Share

Wanita yang Kembali ke Masa Lalu
Wanita yang Kembali ke Masa Lalu
Author: Rish Alra

01 | Terbangun di masa lalu

"Ha!"

Jovanka terbangun dari tidurnya. Dia terkejut melihat ruang yang ia tempati saat ini. Ini ... adalah kamar tidurnya di rumah orang tuanya. Kenapa dia berada di sini? Bukankah seharusnya ia berada di mansion? Tempat dia dan suaminya tinggal setelah lima tahun menikah?

Tapi ... perasaan Jovanka sedikit janggal saat melihat keadaan sekitarnya. Kenapa keadaan kamarnya tampak seperti saat ia masih berusia belasan tahun? Bukankah orang tuanya sudah mendesain ulang kamarnya menjadi lebih minimalis, supaya suaminya bisa menginap dengan tenang tiap kali mereka singgah ke rumah ini.

Apa yang terjadi?

Jovanka menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia berlari ke jendela untuk mengintip keadaan di luar. Kaki Jovanka melangkah mundur, dia shock melihat seorang pria paruh baya yang tengah menyiram tanaman di halaman.

Itu ... itu pak Malik. Bukankah dia sudah meninggal tiga tahun lalu? Tepat dua tahun setelah Jovanka tinggal bersama suaminya. Jovanka bahkan datang ke acara pemakamannya.

Lalu, kenapa pria itu bisa berada di sana?

Jovanka memegang pelipisnya yang pening. Dia jatuh terduduk. Jovanka tidak mengerti apa yang terjadi. Seharusnya dia terbangun di kamarnya yang dingin. Kembali menjalani rutinitas hariannya sebagai istri yang tidak pernah dianggap oleh suaminya sendiri.

Tapi, kenapa sekarang ia justru malah berada di rumah orang tuanya? Seolah waktu telah bergerak mundur ke beberapa tahun ke belakang.

Terhenyak, Jovanka berlari mencari handphone-nya. Seingatnya, dulu Jovanka sering menyimpan handphone-nya di balik bantal. Dia merogoh bawah bantal. Dan betapa senangnya dia menemukan benda itu di sana. Jovanka menyalakan handphone-nya. Matanya melebar saat melihat waktu yang tertera di sana.

Tidak mungkin.

Ini ... Mustahil.

"Aku kembali ke lima tahun lalu," gumam Jovanka tidak percaya. Dia nyaris menjatuhkan handphone-nya.

Jovanka jatuh terduduk di atas ranjang. Pupil matanya bergetar, dia masih shock. Dan tidak lama, bibirnya berkedut. Senyum yang perlahan terlukis, hingga berubah jadi tawa kecil. Jovanka menutup mulutnya dengan tangan.

"Berarti, aku punya kesempatan kedua." Jovanka menyeringai. Perlu diingatkan, menjalani pernikahan yang hanya memberinya tekanan batin, membuat Jovanka menanggung beban batin yang cukup berat. Hingga mentalnya nyaris terguncang. Untungnya dia kuat, meski beberapa kali dia berusaha membunuh dirinya sendiri. Tapi, Jovanka masih cukup waras. Paling-paling, dia hanya membunuh orang lain sebagai gantinya.

Tidak terhitung para pelayan yang hilang di mansion suaminya setelah Jovanka melenyapkan mereka hanya untuk mempertahankan kewarasannya.

Jovanka akan diam seolah tidak mengetahui apapun saat suaminya berusaha menyelidiki apa penyebab menghilangnya para pelayan di mansion miliknya.

"Kali ini aku tidak akan jadi perempuan bodoh lagi. Aku tidak akan termakan wajah busuk pria bajingan itu," ucap Jovanka penuh tekad.

****

Bagaimana Jovanka bisa lupa? Jika tepat di hari ini adalah hari di mana pria yang menjadi suaminya dulu, datang ke rumahnya untuk meminang.

Menjijikan!

Bahkan ketika Jovanka melihat wajah pria itu, rasanya Jovanka ingin mencakarnya hingga puas. Pria itu adalah alasan kehancuran mental Jovanka. Dia yang awalnya hidup dengan normal, harus mengalami banyak gangguan setelah menikah dengan pria itu.

Awalnya Jovanka merasa senang karena dia bisa menikah dengan pria yang ia cintai sejak dulu. Tapi, Jovanka akhirnya sadar jika pria itu tidak pernah sedikit pun menyukainya. Pria itu menikah dengannya karena terpaksa. Dia berkata jika ia memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai. Tapi, karena hubungan mereka tidak direstui, pria itu terpaksa menikahi Jovanka. Pria itu tetap menikahi kekasihnya, dan Jovanka hanya ada untuk menutupi pernikahan siri mereka.

Setiap hari, Jovanka harus kuat saat menyaksikan dua insan itu bermesraan di rumahnya. Bahkan tak jarang dia melihat mereka memadu kasih, tak tahu tempat. Tidak ada kata lain selain menjijikan untuk menggambarkan kedua orang itu.

Melihat wajah pria itu lagi, rasanya Jovanka ingin meludah ke arahnya.

"Kami ke sini datang dengan maksud yang baik," Ibu dari pria itu bicara. Dia adalah mommy Amanda. Dia wanita yang pernah menjadi mertua Jovanka. Dia sangat baik, dan juga menyayanginya. Tapi, sayangnya dia selalu lebih membela anaknya dari pada Jovanka. Bahkan ketika anaknya berbohong, dia akan lebih percaya pada anaknya dari pada menantunya.

Jovanka sedikit tidak menyukai wanita itu.

Apalagi, setelah wanita itu mengetahui keberadaan istri siri anaknya, dan menerimanya dengan tangan terbuka.

Jovanka tidak pernah lupa apa yang dikatakan mertuanya itu padanya.

'Kamu tidak boleh egois. Karena suamimu mencintai perempuan itu. Kamu seharusnya bisa berhubungan baik dengan istri keduanya. Kalian harus akur.'

Bahkan hingga akhir, Jovanka masih menaruh benci pada perempuan yang menjadi istri siri suaminya itu.

"Kami ingin melamar Jovanka untuk menjadi istri Revan."

Sudah ia duga. Jovanka menahan untuk tidak berdecih sinis. Apa mereka buta? Tidakkah mereka lihat seberapa tajam tatapan pria yang berusaha mereka nikahkan dengannya? Bahkan siapapun bisa melihat, betapa tidak sudinya pria itu datang ke sini.

Tatapannya tidak lepas dari Jovanka, menyiratkan rasa benci yang kental. Dan Jovanka mengabaikannya sejak tadi. Karena dia memang tidak peduli.

"Kami menghargai niat baik kalian. Tapi, keputusan tetap berada di tangan putri saya. Karena dia yang akan menjalani pernikahan ini." Ucapan ayah Jovanka, sama seperti dulu. Dia memasrahkan keputusan padanya.

Meski begitu, orang tuanya yakin jika Jovanka akan menerima. Karena mereka tahu betapa tergila-gilanya Jovanka pada Revan, dulu.

"Aku menolak."

Jawaban Jovanka mengejutkan mereka. Bahkan Revan pun memasang wajah kaget. Siapa yang menduga jawabannya tidak akan seperti apa yang mereka pikirkan?

Jovanka tidak ingin mengulang kebodohannya. Dia akan membuang Revan jauh-jauh dari kehidupannya. Bahkan jika bisa, dia ingin mencabik-cabik tubuh pria itu dan dijadikan makanan anjing.

"Kenapa, Nak? Bukankah kamu mencintai Revan?" tanya Mommy Amanda heran. Dia melirik Revan yang juga menunggu jawaban Jovanka.

"Apa tante tidak lihat? Tatapan Revan jelas-jelas menunjukkan kalo dia memang tidak menyukai Jo." Jovanka menunjuk ke arah Revan. 

Revan tersentak, karena sekarang tatapan semua orang tertuju padanya. 

"Dia bahkan terlihat sangat membenci Jo."

"Tidak, sayang. Kamu bicara apa?" Mommy Amanda terlihat panik. Dia tidak tahu jika Revan sejak tadi menunjukkan ekspresi seperti itu. Wanita itu melirik tajam pada Revan, memperingati putranya itu. Dan akan lebih baik jika Revan ikut bicara untuk meyakinkan Jovanka.

Revan berdehem. Dia sedikit takut saat melihat kemarahan mommy-nya. Ini semua karena perempuan itu. Bisa-bisanya dia mengadu jika Revan menatapnya tajam sejak tadi. Memang apa masalahnya? Dia memang membenci perempuan itu.

"Kamu salah. Aku ... Tidak membenci kamu. Karena aku ke sini untuk melamar kamu, berarti aku memang menyukaimu."

Jovanka menahan diri untuk tidak mendengus sinis saat mendengar bualan Revan. Dia tahu pria itu hanya berbohong. Kata-katanya omong kosong.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Serli Marlina
Cerita nya sangat menarik untuk dibaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status