ホーム / 全て / When I Meet You Again / BAB 11. Sebuah Ajakan

共有

BAB 11. Sebuah Ajakan

作者: lirinkw
last update 最終更新日: 2021-09-12 20:52:53

Val mendelik tak percaya membaca pesan yang dikirim Arion. Sesungguhnya ia melonjak girang dan bisa saja menjawab ‘iya’, tapi posisinya tidak memungkinkan untuk itu. Dia adalah orang baru di kantor ini dan ingin terus bekerja di sini. Apa yang akan terjadi jika ia begitu saja menerima tawaran Arion? Sesuka apa pun Val padanya, ia tak mungkin mengorbankan pekerjaan ini.

Lagi pula di mana ada Arion, pasti akan ada Saga, bukan? Dua orang itu seperti lem dan perangko. Orang pacaran pun mungkin akan kalah dengan kedekatan mereka. Val tidak ingin Saga akan semakin menganggapnya rendah. Begitu pula Saga. Pria itu pasti tidak akan suka dirinya dekat-dekat dengan atasannya.

Untuk sementara fokus pekerjaan dulu. Urusan hati dan cinta bisa menunggu, putus Val. Ia lalu mengetikkan balasannya, “Maaf, Pak, saya nggak bisa.”

Karena Saga?” Pesan Arion masuk beberapa detik kemudian.

Val terkejut. Sudut matanya melirik Saga yang sedang menyeruput kopinya.

“Bukan begitu. Saya baru dua hari bekerja. Masih banyak yang harus saya pelajari.” Jari lentik itu mengetik lagi.

Arion belum membalas lagi, tapi ada keterangan ‘sedang mengetik’ di papan pesan itu. Val menunggunya dengan harap-harap cemas.

“Ehem!” Saga sengaja berdeham keras dan membuat Val melonjak kaget.

Cepat-cepat gadis itu menunduk dan pura-pura sedang menulis. Meski begitu, ia masih merasakan tatapan Saga yang menusuk.

“Kalau nanti malam bagaimana?” Pesan dari Arion muncul lagi.

Val hendak membalas ketika Saga menggeser kursi hingga membentur mejanya dan berdiri.

“Dasar! Padahal masih jam kerja!” gumamnya kesal. Ia melangkah cepat ke ruangan Arion dan menutup pintu.

Val baru saja mengirim pesan balasan yang sama dengan sebelumnya ketika terdengar perdebatan dan tawa kecil dari ruangan kaca itu. Tidak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan, tapi Val yakin Saga mengetahui dengan siapa dia berbalas pesan.

Ketika pintu ruangan kaca itu terbuka beberapa menit kemudian, Saga melempar pandangan tak suka pada Val. Sementara Arion tertawa santai sambil merangkul pria galak itu seolah menenangkan anak kecil yang merajuk.

Val mengangguk canggung di tengah tatapan Saga, saat Arion tersenyum padanya. Ia mengamati dua orang itu meninggalkan ruangan dan memasuki lift untuk turun. Saat ini sudah jam makan siang, dan sudah menjadi kebiasaan mereka untuk makan bersama.

Dewi yang akan ke toilet melewati meja Val dan melihat gadis itu kembali menekuri pekerjaannya. Ia pun bertanya, “Nggak makan dulu, Val?”

Val menoleh dan tersenyum sambil menunjuk kotak makan yang terbuka.

“Oh, kamu sedang makan rupanya,” ujar Dewi. Ia pun pergi ke toilet dan kembali mendekati Val setelahnya. “Kamu sudah selesai? Cepet banget, Val!” Ia melongo melihat kotak makan Val yang sudah tandas.

Val tertawa. “Iya, aku kerja sambil makan. Kamu sudah makan?”

“Rajin sekali kamu, Val.” Rara tiba-tiba muncul.

“Kalau nggak ingin didepak Pak Saga, aku harus bekerja keras, ‘kan?” Lagi, Val tertawa. Tawa yang terkesan dipaksakan mengingat ia sendiri tidak tahu apakah sanggup menghadapi Saga ke depannya.

“Benar juga sih! Kalau sampai kamu keluar juga karena nggak betah atau nggak bisa mengikuti kerja Pak Saga, kami juga yang repot,” kata Sandy yang entah kapan sudah terlibat dalam pembicaraan mereka.

“Kami kebagian juga tugas-tugas itu.” Rara menunjuk dengan matanya pada halaman di monitor Val.

Sandy duduk bersandar pada tepi meja. “Mau nggak mau sih, kami harus bantu demi kelangsungan hidup bersama.” Kalimat itu diakhiri tawa semuanya.

“Karena itu, demi kepentingan bersama, aku akan bekerja keras dan rajin,” kata Val dengan semangat. “Kalian makan dululah. Aku mau kerja lagi.”

“Oke. Jangan terlalu dipikirin, Val, ntar kamu stress,” kata Rara sebelum pergi.

“Santai saja. Intinya kamu harus cepat tanggap dan tangkas kalau bekerja dengan Pak Saga,” tambah Dewi.

Sandy hanya tersenyum sambil mengacungkan ibu jarinya.

Val tersenyum lega melihat bantuan semangat dari teman-temannya. Ya, benar. Untuk mengambil hati Pak Saga, oh, tentu saja dalam hal pekerjaan, aku harus menunjukkan kinerja yang baik. Dengan begitu, ia tidak akan seenaknya lagi!

Setelah mendengar cerita dari mereka, Val tidak ingin membebani teman-temannya itu dengan pekerjaan tambahan karena tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Rara, seorang ibu dengan satu anak yang ia tinggal di tempat penitipan dan harus segera dijemput sepulang bekerja. Suami Rara bekerja di luar kota dan pulang seminggu sekali. Dewi yang belum memiliki momongan, terkadang harus bergantian menjaga ibunya yang sudah sepuh, sementara suaminya bekerja shift malam. Sementara Sandy, memiliki pekerjaan sampingan, yaitu mengajar anak-anak tentang desain di hari tertentu.

Masa Val tega membiarkan teman-temannya menanggung pekerjaan itu? Mereka sudah memiliki kewajiban lain, sementara dirinya masih menikmati hidup sendiri. Sudah seharusnya ia bekerja lebih giat dan keras supaya tidak menjadi beban.

Syukurlah permintaan Saga hari ini bisa Val selesaikan dengan baik. Ia merasa beruntung karena Arion mengirim pesan di saat yang tepat. Saga melupakan sejenak tentang tugas yang diminta, lantaran keburu kesal dengan Arion.

Ketika Val menyerahkan tugas itu setelah Saga kembali tanpa Arion, pria itu menerimanya dengan terpaksa. Sepertinya ia kesal karena sempat melupakan hal itu.

“Bagus,” katanya datar.

Entah ini pujian atau hanya sindiran sinis, Val sedikit merasa bangga. Dalam hati ia tertawa mengejek kelalaian Saga. Ternyata anda bisa lupa juga, Pak saga!

“Pekerjaanmu hari ini cukup bagus. Sekarang selesaikan yang itu!” Saga menunjuk papan pesan di monitor Val dengan matanya.

Val membaca beberapa tautan yang dikirim Saga. Ia lalu mengangguk. “Baik, Pak.”

Setelah itu, tidak ada hal berarti yang terjadi. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan Val tidak sadar bahwa Arion sudah kembali. Beberapa kali Saga keluar masuk ruangan Arion, entah apa yang dibicarakan mereka. Terakhir kalinya, Saga berada di dalam cukup lama.

“Kalian!” Tiba-tiba Saga berseru dari ambang pintu dan memandang anak buahnya satu per satu. “Kemari semuanya!” perintahnya.

Val melihat Rara dan lainnya tampak keheranan. Namun, mereka bergegas menuruti perintah Saga.

“Ayo, Val!” kata Rara setengah berseru.

Buru-buru Val bangkit dan mengekor di belakang Rara. Pintu pun tertutup kembali.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • When I Meet You Again   BAB 106. Love You, Hate You (END)

    “Ga …?” “Ah, apa …?” Saga baru tersadar ketika Val menggoyang-goyangkan lengan jasnya. Val menatap pria yang kini sudah menjadi suaminya. Ia lalu memandang arah yang tadi dilihat Saga, tetapi tidak menemukan ada yang aneh di sana. “Kenapa lihat ke sana terus? Sudah waktunya kita turun,” katanya. “Oh, ayo.” Saga menggandeng tangan Val dan membantunya turun dari panggung. Tak lama, Val dan Saga duduk bersama keluarga mereka. Menikmati jamuan makan malam yang disediakan. Obrolan ringan juga turut mewarnai kehangatan keluarga baru itu. Beberapa jam kemudian, acara selesai. Seluruh tamu undangan sudah meninggalkan gedung. Para keluarga sebagian meninggalkan gedung, sebagian lagi menginap di hotel yang sama dengan Val dan Saga. Mereka memang sengaja menyediakan kamar kosong untuk beberapa keluarga yang tinggal di luar kora, seperti Tante Icha dan Riska. Val dan Saga diantar Kaira dan Arion ke kamar hotel mereka. Kaira tampak bahagia dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

  • When I Meet You Again   BAB 105. The Day

    “Kamu sudah yakin, Val?” Rima bertanya pada putrinya karena sedikit khawatir. Val mengangguk dan tersenyum. “Iya. Masa sudah begini, masih ditanya lagi sih?” Rima tersenyum sedikit. “Kamu bisa bilang ke Mama, Val. Nanti Mama yang akan cari cara.” Kali ini Val menggeleng. “Nggak usah, Ma. Memangnya Mama berani bilang sama Tante Diana? Dia teman baik Mama, ‘kan?” Rima diam sejenak lalu menjawab, “Iya, tapi … Mama rasa dia akan mengerti, Val.” “Nggak usah, Ma. Val baik-baik saja kok. Mama juga sudah lihat sendiri, ‘kan?” Val memamerkan senyum terbaik dan tercantiknya. “Saga pasti juga begitu.” Rima menatap putrinya sekali lagi. Val pun mengangguk untuk meyakinkan sang ibu. “Baiklah kalau begitu. Mama keluar dulu. Tamu-tamu sudah banyak yang datang.” Rima berdiri lalu keluar dari ruangan itu. Val mengantarnya dengan senyum bahagia. Ketika pintu di depannya tertutup, senyumnya memudar. Sungguh merupakan keputusan yang sulit baginya, tapi ia harus melakukannya. Sementara itu, di rua

  • When I Meet You Again   BAB 104. Secangkir Kenangan

    “Aaah … capek juga ternyata bikin kue!” keluh Val sambil mengempaskan tubuh ke tempat tidur. Ia baru saja memasukkan dua loyang kue ke oven dan mengatur waktunya. Sambil menunggu, ia berniat beristirahat sebentar. Dari luar, Val bisa saja tertawa lepas seolah tidak ada yang mengusiknya. Namun, hatinya menjeritkan rindu yang sama pada seseorang. Berbagai kenangan bersama Saga mulai bermunculan, menggoda dirinya, dan membawanya kembali ke masa lalu yang jauh. Masa-masa di mana ia sama sekali tidak menyadari perhatian-perhatian kecil Saga padanya. “Aku mau ke kantin! Ada yang titip?” tanya Nita sambil berdiri. Saat itu, tim mading yang terdiri dari Saga, Val, Nita, Noah, dan Andi, sedang mengerjakan proyek minggu ini. Mereka berkumpul di ruang OSIS sepulang sekolah. Segera anak-anak menyebutkan pesanannya dan Nita pun berlalu. Val tidak pernah mengetahui bahwa saat itu Saga selalu memperhatikan gerak-geriknya. Apa pun yang ia lakukan, selalu mampu membuat senyum Saga mengembang. Namun

  • When I Meet You Again   BAB 103. Bencana Kecil

    Val terbangun di Minggu pagi yang cerah. Sinar matahari sudah masuk dari jendela yang terbuka lebar. Kehangatannya memenuhi kamar dan tubuh Val yang masih memeluk guling, sambil mengejap-ngejapkan mata untuk menyesuaikan perubahan yang mendadak. Beberapa detik kemudian tubuh Val tegak di tempat tidur dengan rambut kusut dan wajah kusam. Samar-samar telinganya menangkap percakapan di luar. Ada suara ibunya dan suara lain yang tidak ia kenal. “Maaf, Bu Rima, sudah ganggu pagi-pagi.” “Oh, nggak apa-apa, Bu. Saya yang terima kasih karena sudah diberi ini.” “Itu cuma hasil kebun dari kampung, Bu. Kebetulan kemarin baru pulang dari sana.” “Pantesan kelihatan segar ini. Terima kasih banyak, Bu Nuri.” “Sama-sama, Bu. Baiklah, saya permisi dulu.” “Silakan.” “Siapa itu? Tetangga?” gumam Val lalu beringsut turun dari tempat tidur dan keluar. Baru saja ia menutup pintu di belakangnya, sang ibu muncul sambil membawa dua sisir pisang ambon di tangan. “Sudah bangun, Val?” sapa Rima. Val men

  • When I Meet You Again   BAB 102. Cinta dan Benci

    Hari pun berganti. Biasanya di akhir pekan banyak pasangan menghabiskan waktu bersama, termasuk Val dan Saga. Namun, kali ini berbeda. Pasangan yang dalam satu minggu ke depan akan melangsungkan pernikahan itu sedang ditimpa masalah. Masing-masing menghabiskan waktu di tempat yang berbeda dengan sikap yang berbeda pula. Saga seperti orang gila yang kehilangan sesuatu yang teramat berharga baginya. Telepon dari calon mertuanya membuatnya tersiksa sepanjang malam hingga tidak bisa tidur. Hari yang seharusnya cerah ini terasa begitu buruk bagi Saga. Sedari pagi, pria itu mondar-mandir di apartemennya. Seluruh penampilannya tampak berantakan. Botol-botol minuman berserak di meja dan lantai membuat ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Bel pintu berbunyi. Buru-buru Saga membukanya dan langsung membentak. “Kai! Arion! kenapa kalian lama sekali?! Kenapa baru datang?!” Arion dan Kaira saling berpandangan lalu mengembuskan napas kesal. “Gimana bisa cepat kalau baru setengah jam lalu kau

  • When I Meet You Again   BAB 101. Ingin Sendiri

    Di ruang kerjanya, Arion mengamati layar ponsel yang berisi panggilan dari Val. Beberapa waktu lalu, gadis itu meneleponnya. Meminta izin tidak masuk hari ini. Ia sudah menduga ada sesuatu yang terjadi dengan dua sahabatnya itu. Tanpa mendapat jawaban yang sebenarnya, ia malah mendengar sesuatu yang tidak disangkanya sama sekali. Bentakan Saga, jeritan Val, ia mendengar semuanya dari ponsel yang tidak dimatikan dengan benar. Tidak tahan membayangkan apa yang terjadi di sana, Arion menekan tombol merah. “Apa yang kamu lakukan, Ga? Kenapa kamu begitu? Kenapa kalian seperti ini?” Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Arion. Andai saja ia bisa merebut gadis itu kembali, ia akan melarang Saga berbuat sesukanya. Sekarang ini, ia tidak berdaya untuk membantu apa pun. Itu sudah di luar kendalinya, bukan haknya. Arion mengangkat kepala ketika Saga muncul di ambang pintu ruangannya. Wajahnya tampak kacau dan ia sangat gugup. “Rion …,” katanya lirih. Arion berdiri dan mendekati Saga.

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status