Mengenai komentar Ivan yang menyebut Viano terlalu emosional dalam urusan Nesta, tampaknya itu benar. Tuduhan itu berdasar, karena Viano kini mengunjungi K-Mart sekitar pukul lima sore.Voila! Dia berani muncul di hadapan Nesta.Sementara Nesta yang biasanya disuruh untuk menjaga toko, hilang seketika saat mengetahui Viano ada di depan.Berdiri saling berhadapan, pertukaran tatapan tajam terjadi di toko tersebut, Nesta akhirnya menyerah."Bapak ingin berbelanja?" tanya Nesta."Hmm!" Jawaban Viano terdengar jelas.Andai saja Nesta bisa mengatakan itu langsung. Namun, yang terjadi dia malah mengatakan "Silakan Pak."Ketika Viano berkeliling toko memeriksa setiap rak display satu per satu, perasaan Nesta sedikit tidak nyaman. Matanya berhenti mengikuti kemana pun Viano pergi.Viano memeriksa setiap barang yang ada. Aneh, tidak ada satu pun yang bermerk, semuanya biasa saja. Rak yang dia periksa lagi-lagi hanya menemukan barang biasa. Pasti ada keunggulannya, bagaimana mungkin bisa menyai
Celaka, Kevin muncul. Dapat diduga, tentu ia mendengar segala yang Viano ucapkan. Sungguh menjengkelkan. Jika terus-menerus bersaing seperti ini, kapan bisnis di Indonesia akan maju? Usaha milik pribumi selalu kalah bersaing. Target memiliki 3% pengusaha di negeri ini, plus enam dua, entah kapan akan terwujud.Tiba-tiba, sikap berlebihan Viano muncul lagi. Kini, ia bahkan memegang kepalanya, seolah-olah dialah yang paling merasa pusing dalam kasus ini. Seharusnya, itu adalah peran Nesta."Manajemen toko ini sangat buruk!" Ia menegaskan lagi tentang keburukannya. "Tak heran jika sepi."Kevin meminta maaf. "Saya adalah pemilik toko ini.""Pemiliknya?" Viano terkejut. Nesta melihat ekspresinya, bersorak dalam hati, berterima kasih karena Viano tertangkap basah menggosip.Eh, ternyata..."Bagus jika kamu yang memiliki toko ini. Saya memiliki banyak keluhan."Kesombongan sejati! Nesta harus melakukan sesuatu agar Viano berhenti menghina Kevin."Dengar ya. Sebagai pelanggan, saya merasa dis
"Ayah, Raja ingin bertemu Kak Nesta."Wah, ini dia! Yang ditakutkan akhirnya terjadi. Raja bertanya tentang Nesta. Kira-kira jawaban apa ya yang cocok untuk anak sekecil dia?Lagi pula, apa sih kelebihannya berteman dengan Nesta? Heran Viano, Raja sejak pertama kali bertemu dengan gadis itu seperti tidak bisa melupakan dia. Hampir setiap hari Raja menanyakan kabar dan juga kapan mereka bisa bertemu lagi."Jangan terus-terusan bertanya tentang Kak Nesta. Raja itu masih kecil, seharusnya lebih fokus belajar atau lebih baik banyak berteman dengan anak-anak seumuran Raja.Seperti anak kecil yang sudah bisa berpikir, Raja tidak langsung menurut kata-kata Viano."Tapi, kan, setiap hari Raja juga belajar, Ayah. Terus kalau siang kadang-kadang main sama Davin. Kata Ayah kemarin karena Raja sering tanya soal mama, harus kurang-kurangi main sama Davin."Ah, iya juga. Memang benar sih, Viano sempat meminta Raja untuk tidak terlalu sering main sama Davin. Habisnya bagaimana, ya? Setiap hari anak
Lusi, sungguh tak masuk akal, bagaimana mungkin dia meminta Viano untuk menjemputnya pergi ke tempat pertemuan di hotel Vaganza?"Saya tidak bisa menjemputmu, pergilah sendiri!" ujar Viano dengan tegas.Lusi tampaknya merajuk di tempat. "Kenapa kita tidak pergi bersama saja, Vi? Kamu sendirian, masih banyak kursi kosong. Daripada kita menggunakan kendaraan masing-masing, lebih baik jika bersama saja."Setelah memakai dasi dan merapikan jasnya sedikit, Viano kembali menjawab Lusi. "Tidak ada alasan, yang jelas saya tidak mau pergi bersama siapa pun hari ini.""Jangan begitu, dong." Lusi masih berusaha membujuk. "Atau kalau memang kamu tidak bisa menjemput, biarkan aku naik taksi ke rumahmu. Berangkat bersama itu lebih menyenangkan, loh, Vi."Viano mengerutkan kening. Lusi sering mengabaikan soal status Viano siapa dia ini. Apakah pernah terjadi, dalam sejarah, sekretaris merajuk minta dijemput oleh bosnya? Bukankah itu tergolong tidak sopan?"Agar kita juga bisa lebih dekat di luar hub
Hidup itu sederhana, kalau kita tidak membuatnya menjadi rumit. Namun, hidup itu menjadi berbelit-belit ketika Viano masuk ke dalam cerita. Itulah prinsip yang dipegang Nesta.Mengenai urusan titipan Raja, Nesta sama sekali tidak memiliki keberatan. Yang membuatnya merasa terbebani adalah peraturan yang diberlakukan Viano. Sungguh, itu bisa membuat kepala berputar.Berapa kali pun, Viano mengirim pesan untuk mengingatkan Nesta agar tidak memberikan terlalu banyak makanan yang mengandung MSG. Sungguh, MSG itu menggoda sekali, Ayah. Cobalah sekali saja, Ayah pasti akan mencari lagi.Karena terlalu kesal, Nesta sampai menjawab demikian. Namun, dia menenangkan diri, tidak akan mengajarkan Raja untuk menyukai MSG, hanya ingin menggertak ayahnya saja.Viano membalas dengan emoticon marah diikuti stiker monyet yang sedang dipukul. Namun, anehnya, Nesta malah tersenyum geli. Ada rasa gemas yang muncul. Bagaimana bisa, Viano malah terlihat menggemaskan?Hanya bercanda, Ayah. Semua baik-baik sa
Setelah Viano pergi, apakah aku hanya akan berdiam diri? Tentu tidak! Lusi memiliki ribuan rencana untuk bertindak. Ia mulai berpura-pura sakit kepala, mual, dan lemas."Ayo berhenti berpura-pura, Lus!" Viano langsung menyadari bahwa Lusi hanya berakting.Sungguh, tidakkah dia malu diperhatikan oleh orang-orang? Mereka bisa mengira dia sedang mengidam. Dan jika terus begini, bukankah itu berbahaya? Viano bisa dituduh macam-macam."Sepertinya aku salah makan." Lusi mencari alasan. Yah, setidaknya, jika tidak diantar oleh Viano, dia bisa menunggu taksi yang dipesan tiba. Menyesal juga karena tidak membawa kendaraan sendiri. Berniat untuk bertingkah, malah berakhir sia-sia.Lusi mencoba mencari kesempatan dengan memegang tangan Viano. "Pegang aku," pintanya.Baiklah, demi kemanusiaan, Viano memegang tangan Lusi.Semakin lama, gadis itu semakin berani. Kini ia malah mengaitkan lengannya dengan lengan Viano. Orang-orang yang lewat memperhatikan mereka.Baru-baru ini, si Edo—staf dari perus
"Mari makan siang bersama!"Apa! Hanya berani berteriak dalam hati, karena kalau keras-keras takut akan disumpal dengan permen karet."Pergilah minta izin dari bosmu!" Viano mengarahkan dagunya ke K Mart milik Kevin.Si Bos yang terkadang bersikap semena-mena. Nesta tidak akan mengikuti ajakan Viano. Paling juga, hanya ingin menjahili. Nanti, kalau banyak bicara sedikit saja, langsung disumpal dengan permen karet.Satu kata dari Nesta, TIDAK!"Kamu kok berpikirnya lama sekali, ya!" Viano merasa kesal. Makin yakin, IQ Nesta di bawah 100.Nesta mendelik, mantan bos yang masih suka mengatur!"Eh, Bapak! Mau ngapain?" Nesta terkejut saat Viano langsung masuk ke dalam toko. "Wah, Bapak ini benar-benar berani sekali!" Mengomel sambil mengejar Viano.Viano sudah lebih dahulu berada di dalam toko. Di depan Kevin yang masih terbengong-bengong, dia antara meminta izin atau seolah-olah menodong."Karyawanmu punya waktu istirahat, 'kan?"Kevin yang sebenarnya belum memahami maksud Viano, hanya me
Lusi masih menyimpan dendam, karena ditinggalkan Viano begitu saja. Sungguh, pria itu sepertinya tidak memiliki hati! Harus menelan malu karena ketahuan hanya berpura-pura, ditambah kini harus repot menunggu taksi untuk kembali ke kantor sendiri.Tentu saja, rekan-rekan di kantor menjadi penasaran. Mengapa mereka kembali secara terpisah, padahal mereka menghadiri rapat di tempat yang sama? Apalagi, sudah menjadi rahasia umum bahwa Lusi dan Viano memiliki kedekatan yang lebih dari sekadar atasan dan sekretaris.Namun, apa pun yang dibicarakan orang, bagi Viano, Lusi hanyalah teman lama. Tidak lebih!Lusi harus bersikap seolah tidak peduli, meskipun dia tahu bahwa saat ini rekan-rekan kantor sedang membicarakan hubungannya dengan Viano. Pandangan mereka yang mencuri-curi atau bahkan ada yang sampai terpana melihat Lusi selama beberapa detik. Ah, semuanya benar-benar merusak suasana hati."Ayah Viano belum datang ke kantor?" tanya Lusi kepada Ujang yang menyuguhkan teh."Eh, saya kira Ra