Share

Bab 6 : Mansion Tour

Happy Reading😘

🍃🍃🍃

Vernon menatap gadis keras kepala disampingnya agak kesal, ia tadi berkata jika dirinya tidak akan kabur, tapi nyatanya ia hampir lolos keluar dari gerbang mansion, beruntung beberapa penjaga melihat Evelyn, dengan sigap mereka langsung menangkap dan membawanya pada Vernon.

Ingin sekali Vernon melemparkan Evelyn ke kandang Naga Firestorm, tapi ia masih memiliki otak yang sehat untuk tidak melakukan itu.

Lagi pula, tak ada yang dapat mengendalikan naga tersebut kecuali Keluarga Anderson. Vernon masih waras untuk tidak bunuh diri dengan mengumpankan dirinya sendiri.

Dan sekarang, gadis itu mengeluh lelah setelah mengelilingi mansion yang besarnya 6 kali lipat dari mansion ayah mafianya dulu. Bukan tanpa alasan mansion dibuat luas, karena mansion tersebut memiliki jebakan berlapis sebelum mencapai gerbang, termasuk ranjau darat.

"Aku capek," keluh Evelyn. Vernon menghela napas.

"Sudah saya bilang, ini akan menjadi tour yang melelahkan," ucap Vernon.

"Hhh.. bolehkah aku mencoba bermain pedang itu?" tanya Evelyn meminta izin pada Vernon. Mereka sekarang berada diarena pelatihan khusus para prajurit.

Vernon menatap horror pada Evelyn, mau bermain pedang katanya? Bisa-bisa kepalanya lepas terpenggal.

"Tidak," titah Vernon mutlak.

"Boleh aku bermain dengan pistolnya?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Anda bisa saja menggunakan senjata itu untuk kabur dari sini," jelas Vernon.

Evelyn mencebik kesal, ia tak mempedulikan Vernon dan berlari menuju tempat pelatihan itu.

Tapi hal itu tak terjadi, karena beberapa detik kemudian Vernon berada tepat di hadapannya. Evelyn terkejut, Apa serigala dapat berpindah seperti itu? Batin Evelyn bertanya.

"Nona, anda tak boleh bermain dengan senjata," peringat Vernon.

"Ayolah, satu tembakan, dan aku akan mengikutimu, aku janji," ujarnya.

Vernon menghela napas, "Baiklah, hanya satu tembakan, setelah itu saya akan membawa anda menuju perpustakaan," Vernon mengalah, untuk kali ini saja.

Evelyn tak menghiraukannya dan mengambil salah satu pistol dari berbagai jenis yang ada disana, pilihannya jatuh pada sniper SPR-II.

Sebelum menembak, ia mengumpulkan seluruh beban stress menjadi satu di dalam pikiran, saat sudah terkumpul, ia membayangkan seluruh beban itu tersalur kedalam peluru pistol.

'DOR'

Pelatuk pistol ditarik, peluru langsung melesat tepat sasaran, Evelyn bernapas lega, beban pikirannya seakan hilang begitu saja. Ia meletakkan kembali senjata sniper tersebut pada tempat semula kemudian menghampiri Vernon yang menunggunya.

"Sudah selesai nona?"

"Kau mau aku merusak semua sasaran itu?"

"Tidak juga, tapi kemampuan menembak anda hebat," puji Vernon.

"Aku ini mafia, tentu aku bisa melakukannya dengan mudah," sombong Evelyn.

"Sebaiknya kita bergegas, sebelum Alpha sampai di mansion," ajak Vernon.

🍃🍃🍃

Decakan kagum berasal dari belahan bibir cantik Evelyn, perpustakaan yang sangat besar, dengan ukiran khas daerah mediteran, berbalur marmer mahal dengan beberapa tempelan berlian yang berharga fantastis.

Kalau semua perpustakaan seperti ini, maka semua orang akan mencuri berliannya, bukan membaca bukunya.

Ngomong-ngomong soal buku, Evelyn benci membaca, itu membosankan! Ia lebih suka mendengarkan dan berkerja langsung dilapangan.

"Ini perpustakaan?" kagum Evelyn menatap setiap ukiran karya seni yang menghiasi tiang kokoh penyangga atap tersebut.

"Tentu."

"Tapi ada yang aneh," Evelyn menelisik ke setiap ukiran dinding.

"Ada apa nona?"

"Kenapa perpustakaannya tidak digabung dengan mansion? Aku yakin mansion ini bahkan lebih besar dari yang kita lewati tadi, seperti menyembunyikan markas rahasia saja," ungkap Evelyn jujur.

Vernon tersenyum menanggapi itu, "Keluarga Anderson ingin mencari suasana baru, jadi, perpustakaan dan mansion dipisah, agar lebih dekat dengan taman. Bukankah membaca sembari melihat pemandangan pepohonan sangat indah nona?" jelas Vernon panjang lebar, Evelyn mengangguk mengerti, ia pun mengalihkan Vernon ke pembicaraan yang lain.

"Ah.. iya, kau bilang kau ingin menceritakan tentang Gerald diperpustakaan." ujar Evelyn, Vernon pun mengajak Evelyn ke dalam perpustakaan tanpa berbicara sepatah katapun lagi.

"Woah.. this is amazing," decak Evelyn kagum pada bagian dalam perpustakaan.

"Maaf, perpustakaan kami tidak terlalu besar, dan bukunya tidak terlalu banyak," ucap Vernon.

"Are you kidding me?! Ini menurutmu perpustakaan kecil? Bahkan aku sudah mabuk hanya melihat jejeran rak buku," protes Evelyn.

"Ini sedikit nona, saya pernah melihat yang lebih besar dari ini, saya bahkan sudah membaca semuanya. Ah.. mau kusarankan sebuah buku?" tawar Vernon. Evelyn menggeleng cepat, ia bisa saja mabuk karena melihat tebal bukunya.

"Maaf aku tak berminat, terima kasih," ujar Evelyn cepat.

"Baiklah nona, sebaiknya ada duduk, karena ini akan menjadi cerita dongeng yang mungkin membuat pandangan anda berubah terhadap Alpha," ucap Vernon.

Flashback.

Awan kelabu memenuhi langit, tombak listrik terus menyambar-nyambar, angin ribut menghantam setiap benda yang dilaluinya seolah mencari mangsa.

Anak laki-laki berumur 9 tahun itu menyembunyikan kepalanya diantara lutut yang berhimpitan, ketakutan dibawah pohon pinus, berharap kanopinya melindungi tubuh kurus nan pucatnya.

Bibir anak itu terus menggumamkan nama sang kakek, sesekali ia menutup kedua indera pendengarannya akan tombak listrik yang menyambar pohon yang berada tak jauh dari tempat ia berlindung.

'AUUUUU...'

Anak kecil itu tersentak kaget, tak lama kemudian ia mendengar segerombolan serigala mendekat, aroma yang begitu buas, jelas bukan serigala yang memiliki pack, namun serigala liar (rogue) yang memangsa apapun tanpa aturan. Tubuh kecilnya semakin bergetar, ia berdo'a dalam hati semoga ada yang menolongnya.

Namun harapannya sirna, segerombolan serigala itu menemukan persembunyiannya, anak itu meremas ujung kaosnya kuat, berharap mengurangi ketakutannya. Sedangkan para serigala itu mengelilingi tubuh kecil tersebut dengan smirk menyeramkan, seakan ia adalah makanan yang lezat.

"Ah.. kau kehilangan keluargamu nak? Ck.. kasihan sekali," decak salah satu serigala.

"Ja.. jangan makan aku," anak itu berujar takut.

"Tubuhnya terlalu kecil, aku tak akan kenyang," sahut serigala lainnya, itu sedikit membuat anak kecil itu lega, berharap ia dilepaskan.

"Aku tak peduli, aku lapar!" bentak salah satu serigala. Serigala tersebut langsung menyergap anak kecil itu. Dewi Fortuna berpihak padanya, ia berhasil menghindar dan mencari celah untuk melarikan diri dari kawanan serigala rogue.

Kaki kecilnya berlari cepat, jantungnya terasa akan meledak karena berlari diluar kekutaan batasnya. Tapi itu tak membuatnya goyah untuk terus menghindar dari kejaran para rogue tersebut.

'GREP'

Salah satu rogue berhasil menangkapnya, anak kecil itu menangis ketakutan kala cakar serigala tersebut mulai keluar dan menajam bersiap merobek tubuh kecilnya untuk dijadikan santapan lezat.

Anak itu menutup matanya takut, cakar tersebut hampir melayang, namun seekor serigala menerjang rogue yang bersiap memakannya.

Anak kecil itu seketika membuka kedua matanya, melihat bagaimana serigala hitam bermata kuning yang ukirannya lebih besar dari serigala rogue tersebut mencabik-cabik serta menarik jantungnya sadis.

Anak kecil itu juga terkejut melihat sekitarnya, para rogue yang tadi mengejarnya mati dengan keadaan sadis.

Serigala hitam tersebut menatap anak kecil itu, sedangkan yang ditatap hanya menundukkan kepalanya karena aura alpha yang begitu kuat.

Serigala tersebut kemudian berubah shift menjadi manusia, betapa terkejutnya ia, karena serigala hitam tersebut sebenarnya adalah anak laki-laki kecil seumuran dengan dirinya.

Ia kira serigala trueblood Lycan seperti mereka telah punah, ternyata masih ada, dan ia kagum akan kekuatan besar tersebut.

Biasanya serigala akan berubah shift ketika berumur 18 tahun.

Dengan keadaan telanjang, ia menghampiri anak kecil yang tengah menundukkan kepalanya.

"Kau tak apa?" Tanya anak laki-laki yang masih telanjang.

"Aku.. aku tak apa, terima kasih."

"Siapa namamu? Aku Gerald," ucap anak kecil telanjang tersebut mengulurkan tangan kecilnya.

"Aku.. Vernon" ucapnya sembari menerima uluran tangan Gerald.

Gerald tersenyum tipis, tubuh kecilnya mulai memucat, ia terlalu lama berganti shift yang tak seharusnya dilakukan anak seumurannnya.

"Hei, kau tak apa? Gerald!" Tanya Vernon.

"Aku.. tak apa," gumam Gerald.

'BRUKK'

Tubuh Gerald jatuh dalam rengkuhan Vernon. Vernon panik, ia berteriak berkali-kali berharap ada pertolongan.

Syukurlah seorang prajurit menemukan mereka dan membawa kedua anak kecil tersebut menuju mansion kediaman keluarga Anderson, sang 'True Blood yang tak terkalahkan".

🍃🍃🍃

Waktu demi waktu mereka jalani bersama, Raizel yang ditunjuk sebagai healer muda pun menjadi bagian diantara mereka, ketiganya pun menjadi sahabat. Setiap hari mereka jalani dengan senyum, dan saling menjaga layaknya saudara.

Hingga Vernon dan Raizel berumur 18 tahun, ia mendapatkan shift-nya. Dan saat itu juga Gerald mengangkat Vernon sebagai Beta dari bluemoon pack, dan Raizel sebagai kepala Healer di rumah sakit pack.

Flashback end.

"Walau kau menceritakan kebaikan Gerald, tetap saja, aku membenci bangsa kalian," jujur Evelyn dengan wajah datar.

"Manusia memang memiliki pemikiran yang rumit," gumam Vernon, sedangkan Evelyn hanya menulikan kedua indera pendengarnya.

"Anda mau kembali nona? Mungkin Alpha akan segera kembali dari perusahaan, anda tak mau mendapat konsekuensinya bukan?" ucap Vernon menyebalkan.

"Baiklah, aku juga bosan dengan aroma buku, membuat kepalaku pusing," ucap Evelyn beranjak dari posisi duduknya.

"Baiklah nona," ucap Vernon. Mereka pun beranjak keluar dari perpustakaan.

Sebelum keluar dari perpustakaan, mata Evelyn memicing, ia seperti melihat sesuatu yang berkilauan, berasal dari salah satu rak buku, ia pun menghentikan langkahnya.

"Kau melihat itu?" Tanya Evelyn.

"Melihat apa nona? Buku?" tanya Vernon bingung, pasalnya Evelyn menunjuk salah satu rak buku.

Kilau buku itu tiba-tiba menghilang ketika Vernon melihat kearah rak buku tersebut.

"Sudahlah, mungkin aku hanya berhalusinasi," ucap Evelyn, ia pun meneruskan langkahnya keluar dari perpustakaan.

Evelyn penasaran! Buku apa itu? Buku bersampul hitam tua yang tiba-tiba mengeluarkan cahaya?

Sepertinya ia akan kembali ke perpustakaan. Malam ini!

Evelyn kembali menatap Vernon yang berjalan didepannya. Ia menatap garis wajah dan kulit pucatnya, urat nadi Vernon tercetak jelas pada lehernya. Seperti bukan manusia serigala pada umumnya, karena ia melihat keluarga Anderson memiliki fisik layaknya manusia biasa.

Evelyn menghentikan langkahnya, begitu juga Vernon, ia menghadap ke belakang kearah Evelyn, tatapannya seakan meminta penjelasan, kenapa ia berhenti.

"Vernon, boleh ku tanya sesuatu?"

"Boleh, nona, tanyakan apapun" ucap Vernon dengan senyum dibibir pucatnya.

"Kenapa kulitmu sangat pucat? Seperti tak dialiri darah, dan urat lehermu terlihat sangat jelas, seperti Vampir saja, apa kau menderita kelainan albino?" Tanya Evelyn.

Rahang Vernon mengerat, urat lehernya seakan semakin keluar, tetapi ia kembali mengendalikan dirinya kemudian ia menampakkan senyum kecut.

"Iya nona, aku memiliki kelainan albino, dan boleh aku meminta satu hal padamu?" tanya Vernon.

"Tentu."

"Jangan pernah tanyakan apapun tentang diriku, aku membencinya." ucap Vernon dengan tatapan dingin.


Tubikontinyu ayey...

For readers yang baca dan vomment love you dari author abal-abal ini😍

Salam Sprinkle tayo😘

Salam generasi heuheu😘


Miladia😘


Little note :

Senjata SPR II

Secara rinci, SPR 2  berkaliber 12,7 mm x 99 mm, panjang senapan 1.755 mm, berat keseluruhan 19,5 kg, panjang barel 1.055 mm, kapasitas peluru antara 5-10 butir. Rifling atau alur spiral berulir pada bagian dalam laras senjata api ini yakni 8 grooves, RH 381 mm (15”) twist. Kecepatan rata-rata lesatan peluru 900 meter per detik dan jangkauan 2 km.

Senjata ini asli dari Indonesia yang bisa sampai nembus tank, bangga dong jadi orang Indonesia eaak..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status