Happy Reading 😘
Evelyn membuka kedua matanya perlahan merasakan sinar matahari menganggu kedua kelopak matanya.
Hal yang pertama tertangkap oleh indera pengelihatan Evelyn adalah langit-langit putih, indera penciumannya mulai bekerja, ia mencium aroma obat-obatan khas rumah sakit. Ah.. ia benci rumah sakit. Di punggung tangannya tersemat selang infus.
Evelyn mencoba bangun dari posisi tidurnya, dan berhasil. Kemudian seorang pria dengan atribut dokter datang dari arah pintu masuk membawa bubur untuk sarapan pasien.
Tunggu! Tadi malam ia berada di gang membunuh Eldric dan.. sudahlah, tapi bagaimana ia dapat berada disini?
"Gerald yang membawamu kesini," ucap dokter tersebut seakan dapat membaca pikiran Evelyn, sembari meletakkan makanan pada nakas, Evelyn mengernyit, apa raut wajahnya sangat mudah ditebak?
"Gerald? Siapa?" tanya Evelyn bingung seraya memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Mate-mu," ucapan Dokter itu membuat Evelyn mengingat kejadian tadi malam, dimana ia pingsan dihadapan makhluk immortal yang bangsanya pernah membunuh kedua orang tua Evelyn.
"Jika yang kau maksud iblis tak berhati seperti mereka, lebih baik aku mati," ucap Evelyn dingin, tak sadarkah ia jika dirinya sendiri adalah iblis yang membunuh banyak jiwa?
"Kau ingin mati? Akan kulakukan dengan sepenuh hati, kebetulan aku membawa beberapa suntikan mati," ucap dokter itu tersenyum.
"Kau gila?! Kau akan dipenjara bodoh!" sontak Evelyn membentak, sedangkan pria itu hanya mengendikkan bahu acuh.
"Di penjara? Ini Bluemoon Pack, tak ada hukum yang seperti itu disini, yang ada hanya dibunuh, atau membunuh," ucap dokter itu tetap mempertahankan senyuman anehnya, membuat Evelyn begidik ngeri. Bagaimana bisa seorang Dokter mengatakan hal mengerikan seperti itu dengan mudah? Apa Ia seperti Dokter gila yang berada difilm-film, haish.. bodohnya Evelyn, padahal dirinya juga pembunuh.
"Bluemoon pack? Apa maksudmu?" tanya Evelyn masih belum mencerna perkataan dokter tersebut.
"Raizel, pergi keluar, biar aku yang bicara pada gadisku," interupsi Gerald dari luar pintu.
"Baiklah, jaga gadismu, ia bisa saja bunuh diri, bahkan ia berniat menjadi korban cairan suntik matiku, baik sekali," ucap Dokter bernama Raizel dengan seringai menyeramkan.
"Baiklah, Healer gila, sekarang pergilah!" perintah Gerald, Raizel memang suka mencari korban manusia untuk menjadi penelitian gilanya, terdengar tidak waras, namun ia tidak pernah bisa berhenti dan terus mencari korban baru.
"Baik, Alpha," ucap Raizel patuh tanpa menghilangkan senyum mengerikannya, kemudian ia pergi keluar.
Gerald melangkahkan kakinya perlahan, tatapan Gerald menelisik dari ujung rambut hingga ujung kaki, seakan menelanjangi Evelyn hanya dengan tatapan mautnya.
Disisi lain Evelyn semakin beringsut mundur sampai membentur bahu brankar, kejadian semalam, saat Gerald memakan bangkai Eldric membuat memori saat orang tua Evelyn meninggal mengahantam keras sampai keujung saraf terkecil otaknya.
"Kau takut padaku? Tapi tak takut pada Raizel?" tanya Gerald bingung.
Evelyn membisu, tatapan benci, trauma, dan membunuh menjadi satu ditujukan pada Gerald.
"Kau tau, Raizel itu sama sepertiku," ucap Gerald menarik kursi kemudian duduk disamping ranjang Evelyn.
"Bohong! Jelas dia manusia!" bantah Evelyn.
"Ini bluemoon, tak ada manusia asli selain dirimu," jelas Gerald.
"Aku tak percaya, dan apa itu Bluemoon? Aku mau pergi!" ucap Evelyn seraya melepas jarum infus dari punggung tangannya paksa membuat darah mengalir dari bekas jarum tersebut, ia sedikit meringis karena perih.
Belum sampai tiga langkah, Gerald langsung menarik lengan Evelyn paksa dan membanting tubuh kecil Evelyn pada ranjang rumah sakit.
Bukan main, itu sangat keras, bahkan bunyi debuman sampai terdengar, punggung Evelyn terasa remuk.
"SAKIT BANGSAT! KAU TIDAK WARAS HAH?!" bentak Evelyn yang mencoba duduk.
"Jangan berani kau melarikan diri dariku, Mate." Ucap Gerald dingin dengan tatapan menusuk. Aura Alpha yang dikeluarkan Gerald tidak pula membuat Evelyn tunduk, ia malah semakin tertantang.
"Aku membencimu! Biarkan aku pergi! Makhluk menjijikkan!" bentak Evelyn.
'PRANG'
Mangkuk berisi bubur untuk Evelyn melayang di udara hingga membentur dinding dan pecah berkeping-keping.
"Jangan buat aku lebih marah dari ini, Mate! Diam dan menurut padaku!" bentak Gerald.
"Mate, Mate, Mate! Aku tak tau apa itu! Siapa kau?! Dan mengapa kau memaksaku untuk kemari?! apa maumu?!" bentak Evelyn untuk sekian kali, ini penculikan! Bagaimana bisa pria ini membawa dirinya tanpa ijin?! Lalu.. Bagaimana dengan ayahnya?!
Gerald mengambil napas kemudian menghembuskannya perlahan, berusaha mengendalikan amarah yang menguasai pikirannya. Sepertinya ia terlalu kasar pada Evelyn.
Wajah Gerald mendekat wajah Evelyn, hingga mereka dapat merasakan deru napas masing-masing, kemudian Gerald mendekatkan bibirnya pada telinga kiri Evelyn.
"Aku Gerald Anderson, dan kau Mate-ku, pasangan hidup yang ditakdirkan moongoddes padaku, dan mau tak mau, Kau harus menurut padaku, pada Alpha-mu," Gerald berbicara dengan nada dominan yang begitu kental, membuat bulu kuduk Evelyn merinding, kemudian Gerald meninggalkan area telinga kiri Evelyn dengan jilatan kecil pada lehernya.
Anjing basah, keparat bangsat! Batin Evelyn mengumpat, ia langsung meraih pisau bedah yang berada tak jauh dari jangkauan tangan kanannya, kemudian menusuk pundak Gerald dengan cepat. Seketika Gerald menjauh dari Evelyn dan memegangi pisau bedah yang menusuk cukup dalam, ia bahkan dapat merasakan tulang belikatnya ikut tertusuk.
Kesempatan itu tak disia-siakan Evelyn, ia langsung melarikan diri dari Gerald. Sedangkan Gerald menarik pisau bedah yang bersarang pada pundaknya santai, tubuhnya melakukan regenerasi, luka yang disebabkan Evelyn perlahan memudar, agak lama, karena menembus kedalam tulang.
Ia mengutuk Raizel yang ceroboh meninggalkan pisau bedah dalam kamar pasien.
"Ups.. I'm so sorry, brother," ucap Raizel dengan kerlingan menjengkelkan, sedari tadi ia tak pergi, melainkan menguping pembicaraan Gerald dan Evelyn dari luar.
"Healer bodoh! Sudah kubilang beberapa kali untuk tidak ceroboh!" bentak Gerald.
"Baiklah, itu salahku, tak akan aku ulangi lagi. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Mate-mu? Aku takut ia salah jalan dan masuk kedalam daerah vampir," ujar Raizel.
"Jangan khawatir, dia hanya manusia biasa, ia tak akan bisa menembus pembatas yang dibuat perkamen speranta. Hanya Penyihir, demon, malaikat, dan bangsa kita sendiri yang dapat menembusnya. Lihat saja, gadis itu akan berputar-putar dalam hutan," ujar Gerald menyeringai.
"Baiklah, baiklah, tapi entah mengapa aku punya firasat buruk tentang gadis itu, lebih baik kau mengikutinya," saran Raizel serius.
Gerald menurut, ia juga khawatir pada gadis itu, "Baiklah, aku akan mengikutinya."
🍃🍃🍃
Evelyn berkali-kali mengumpat dalam hati, tentu saja ia tak berani berteriak, bisa saja ia menjadi makanan hewan buas dihutan selebat ini.
Evelyn tak habis pikir, bagaimana bisa didepan rumah sakit sebesar dan semewah itu adalah hutan lebat tapa ujung seperti ini? Gila!
Oh, tidak bisa dikatakan sebagai rumah sakit juga, karena dalamnya saja mewah, tapi luarnya nampak seperti bangunan terbengkalai yang terkutuk.
Ia terus menelusuri hutan dengan kaki jenjangnya, apakah hanya perasaan Evelyn atau ia sedari tadi hanya berputar-putar? Sekarang apa yang harus ia lakukan? Kembali kerumah sakit itu? Bisa saja ia disuntik mati oleh Dokter Gila dan dimakan habis makhluk jadi-jadian yang menyebutnya 'Mate'.
Sedangkan Gerald yang mengintai Evelyn dari atas pohon menertawakan kebodohan gadisnya. Ia ingin menarik gadis itu dan membawanya pulang, tetapi, bermain-main sedikit dengannya tak masalah bukan?
Gerald dengan segala pikiran jailnya, berganti shift dengan Alf, tetapi tak sepenuhnya, hanya kedua bola matanya yang berganti menjadi kuning keemasan dan ungu bercahaya.
Gerald mengeluarkan lolongan khas serigala, yang terdengar hingga ke seluruh penjuru hutan. Dapat ia lihat Evelyn berlari ketakutan. Gerald tertawa puas dengan tingkah Evelyn.
Sedangkan disisi lain Evelyn terus berlari dan berlari, hingga kedua kaki jenjangnya membawa Evelyn ketempat yang tak seharusnya ia datangi.
Evelyn berhenti ketika suara lolongan serigala sudah tak terdengar lagi, ia mengatur napasnya yang tak beraturan, kemudian menatap area di sekelilingnya.
Hanya terdapat pohon berwarna hitam tanpa daun yang membentuk seperti sebuah jalur terowongan, atau gerbang masuk? Entahlah.
Evelyn terus berjalan, berharap mendapati jalan raya dan meminta tolong pada siapapun.
Tapi sepertinya itu hanya angan belaka Evelyn, ia dikejutkan oleh tiga makhluk bertaring yang dikenal dengan nama Vampir. Para vampir itu menatapnya seakan santapan yang lezat.
"Manusia," endus salah satu vampir.
"Darahnya sangat harum, aku yang akan menghabiskan darah gadis ini," sahut vampir lainnya.
"Kau benar, darahnya pasti lezat, sudah lama aku tak menghisap darah manusia," seru vampir lainnya.
Sedangkan Evelyn semakin memundurkan langkah, Kenapa hidupnya sial sekali? Apa yang harus ia lakukan? Jika makhluk didepannya manusia, jelas mudah bagi Evelyn untuk menumbangkan mereka.
Mereka ini vampir! Makhluk yang mempunyai kulit sekeras batu dan sedingin es, tapi terbakar dibawah matahari, ya! Itu dia!
Evelyn langsung berlari sekencang-kencangnya menuju arah datangnya matahari, tapi ia melupakan satu hal,
Vampir dapat berteleportasi.
Dalam hitungan detik, ketiga vampir itu berada didepan Evelyn dan mendorong tubuh kecilnya kasar diatas gundukan tanah hitam, ketiga vampir itu langsung mengerubungi tubuh Evelyn.
Salah satu vampir yang berada diatasnya mendaratkan taring tajamnya pada leher Evelyn, menyedot darahnya cepat, disusul kedua vampir lain yang menghisap kedua pahanya yang terbuka.
Evelyn meronta-ronta, tapi tak ada gunanya, ia seakan mendorong sebuah batu, dan tubuhnya melemas karena darah yang terus berkurang. Nyawa Evelyn seakan dicabut secara perlahan.
Disela tubuhnya yang diambang kematian, ia meneriakkan kata 'Tolong', walau ia tau itu tak akan berguna.
'DUAKK'
'KRAAK'
'BRUGH'
Gerald menarik tubuh Vampir yang berada diatas Evelyn dan melemparnya kearah pohon hingga pohon itu patah dan tumbang beserta vampir itu. Gerald juga melakukan hal sama pada yang lainnya.
Ketiga Vampir itu meringis kesakitan, Gerald tak mempedulikan mereka, ia langsung membopong tubuh Evelyn yang sangat pucat layaknya mayat hidup, beruntung Gerald masih merasakan napas Evelyn dan detak jantungnya walau melemah. Kemudian membawanya cepat pergi dari sarang vampir.
Gerald menatap Evelyn khawatir, disamping itu ia juga bertanya-tanya, bagaimana cara Evelyn melewati pembatas yang dibuat oleh Perkamen Speranta?
Siapa kau sebenarnya, Evelyn Lishon? batin Gerald.
Tubikontinyuuu...😘
Miladia😘
Happy Reading😘Gerald duduk disamping ranjang Evelyn yang tengah terbaring setelah mendapat transfusi darah dari dunia manusia, gadis itu kehilangan darah cukup banyak.Tangannya menggenggam jemari lentik Evelyn erat, kemudian mengecup punggung tangannya berulang kali sembari mengucap permintaan maaf.Sesekali dahi Evelyn mengernyit dalam dan menggeliat tak nyaman, sepertinya ia mengalami mimpi buruk. Gerald langsung mengelus dahi Evelyn pelan, beberapa saat kemudian kerutan pada dahi Evelyn menghilang, wajahnya kembali rileks.Suara ketika pintu dari luar mengalihkan atensinya kearah pintu, siapa gerangan yang mengganggunya?"Boleh aku masuk, Alpha?" tanya seseorang dari luar meminta ijin."Masuklah," jawab Gerald, dan pintu itu terbuka menunjukkan sos
Happy Reading😘Evelyn sekarang tengah duduk di atas ranjang dengan tangan kanan memegang remote TV, menekan-nekan asal, berharap ada channel yang bagus untuk ditonton. Tapi kenyataannya, ia sama sekali tak menemukan satupun acara yang bagus, hanya ada kartun pagi. Hell, ia sangat bosan!Sudah satu minggu ia disini, dan beragam cara pula Evelyn berusaha kabur dari sini. Dari rencana membunuh seluruh keluarga Gerald yang akhirnya diketahui Alexi sampai percobaan bom otak. Hal itu membuat jantungnya tak berdetak, tapi Raizel sang dokter gila yang mengerti siasat Evelyn, langsung menyalakan alat kejut listrik yang sengaja dipasang dibalik gaunnya yang akan menyala pada waktu yang ditentukan. Tentu Evelyn akan sadar, dan ia kembali terbangun dirumah sakit.Tetapi pada akhirnya, Gerald mengurung Evelyn di dalam kamar dengan pintu besi dan tepat pada j
Happy Reading😘🍃🍃🍃Vernon menatap gadis keras kepala disampingnya agak kesal, ia tadi berkata jika dirinya tidak akan kabur, tapi nyatanya ia hampir lolos keluar dari gerbang mansion, beruntung beberapa penjaga melihat Evelyn, dengan sigap mereka langsung menangkap dan membawanya pada Vernon.Ingin sekali Vernon melemparkan Evelyn ke kandang Naga Firestorm, tapi ia masih memiliki otak yang sehat untuk tidak melakukan itu.Lagi pula, tak ada yang dapat mengendalikan naga tersebut kecuali Keluarga Anderson. Vernon masih waras untuk tidak bunuh diri dengan mengumpankan dirinya sendiri.Dan sekarang, gadis itu mengeluh lelah setelah mengelilingi mansion yang besarnya 6 kal
Prechap :"Jangan pernah tanyakan apapun tentang diriku, aku membencinya." ucap Vernon dengan tatapan dingin.Happy Reading😘Gerald menghadang Vernon dan Evelyn yang kembali dari perpustakaan, raut wajahnya nampak tak bersahabat, ia menatap penuh intimidasi pada mereka berdua.Yang ditatap menjadi salah tingkah, seakan mereka ketahuan berselingkuh dibelakangnya."Apa yang kalian lakukan?" tanya Gerald dingin."Maaf Alpha, saya melanggar peraturan anda, Nona Lishon berkata jika ia bosan dikamar, jadi saya mengajak nona mengelilingi mansion," jelas Vernon."Benar seperti itu, Eve?" Tanya Ger
Happy Reading😘Semilir angin membelai lembut wajah Evelyn, untaian helai rambut sesekali mengusik wajah cantiknya hingga sang empu yang tengah tertidur lelap terganggu dan membuka kedua kelopak matanya pelan. Aroma harum bunga menelusuri tanpa permisi melewati celah indera penciuman, hingga dirinya pun terhipnotis oleh aroma wangi tersebut.Evelyn merasakan tempat permukaan yang ditidurinya sangat lembut, bukan kasur atau karpet lembut, namun,.. rumput?Evelyn mengalihkan atensi ke sekitarnya, ia baru menyadari, dirinya tidak berada di dalam kamar dengan langit-langit putih, namun sebuah padang rumput selembut sutra dengan beragam jenis bunga dihinggapi oleh kupu-kupu bercahaya, serta bias langit berwarna-warni sebagai penyejuk mata."Evelyn," panggilan tersebut membuat gadis itu reflek memali
Happy Reading😘Evelyn membuka kedua kelopak matanya pelan, pandangan yang semula berupa titik hitam dan putih perlahan nampak semakin jelas, indera penglihatannya dimanjakan oleh pemandangan cantik langit hitam kelam bertabur bintang.Ia mengucek kedua matanya, memastikan apabila yang dilihatnya adalah nyata.Apa ia dibuang keluar mansion? Dalam alam hatinya bersorak girang, namun saat ia duduk dari posisi terbaring dan menyisiri keadaan sekitar, ia melihat dinding putih dan furniture kamar masih tertata apik pada tempatnya.Evelyn menatap bingung pada langit-langit kamar.Dia berada di dimensi lain begitu? Masuk mesin waktu? Atau atap kamarnya dijebol? Hell, masalah bodoh apa lagi ini?!Tiba-tiba suara ketukan—pukulan lembut—pintu besi membuat atensi Evelyn teralih, ia mendapati selembar kertas sengaja diseli
Happy Reading 😘Persediaan tanaman obat langka di rumah sakit telah habis. Raizel menghela napas sejenak, jika persediaan yang habis adalah tanaman obat yang mudah ditemukan, Raizel akan dengan senang hati mengambilnya.Tapi ini tanaman Coelogyne Pandurata, yang keberadaannya sangat langka pada habitat aslinya. Untuk mendapatkan tanaman itu, Raizel harus pergi ke salah satu daerah di daratan Asia, lebih tepatnya Kalimantan, Indonesia.Ia bahkan masih ingat dirinya dulu hampir dimakan anaconda raksasa, belum lagi makhluk mitologi asing pemakan daging. Cuaca panas ekstrim yang membakar kulit semakin menambah kesengsaraan-nya, Gerald bahkan menertawakan Raizel selama berhari-hari karena kulit gosongnya seperti arang itu tak kunjung hilang.
Happy Reading😘보라해💜💜💜Di balik cahaya lampu baca perpustakaan, Gerald menatap Evelyn tajam, seolah lupa jika kemarin dirinya sudah bermaafan dengan Evelyn dibawah antariksa. Evelyn yang ditatap seperti itu hanya dapat membisu, terkejut akan kenyataan yang didengarnya, Demon? Ia berasal dari keluarga mafia yang bahkan tak pernah percaya pada mitos atau takhayul."Apa yang kau inginkan dari kami?" tanya Gerald lagi."Kau gila?! Kau sendiri yang membawaku, lalu kau mencurigai ku begitu?! Aku tidak mengerti apapun, Gerald!" Evelyn naik pitam, ia tidak terima tuduhan tak berdasar seperti itu.Tangan Gerald terkepal kuat, mati-matian pria itu menahan amarah, "Aku tidak akan menyakitimu jika kau