Berkata dengan ragu, tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Marcel begitu takut akan terjadi apa-apa dengan wanita itu. "Tapi kau harus sembuh terlebih dulu," imbuhnya.

"Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu cemas memikirkan keadaanku."

Meremas kedua tangannya, meluapkan rasa sakit yang tidak terobati. Memejamkan kedua mata, Raya berusaha mengiklaskan apa yang sudah menimpanya. Melupakannya.

"Maaf," lirih Marcel.

Maaf? Andai satu kata itu bisa mengembalikan segalanya, mungkin tidak akan pernah ada luka sedalam ini di hati Raya.

"Kau sungguh tidak membutuhkan sesuatu?" tanya Marcel.

Menatap Raya yang masih setia memalingkan wajahnya, Marcel berharap jika wanita itu akan membutuhkan sesuatu. Setidaknya, dia punya kesempatan untuk terus berkomunikasi.

"Tidak."

Nyatanya, hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Raya.

"Baiklah. Jika kau membutuhkan sesuatu aku ada di luar."

Tidak ada jawaban, anggukan pun tidak. Hanya tatapan sekilas dari Raya, sebelum wanita itu kembali memalingkan wajahnya. Marcel akhirnya keluar dari kamar dengan langkah gontai.

Di meja makan, tertata berbagai jenis makanan. Sebelum pulang ke mansion, Peter terlebih dulu menyiapkan makanan untuk sang tuan dan tamunya, barang kali mereka masih bisa menelan makanan.

Marcel hanya melihat sekilas. Pria itu tidak bernafsu sama sekali. Lalu, ia kembali ke ruang depan untuk berbaring di sofa dengan mata menerawang. Puluhan, mungkin ratusan panggilan di ponselnya ia abaikan.

'Celina?'

Masalah ini begitu menyiksa batinnya.

Suara pintu kamar tiba-tiba dibuka perlahan dari dalam.

Marcel sontak menegakkan tubuhnya dan melihat Raya yang berjalan ke arahnya dengan kotak P3K di tangannya.

Wanita itu duduk di sampingnya. Dengan pandangan datar. Tanpa ekspresi.

"Buka bajumu." Suara yang begitu lirih, namun mampu menggetarkan tubuh Marcel.

Tanpa berkata, bahkan tanpa mengedipkan kedua matanya, Marcel melepas kemeja putih dari tubuhnya.

Raya mengulurkan tangannya, mulai melepas balutan perban di bahu Marcel yang sudah berubah warna semerah darah.

"Aku sudah memaafkanmu. Aku sudah mengikhlaskan semuanya." Berkata dengan lirih, tanpa menghentikan gerakan tangannya melepas perban.

Tubuh Marcel menegang. Hatinya begitu terenyuh mendengar perkataan Raya. Semudah itukah wanita itu memaafkannya?

"Aku tidak tau tanggung jawab seperti apa yang bisa aku berikan kepadamu," kata Marcel dengan bersusah payah. Lidah yang terasa begitu kelu, akhirnya mampu mengeluarkan kalimat itu.

"Aku tidak membutuhkan tanggung jawabmu atau penjelasan darimu. Aku hanya ingin pulang dan melupakan semuanya."

Marcel memutar lehernya menghadapkan wajah ke arah wanita di sampingnya. Dingin. Tanpa ekspresi. Bahkan tatapan matanya terlihat kosong. Wanita itu menyembunyikan luka di hatinya.

"Maafkan aku. Aku sudah merenggutnya secara paksa darimu." Suara Marcel terdengar parau.

Hati Raya kembali terluka mendengar perkataan Marcel. Sekuat tenaga, dia menahan air matanya agar tidak terjatuh, tapi sia-sia.

"Aku tidak menginginkan tanggung jawab apa-apa darimu. Jadi, kau tidak perlu bersusah payah memikirkannya." Dengan susah payah, Raya mengucapkan kalimat itu.

"Katakan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"tanya Marcel menuntut Raya untuk meminta sesuatu.

Namun, perempuan itu justru menggeleng. "Cukup antarkan aku pulang. Aku hanya ingin pulang."

Kalimat yang terdengar begitu menyayat hati, membuat tangan Marcel mengepal. Perlahan, Marcel menarik tubuh Raya kedalam pelukannya, mengusap punggungnya dengan lembut, berharap agar perasaan wanita itu bisa sedikit lebih baik.

Tetapi, justru Raya semakin terisak pilu. Tangis yang tidak terbendung, walaupun dengan sejuta cara, membuat rasa bersalah di hati Marcel semakin bertambah dalam.

Marcel lantas mendekap erat tubuh Raya dalam pelukannya.

Memejamkan kedua mata, sebelum mengucapkan sebuah kalimat yang sudah tertahan di kerongkongannya. "Aku akan menikahimu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 43

    Raya tidak berminat menjawab pertanyaan Celina, wanita itu hanya menghela nafas panjang, lalu tersenyum samar.Dan sejak pembicaraan hari itu bersama Raya, Celina memilih berdamai dengan takdir yang kini di jalanninya. Wanita itu memutuskan untuk berteman dengan Raya, ketimbang mengibarkan bendera permusuhan dengan wanita muda itu, yang tentu saja itu akan sangat merugikan dirinya sendiri.Namun tidak bagi kedua orang tuanya, terutama nyonya Rosalina, sang ibu, yang memang haus akan harta dan kedudukan.Plak!Wanita paruh baya itu mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi Celina dengan wajah murka.Mantan istri Marcel itu hanya bisa diam, sambil mengusap-ngusap pipinya yang terasa sakit dan panas. Celina sudah tidak heran lagi, dirinya sudah sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya, jika ia dianggap melakukan kesalahan."Dasar bodoh! Seharusnya kau lebih memilih Marcel ketimbang karirmu itu, Celina!" teriak nyonya Rosalina penuh amarah."Karirmu itu ada masanya! Sama haln

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 42

    Raya sedang asyik menonton film animasi lucu dan menggemaskan, antara anak perempuan kecil dan teman beruangnya di ponsel Marcel. Sampai ia tidak menyadari kehadiran Celina di belakangnya."Sepertinya gadis muda ini memang memiliki hubungan spesial dengan Marcel, sampai ia bisa dengan bebas memakai barang pribadi milik Marcel," batin Celina dalam hati.'Ehem!'Celina sengaja berdehem, yang lantas membuat Raya langsung menolek ke belakang.Wanita muda itu mengangkat kedua alisnya dengan wajah heran, begitu melihat sosok Celina yang sudah berdiri di belakangnya."Sepertinya kau memiliki hubungan spesial dengan Marcel, sampai kau bisa memakai ponsel miliknya," ujar Celina, serayak mengambil tempat duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Raya."Kau benar sekali, Bu Celina. Aku juga sering memakai kemeja Mas Marcel saat tidur," sahut Raya, sembari menyimpan benda pipih itu ke dalam saku bajunya.Ekspresi wajah wanita muda itu begitu tenang, bahkan Raya lalu menatap Celina sambil ter

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 41

    "Apa karna gadis muda itu?" tebak Celina."Ini tidak ada hubungannya dengan Raya, dia datang dalam hidupku bahkan sebelum kita bertunangan," sahut Marcel.Pria itu menurunkan kakinya, merubah posisi duduknya sambil bersedekap."Aku begitu sangat mencintai dan menyayangimu selama ini, Celina. Bahkan aku begitu setia meski berada jauh darimu. Tapi ternyata kau tidak sepenuh hati mencintaiku," tutur Marcel dengan wajah datar.Celina menunduk. Ada rasa penyesalan di hatinya begitu mendengar penuturan Marcel. Tapi ambisinya untuk menjadi model terkenal, membuatnya tidak ingin menyesali apa yang sudah terjadi."Maafkan aku, Marcel. Kau tau sendiri bukan, ambisiku untuk menjadi seorang model terkenal begitu besar. Aku bahkan rela mengorbankan segalanya agar mimpiku dapat terwujud," ujar Celina."Satu hal yang perlu kau tau, aku tulus mencintaimu, meskipun aku juga tidak bisa menampik jika aku memanafaatkan dirimu selama ini demi menunjang gaya hidupku," aku Celina.Marcel tersenyum samar men

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 40

    Celina hanya bisa diam melihat Marcel menyuapi makan Raya dengan begitu sabar dan telaten tanpa bisa berbuat apa-apa.Bahkan Raya terlihat begitu lahap, makan dengan disuapi oleh Marcel layaknya seorang anak kecil yang makan disuapi oleh ibunya."Sayang ... apa kau tidak berlebihan?" Celina yang mulai gerah akhirnya membuka suara."Biarkan putriku makan dulu, Celina. Dia tidak bisa makan jika tidak di suapi oleh Marcel," ujar Tuan Adam yang langsung membuat Celina terdiam. Sedangkan Malik hanya melihat sekilas ke arahnya, lalu kembali fokus menyuapi istri kecilnya itu."Mau tambah lagi?" tanya Marcel dengan lembut.Raya menggeleng. "Sudah kenyang," jawabnya."Oke. Mau ke kamar lagi?"Raya kembali mengangguk.Marcel memundurkan kursinya, pria itu lalu bangkit dan meraih tangan Raya."Ayo, aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Marcel.Raya lalu bangkit, Marcel dengan sigap memundurkan kursi istrinya. Sambil bergandengan tangan mereka menaiki tangga menuju ke kamar mereka di lantai atas.

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 39

    Raya langsung terdiam begitu Marcel membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman lembut. Hingga beberapa saat lamanya Raya terhanyut dengan permainan bibir dan lidah Marcel di dalam mulutnya.Tanpa sadar, Raya justru mengalungkan tangannya ke leher Marcel dan membalas setiap permainan Marcel di bibirnya."Mau lanjut di ranjang, sayang?" goda Marcel serayak mengusap bibir Raya yang basah karena bertukar saliva."Lapar," cicit Raya dengan wajah nelangsa."Baiklah baiklah. Ayo kita turun sekarang, sayang" ujar Marcel. Pria itu lalu menggenggam tangan Raya, bermaksud mengajaknya keluar dari kamar."Mas Marcel duluan, aku nggak mau ada keributan di meja makan nantinya," ujar Raya sambil melepaskan genggaman tangan Marcel di tangannya. Wanita itu lalu melingkarkan jilbab pashmina-nya ke leher Marcel layaknya sebuah syal."Terus kamu maunya bagaimana, sayang?" tanya Marcel dengan lembut."Aku tidak mau sikap kita menyakiti hati bu Celina. Aku ingin dia tau tentang hubungan kita dulu. Mas Marcel

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 38

    Tubuh Marcel ambruk di atas tubuh Raya, setelah mendapatkan pelepasan yang begitu dahsyat di sesi terakhir mereka melakukan penyatuan.Berbagai gaya dan pose mereka lakukan selama penyatuan, hingga berulang kali mereka mendapatkan pelepasan."Terima kasih, sayang. Kau benar-benar membuat diriku candu dengan tubuhmu. Kau istri kecil-ku yang begitu luar biasa." Puji Marcel sembari mendaratkan ciuman lembut di kening, kedua mata dan pipi Raya.Raya tersenyum, perasaannya begitu bahagia karena berhasil membuat Marcel berulang kali mengerang nikmat di atas tubuhnya, dengan meneriakkan namanya.Tangannya kemudian terulur membelai punggung Marcel yang basah dan licin oleh keringat."Apa pria tua ini akan terus berada di atas perutku? Bagaimana kalau nanti anak kita susah bernafas di dalam sana?" Mendengar ucapan istrinya, Marcel langsung tersadar lalu berguling ke samping. Dengan tinggi badan 185 centi dan berat 80 kilo gram, bukan tidak mungkin Raya akan sesak nafas di timpa olehnya.Begit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status