"Jangan di sini kamu bertanya Mark. Kalian cepat bawa mayat ini. Aku tidak suka mayat ini di sini." perintah Leo ke anak buahnya untuk membawa semua mayat yang dikirim oleh Brian pergi dari vilanya. Leo segera meninggalkan anak buahnya yang sudah dia berikan intruksi untuk membawa semua mayat tersebut. Leo benar-benar tidak menyangka kalau Brian berani melakukan ini. Mark mengikuti Leo dari belakang dan saat di rumah kedua wanita yang tadi dihubungi oleh Leo dan Mark menghampiri mereka. Keduanya memeluk kedua pria tersebut. "Kenapa tidak menjawab panggilanku?" tanya Mark ke Sherin. "Ponselku hilang dan aku tidak tahu kemana. Aku benar-benar kesal di sana banyak fotoku. Tapi, anak buah Leo sudah mencarinya. Kenapa lama sekali pulang?" tanya Sherin menceritakan kenapa dia tidak menjawab panggilan masuk dari Mark. Mark mendengar apa yang Sherin katakan kalau ponselnya hilang menghela napas. Pantas saja di hubungi tidak ada yang menjawabnya. "Ya sudah kalau begitu. Yang penting kamu
"Baik Tuan," sahut anak buah Brian yang diberikan perintah oleh Brian untuk mengirimkan mayat yang tadi menyerang dia dan keluarganya ke asalnya. Brian membawa Bella ke tempat aman. Polisi terlihat berdatangan ke pusat perbelanjaan mereka ingin mencari tahu kenapa terjadi ledakan dan mengevakuasi korban. Anak buah Brian berpura-pura menjadi polisi agar tidak ketahuan jika mereka membawa mayat. Walaupun tidak banyak tapi tetap saja mereka harus membawa mayat tersebut ke pemiliknya siapa lagi kalau bukan Leo. Leo yang tiba di pusat perbelanjaan tidak diizinkan masuk dan dia bersama Mark menghubungi Elly dan Sherin tapi tetap saja tidak dijawab oleh keduanya. "Apakah kamu bisa menghubungi kekasihmu itu?" tanya Leo ke Mark. Mark menghubungi Sherin tapi tidak dijawab oleh Sherin. Mark menggelengkan kepala dan dia tidak tahu kenapa Sherin tidak menjawab panggilan darinya. "Aku juga tidak tahu kenapa dia tidak menjawab panggilan dariku. Kita cari jalan lain untuk masuk. Kalau kita di s
"Kasih aku lewat, please!" Brian berseru meminta kepada orang yang panik karena ledakan yang cukup dahsyat terjadi di pusat perbelanjaan. Anak buah Brian yang menjaga Bella dan Nyonya Sherly juga panik. Mereka berlari ke arah keduanya dan sahabat Bella yang ikut bersama Bella. "Apa yang terjadi, Mami? Kenapa tempat ini meledak?" tanya Bella. "Mami tidak tahu, Nak. Kamu tenang saja. Jangan panik. Ada Mami di sini, kamu jangan jauh-jauh dari Mami, ya," jawab Nyonya Sherly kepada menantunya. Bella menganggukkan kepala dan memegang tangan Nyonya Sherly dengan erat dan tidak sedikitpun dia lepaskan.Begitu juga dengan Lulu dan Merlin. Keduanya ikut memegang Nyonya Sherly. Mereka bersama anak buah Brian keluar dari kerumunan dimana terjadi ledakan. "Cepat cari pelakunya, aku yakin sekali kalau semua ini dia pelakunya. Awas kamu jika menyentuh istriku, aku yang akan menghajarmu sampai ke liang cacing sekalipun," ucap Brian. Brian masih saja bergerak ke arah dimana banyaknya pengunjung
Elly segera meninggalkan keduanya dengan hati yang hancur. Dia tidak mengerti kenapa hidupnya seperti ini dan sekarang dia mendapatkan kenyataan yang pahit. "Elly, kenapa denganmu? Kamu kenapa menangis?" tanya Sherin yang terkejut melihat Elly dari kejauhan menangis. "Ayo kita pergi. Urusan kita sudah selesai. Ayo pergi," ajak Elly kepada Sherin. Sherin pun menganggukkan kepala dan pergi meninggalkan hotel. Mereka berdua tidak jadi bertanya keberadaan dari Nyonya Sherly. Elly pergu ke pusat perbelanjaan dia ingin menenangkan diri di sana. "Aneh sekali, kenapa dia pergi ke sini? Dia sedih tapi masih sempat belanja," gumam Sherin dalam hati. Elly terus berbelanja dan menghabiskan uang yang diberikan Leo. Leo memberikan kartu black card padanya dan Elly pun senang. Walaupun begitu dia sangat menginginkan Brian. Di tempat yang sama, Bella dan Nyonya Sherly juga ada di sana. Nyonya Sherly sudah diperkenankan untuk pulang dan dia mengajak Bella pergi berbelanja. Brian pun menyetujui.
"Elly, kenapa kamu di sini? Dan ... Ayo ikut mama. Mama mau jelaskan semuanya," ujar Nyonya Melisa kepada anaknya. Tuan Karl hanya menatap Sherin dari atas sampai bawah. Dia tergoda dengan kecantikan Sherin. Dan terpikir olehnya ingin tidur juga dengan Sherin. Sherin yang melihat tatapan dari pria tua yang tidak lain ayah dari Brian mulai ketakutan. Dia tidak menyangka kalau ayah Brian menakutkan. "Kamu Sherin ya?" tanya Tuan Karl kepada Sherin. "Maaf, saya sudah punya suami. Saya setia. Jangan mencoba untuk merayu saya. Dasar pria tidak tahu diri," jawab Sherin yang segera meninggalkan Tuan Karl yang wajahnya seketika berubah masam. Tuan Karl tidak menyangka kalau Sherin malah berkata seperti itu kepadanya. Dan akhirnya, Tuan Karl melihat kepergian Sherin. "Awas kamu. Aku akan buat perhitungan denganmu," jawab Tuan Karl. Tuan Karl menghubungi anak buahnya yang dia perintahkan untuk menghancurkan perusahaan Brian secara diam-diam. "Bagaimana? Apakah bisa kamu hancurkan sistem
"Brian tidak akan marah dan dia akan senang. Kalau diserang balik itu hal yang wajar. Sudah tenang saja, semuanya aman. Ayo kita pulang," ajak Miko kepada anak buahnya dan yang lainnya untuk pulang karena mereka sudah selesai dengan serangan atau lebih tepatnya ledakan yang membuat markas penyimpanan barang milik Leo hancur tak bersisa. Miko bisa membalaskan dendamnya kepada Leo. Vila diserang maka markas Leo juga mereka serang jadi tidak salah jika mereka melakukan itu. Miko pulang dengan rasa bahagia. Berbeda dengan Leo yang murka dan marah. Namun, Leo bisa apa? Dia tidak bisa membalas serangan itu. Hanya menduga saja tapi dugaannya benar. "Besok kita cari Brian dan Bella. Aku tadi melihat dia. Kita lakukan penculikan saja. Aku yakin kalau mereka akan ke kota lagi. Aku akan menunjukkan wanita Brian. Apa kamu mau menculiknya?" tanya Mark ke Leo. Leo menatap Mark dia tidak menyangka kalau Mark mengetahui kalau Brian dan Bella ada di kota. "Kenapa tidak memberitahukan padaku kalau