Bella dikhianati oleh sang tunangan yang selingkuh dengan sahabatnya dan Bella yang kecewa menghibur dirinya ke club malam akan tetapi dirinya bertemu pria tampan dan melakukan cinta satu malam. Brian Murdock, seorang pengusaha dan mafia yang alergi akan wanita. Tapi, saat bertemu Bella dia alerginya hilang. Dan Brian langsung jatuh cinta dengan Bella. Bagaimana kisah Bella dan Brian selanjutnya dan mampukah Bella membalaskan sakit hatinya dengan sang mantan. Pembalasan seperti apa yang akan dia lakukan ke sang mantan.
View MoreLangkah kaki yang tenang, wajah yang ceria dan senyum mengembang terukir jelas di wajah seorang gadis belia yang menggenakan gaun putih berjalan lurus menuju salah satu unit apartemen milik sang kekasih.
"Aku harap dia suka," ucapnya dengan antusias. Saat sampai di depan pintu, perasaan bahagia hilang berganti dengan degub jantung yang begitu kencang. Bella Quinn, gadis cantik tersebut langsung membuka pintu apartemen dan saat pintu dibuka Bella terkejut melihat sepatu wanita berserakan. "Se-sepatu siapa ini?" tanya Bella dengan suara gemetar. Bella melangkahkan kaki masuk kedalaman dan mencari tahu siapa pemilik sepatu tersebut. Suara erangan terdengar jelas di telinga Bella. Dan Bella terpaku melihat dua orang yang dia kenal berbagi keringat. Mereka adalah Sherin dan Mark. "Sherin/Mark." Akhirnya, suara Bella keluar dan saat bersamaan, keduanya berhasil meraih kemenangan dan menuju puncak kenikmatan. Mark mendengar namanya dipanggil terdiam. Sedangkan, si Sherin tersebut mengejek dan dia gerakkan bibirnya mengatakan sesuatu ke Bella. "Aku menang, kamu kalah, Bella," katanya. Hancur sudah kebahagiaan dia selama 8 tahun menjalan hubungan dengan Mark. Dirinya harus melihat sang tunangan bersama sahabat baiknya. Mark melihat mata Sherin yang terus menatap ke belakang menjadi penasaran, dia pun ikut melihat dan dia terkejut ada Bella di apartemennya. "Bella, kenapa kamu ke sini?" tanya Mark tanpa dosa. Tanpa rasa malu sedikitpun, Mark memeluk dan mengecup Sherin. Bella masih terpaku, tidak bisakah mereka menghargai dirinya? Apakah sulit, melakukan itu? Air mata yang berada dipelupuk mata tertahan dikarenakan Bella berusaha untuk tidak kuat dan tidak menangis. "Pergilah, kenapa masih di sini. Mau melihat kami bercinta lagi, Bella?" tanya Mark dengan suara dingin. "Kenapa kamu lakukan ini? Kenapa?" tanya Bella dengan suara bergetar dan pada akhirnya air mata yang sudah dia tahan jatuh juga. Mark mengambil boxer dan memakainya. Mark berjalan mendekati Bella. Gadis mungil yang mengisi hari-harinya menangis di depannya. Dan dia tidak peduli sama sekali. "Kenapa? Kamu tahu jawabannya. Jadi, aku tidak perlu menjelaskan. Jadi, pulang sana," usir Mark lagi. "Tega kamu, hanya karena aku tidak mau tidur denganmu, jadi kamu melakukan ini kepada sahabat aku, begitu?" tanya Bella. Mark hanya tersenyum dan mengusap kepala Bella. Bella menepis tangan Mark, dia jijik untuk disentuh oleh pria yang di depannya. "Ada lagi, bukan hanya itu saja, aku tidak suka wanita miskin, sepertimu. Lihat penampilan kamu, bisa jatuh harga diriku. Jadi, pergi dari hadapanku jangan pernah muncul, pergi!" teriak Mark membuat Bella terjekit. Bella menggelengkan kepala, penghinaan dari Mark benar-benar sudah membuatnya sakit hati. Tanpa menunggu lama, Bella pergi dari hadapan keduanya. Dia bersumpah akan membalas sakit hatinya kepada keduanya. Gelak tawa keduanya terdengar di telinga Bella. Dan itu sangat menyakitkan untuknya Bella terus berlari dan dia menuruni tangga darurat dan saat di lantai paling bawah. Bella menoleh ke sisi kanan dan ada club malam. Tanpa menunggu lama, Bella pun pergi ke club malam untuk menghibur dirinya. Dan ini pertama kali dia lakukan itu. "Masa bodoh dengan mereka. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku akan membuat hidupku lebih berguna. Aku bekerja di perusahaan besar dan aku tidak jelek, aku juga punya uang aku bisa lakukan semuanya. Tunggu saja, kalian berdua," ucap Bella yang duduk tepat di depan bartender. "Kasih aku minuman yang bisa membuat aku melupakan sakit hatiku, sekarang dan jangan protes," ucap Bella. Bartender mendengar perkataan Bella hanya geleng kepala. Dia memberikan minuman yang Bella pesan. Bella terus meminum minumannya sampai dia mabuk. Setelah mabuk, Bella membayar minumannya dan pulang. Bella berjalan sempoyongan sambil mengumpat. "Terkutuk kalian berdua. Aku akan buat kalian menyesal. Aku tidak akan melepaskan kalian," ucap Bella yang terus meracau. Sedangkan di tempat yang sama, seorang pria yang usianya sekitar 35 tahun, merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. "Mereka pasti memasukkan sesuatu di minumanku. Ah, sial, mana asistenku tidak ada. Aku harus segera kembali ke apartemen. Aku harus berendam, jika tidak aku akan mendapatkan masalah," kata pria itu yang setengah berlari keluar dari club. Bella dan pria itu bertabrakan, keduanya saling memandangi satu sama lain. Pria yang menatap Bella sudah tidak tahan lagi menahan gairahnya, tanpa menunggu lama dia menarik Bella untuk ikut dengannya ke apartemen. Gejolak hasrat prianya yang ada di dalam dirinya sudah tidak bisa dia tahan lagi ingin segera dia keluarkan hari ini juga. Bella yang ditarik oleh pria itu mengikuti tanpa protes. Sekali-kali, dia marah dan menangis. Sesampainya, di apartemen, pria tersebut melemparkan Bella ke sofa hingga Bella terjatuh ke ranjanh empuk tanpa menunggu lama, pria yang sudah merasakan tubuhnya tidak bisa dia kontrol melakukan serangan ke Bella. Pria itu bernama, Brian Murdock, pengusaha terkenal pemilik perusahaan Diamond Corp dan juga tambang minyak dan dia juga seorang mafia kejam. Brian merobek pakaian Bella dengan kasar. Bella yang kesadarannya habis hanya mengikuti permainan Brian. Keduanya benar-benar larut dalam permainan panas. Tanda cinta memenuhi tubuh Bella dan pada akhirnya. Bella menyerahkan kesuciannya yang dia jaga selama usia 24 tahun ke Brian. Hanya air mata yang keluar dari sudut mata Bella. Brian merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan. Brian tidak peduli siapa wanita yang ada di bawah kungkungannya yang terpenting dia puas dan gairahnya tersalurkan. "Panggil namaku, baby," pinta Brian ke Bella. Bella yang sudah tidak lagi sadar hanya mengeluarkan suara erangan. Saat milik Brian masuk ke surga milik Bella, jeritan kesakitan Bella membuat Brian yang masih setengah sadar seketika kewarasannya muncul. Brian berhenti sesaat dan memandang Bella, dia merasa heran di negara maju seperti ini masih ada yang perawan? Tapi, karena sudah terlanjur Brian terus melakukan penyatuan dengan Bella. Bella dan Brian melakukan cinta satu malam dan itu berlangsung terus sampai keduanya puas. Dari ruang tamu, sampai ke kamar tidur. Barulah, keduanya tertidur pulas. Keesokan harinya, Bella terbangun dan merasakan tubuhnya sakit terlebih bagian bawahnya. "Eugh, aduh sakit sekali kepalaku, kenapa bisa sakit dan auh, kenapa di sana sakit juga. Ada apa ini," gumam Bella kesulitan bergerak karena bagian intinya sakit. Bella tidak sengaja menyentuh Brian yang di sampingnya. Bella terkejut dan segera menoleh ke samping. Alangkah terkejutnya Bella melihat siapa yang ada di sampingnya. "Ba-bagaimana bisa aku tidur dengan pria? Dan siapa dia?" tanya Bella. Bella mulai ketakutan, dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah, ingatannya muncul, barulah dia menyadari, jika semalam dia datang ke bar karena sakit hati melihat sahabat dan kekasihnya berkhianat sekaligus menghinanya. "Aku harus pergi dari sini, aku tidak boleh diketahui oleh pria ini. Siapapun dia, aku tidak peduli dan aku harus menjauh dari dia dan kedua orang itu, tunggu pembalasanku," ucap Bella yang perlahan turun dari ranjang. Bella berjalan keluar akan tetapi dia menemukan bajunya sudah robek dan itu cukup parah. Bella hanya bisa mengumpat dan memaki pria yang sudah merobek pakaiannya. Bella mencari pakaian untuk dia pakai dan pada akhirnya, dia memakai pakaian milik Brian. Baju yang cukup bagus dan tertutup. Paling tidak dia tidak malu untuk keluar. Baju robeknya dan tas miliknya dia bawa. Bella kabur meninggalkan apartemen tersebut. Brian yang tersadar karena kakinya disentuh membuka matanya. Brian melihat asisten sekaligus sahabatnya sudah berdiri di depannya. "Bagus, sekali Brian. Bagaimana semalam? Kamu bermain berapa ronde? Dan, apakah kamu tidak alergi dengan wanita lagi? Atau malah kamu kecanduan dengan dia?" tanya Miko ke Brian yang bahagia karena bos sekalian sahabatnya ini tidak lagi alergi wanita. "Apa maksudmu?" tanya Brian. "Seorang mafia terkuat, alergi dengan wanita, apa kata dunia. Tapi, kini alerginya hilang. Siapa dia, Bri?" tanya Miko. Brian makin dibuat heran, siapa yang dimaksud oleh Miko. Dia memang alergi dengan wanita manapun, tapi kenapa bisa Miko katakan seperti itu. Brian membuka selimut dan dia terdiam sejenak, dia tidak memakai apapun dan Brian segera turun dari ranjang tanpa sehelai benang menuju ke ruang tamu. Otaknya, mulai bekerja. Dia mengingat bagaimana semalam dia bertemu wanita dan dia tidak merasakan alergi seperti biasanya dan malah dia melakukannya. Wanita yang hebat menurutnya dan akan jadi wanitanya untuk selamanya. "Apa yang kamu cari? Jejak kaki wanita itu?" tanya Miko yang mengikuti Brian. Saat tiba di sofa, Brian berhenti dan matanya tertuju ke satu sofa yang membuatnya terpaku. "Perawan? Miko, cari dia," pinta Brian. "Dia siapa?" tanya Miko balik."Jangan di sini kamu bertanya Mark. Kalian cepat bawa mayat ini. Aku tidak suka mayat ini di sini." perintah Leo ke anak buahnya untuk membawa semua mayat yang dikirim oleh Brian pergi dari vilanya. Leo segera meninggalkan anak buahnya yang sudah dia berikan intruksi untuk membawa semua mayat tersebut. Leo benar-benar tidak menyangka kalau Brian berani melakukan ini. Mark mengikuti Leo dari belakang dan saat di rumah kedua wanita yang tadi dihubungi oleh Leo dan Mark menghampiri mereka. Keduanya memeluk kedua pria tersebut. "Kenapa tidak menjawab panggilanku?" tanya Mark ke Sherin. "Ponselku hilang dan aku tidak tahu kemana. Aku benar-benar kesal di sana banyak fotoku. Tapi, anak buah Leo sudah mencarinya. Kenapa lama sekali pulang?" tanya Sherin menceritakan kenapa dia tidak menjawab panggilan masuk dari Mark. Mark mendengar apa yang Sherin katakan kalau ponselnya hilang menghela napas. Pantas saja di hubungi tidak ada yang menjawabnya. "Ya sudah kalau begitu. Yang penting kamu
"Baik Tuan," sahut anak buah Brian yang diberikan perintah oleh Brian untuk mengirimkan mayat yang tadi menyerang dia dan keluarganya ke asalnya. Brian membawa Bella ke tempat aman. Polisi terlihat berdatangan ke pusat perbelanjaan mereka ingin mencari tahu kenapa terjadi ledakan dan mengevakuasi korban. Anak buah Brian berpura-pura menjadi polisi agar tidak ketahuan jika mereka membawa mayat. Walaupun tidak banyak tapi tetap saja mereka harus membawa mayat tersebut ke pemiliknya siapa lagi kalau bukan Leo. Leo yang tiba di pusat perbelanjaan tidak diizinkan masuk dan dia bersama Mark menghubungi Elly dan Sherin tapi tetap saja tidak dijawab oleh keduanya. "Apakah kamu bisa menghubungi kekasihmu itu?" tanya Leo ke Mark. Mark menghubungi Sherin tapi tidak dijawab oleh Sherin. Mark menggelengkan kepala dan dia tidak tahu kenapa Sherin tidak menjawab panggilan darinya. "Aku juga tidak tahu kenapa dia tidak menjawab panggilan dariku. Kita cari jalan lain untuk masuk. Kalau kita di s
"Kasih aku lewat, please!" Brian berseru meminta kepada orang yang panik karena ledakan yang cukup dahsyat terjadi di pusat perbelanjaan. Anak buah Brian yang menjaga Bella dan Nyonya Sherly juga panik. Mereka berlari ke arah keduanya dan sahabat Bella yang ikut bersama Bella. "Apa yang terjadi, Mami? Kenapa tempat ini meledak?" tanya Bella. "Mami tidak tahu, Nak. Kamu tenang saja. Jangan panik. Ada Mami di sini, kamu jangan jauh-jauh dari Mami, ya," jawab Nyonya Sherly kepada menantunya. Bella menganggukkan kepala dan memegang tangan Nyonya Sherly dengan erat dan tidak sedikitpun dia lepaskan.Begitu juga dengan Lulu dan Merlin. Keduanya ikut memegang Nyonya Sherly. Mereka bersama anak buah Brian keluar dari kerumunan dimana terjadi ledakan. "Cepat cari pelakunya, aku yakin sekali kalau semua ini dia pelakunya. Awas kamu jika menyentuh istriku, aku yang akan menghajarmu sampai ke liang cacing sekalipun," ucap Brian. Brian masih saja bergerak ke arah dimana banyaknya pengunjung
Elly segera meninggalkan keduanya dengan hati yang hancur. Dia tidak mengerti kenapa hidupnya seperti ini dan sekarang dia mendapatkan kenyataan yang pahit. "Elly, kenapa denganmu? Kamu kenapa menangis?" tanya Sherin yang terkejut melihat Elly dari kejauhan menangis. "Ayo kita pergi. Urusan kita sudah selesai. Ayo pergi," ajak Elly kepada Sherin. Sherin pun menganggukkan kepala dan pergi meninggalkan hotel. Mereka berdua tidak jadi bertanya keberadaan dari Nyonya Sherly. Elly pergu ke pusat perbelanjaan dia ingin menenangkan diri di sana. "Aneh sekali, kenapa dia pergi ke sini? Dia sedih tapi masih sempat belanja," gumam Sherin dalam hati. Elly terus berbelanja dan menghabiskan uang yang diberikan Leo. Leo memberikan kartu black card padanya dan Elly pun senang. Walaupun begitu dia sangat menginginkan Brian. Di tempat yang sama, Bella dan Nyonya Sherly juga ada di sana. Nyonya Sherly sudah diperkenankan untuk pulang dan dia mengajak Bella pergi berbelanja. Brian pun menyetujui.
"Elly, kenapa kamu di sini? Dan ... Ayo ikut mama. Mama mau jelaskan semuanya," ujar Nyonya Melisa kepada anaknya. Tuan Karl hanya menatap Sherin dari atas sampai bawah. Dia tergoda dengan kecantikan Sherin. Dan terpikir olehnya ingin tidur juga dengan Sherin. Sherin yang melihat tatapan dari pria tua yang tidak lain ayah dari Brian mulai ketakutan. Dia tidak menyangka kalau ayah Brian menakutkan. "Kamu Sherin ya?" tanya Tuan Karl kepada Sherin. "Maaf, saya sudah punya suami. Saya setia. Jangan mencoba untuk merayu saya. Dasar pria tidak tahu diri," jawab Sherin yang segera meninggalkan Tuan Karl yang wajahnya seketika berubah masam. Tuan Karl tidak menyangka kalau Sherin malah berkata seperti itu kepadanya. Dan akhirnya, Tuan Karl melihat kepergian Sherin. "Awas kamu. Aku akan buat perhitungan denganmu," jawab Tuan Karl. Tuan Karl menghubungi anak buahnya yang dia perintahkan untuk menghancurkan perusahaan Brian secara diam-diam. "Bagaimana? Apakah bisa kamu hancurkan sistem
"Brian tidak akan marah dan dia akan senang. Kalau diserang balik itu hal yang wajar. Sudah tenang saja, semuanya aman. Ayo kita pulang," ajak Miko kepada anak buahnya dan yang lainnya untuk pulang karena mereka sudah selesai dengan serangan atau lebih tepatnya ledakan yang membuat markas penyimpanan barang milik Leo hancur tak bersisa. Miko bisa membalaskan dendamnya kepada Leo. Vila diserang maka markas Leo juga mereka serang jadi tidak salah jika mereka melakukan itu. Miko pulang dengan rasa bahagia. Berbeda dengan Leo yang murka dan marah. Namun, Leo bisa apa? Dia tidak bisa membalas serangan itu. Hanya menduga saja tapi dugaannya benar. "Besok kita cari Brian dan Bella. Aku tadi melihat dia. Kita lakukan penculikan saja. Aku yakin kalau mereka akan ke kota lagi. Aku akan menunjukkan wanita Brian. Apa kamu mau menculiknya?" tanya Mark ke Leo. Leo menatap Mark dia tidak menyangka kalau Mark mengetahui kalau Brian dan Bella ada di kota. "Kenapa tidak memberitahukan padaku kalau
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments