Beranda / Semua / When I Meet You Again / BAB 5. Jika Tuhan Mengizinkan

Share

BAB 5. Jika Tuhan Mengizinkan

Penulis: lirinkw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-26 18:12:02

“Kelihatannya sudah lumayan sih,” kata Val mengamati kaus abu-abu di tangannya. Ia lalu memasukkannya dalam tas yang sudah disiapkan.

“Semoga saja dia nggak terlalu mempermasalahkannya,” gumamnya pasrah.

Kemarin ia memberanikan diri menghubungi Arion untuk mengembalikan bajunya. Sesuai kesepakatan dalam pesan singkat, mereka akan bertemu di tempat yang sama seperti hari Jumat kemarin.

Val mengambil napas panjang ketika langkahnya sudah mendekati gedung perkantoran itu. Jantungnya berdebar akan bertemu pria tampan itu lagi. Sejak pertemuan itu, setiap malam Val memimpikan masa depannya bersama laki-laki itu. Bahkan ketika menonton drama kesukaannya, ia membayangkan jika dirinya dan Arion menjadi tokoh utamanya dan berakhir bahagia.

Kaki ramping Val melangkah yakin memasuki kedai kopi tempat mereka akan bertemu. Dalam hati ia berdoa supaya semuanya berjalan lancar hari ini.

Salah satu kursi di area luar kedai, sudah diduduki seseorang. Val hanya bisa melihat punggung yang terbalut kaus lengan panjang berwarna pastel.

Val mengembuskan napas panjang sebelum menyapa pria itu. “Selamat pagi.”

Pria itu menoleh dan senyumannya kembali membuat hati Val porak-poranda.

“Selamat pagi, Val,” sapanya lalu mempersilakan Val duduk.

Val menyerahkan tas di tangannya. “Ini. Sudah saya bersihkan. Maaf kalau nggak maksimal. Atau saya perlu menggantinya?”

Arion mengamati pakaian itu sebentar, lalu menggeleng. “Nggak perlu, ini sudah cukup. Ayo, duduk. Minum atau mungkin sarapan dulu.” Matanya menatap Val yang masih berdiri.

Ini adalah kesempatan Val untuk mengenal pria menawan itu lebih jauh. Setelah hari ini, mungkin ia tak punya alasan lagi untuk menemui Arion. Namun, ia juga tak punya waktu untuk berbincang-bincang santai seperti sekarang. Ia harus bekerja.

Seharusnya aku nggak membawa bajunya sekarang. Harusnya aku mengulur waktu supaya bisa bertemu berkali-kali. Tapi, kalau begitu, kesanku jadi jelek di matanya. Sudahlah, kalau memang berjodoh nggak akan ke mana, ‘kan?

“Terima kasih tawarannya. Tapi, saya harus bekerja sekarang. Ini hari pertama saya,” jawab Val akhirnya.

“Oh, maaf! Aku jadi menganggu waktu kamu,” kata laki-laki itu merasa bersalah. Ia lalu berdiri. “Kalau boleh tahu, kerja di mana? Mau kuantar sekalian?”

“Ah, nggak usah. Saya bekerja di gedung itu, di lantai 15,” jawab Val buru-buru. Ia merasa tidak enak hati untuk menerima kebaikan Arion lagi.

Arion menatap gedung yang dimaksud Val dan mengangguk paham. “Baiklah, kalau begitu. Selamat bekerja!” katanya.

Val mengangguk dan pamit. Tak lama ia kembali menoleh saat Arion memanggilnya.

“Val! Apa kita masih bisa bertemu lagi?”

Otak Val seakan membeku mendengarnya. Kalimat yang meluncur dari bibir Arion memberi harapan untuk pertemuan berikutnya.

Val tersenyum. “Entahlah! Jika Tuhan mengizinkan … mungkin saja!” Ia melihat anggukan Arion.

“Sampai ketemu lagi kalau begitu,” katanya. Ia melambaikan tangan sebelum Val berbalik meninggalkannya.

Arion duduk kembali di kursinya. Pagi ini terasa sangat indah sekali baginya. Ia juga tak pernah merasa sesenang ini. Senyum masih bertahan di wajahnya saat ia menghabiskan kopi dan sarapannya di kedai.

Beberapa saat kemudian Arion bangkit menuju mobil yang terparkir di sebelah kedai. Ia mengganti pakaiannya dengan kaus dari Val lalu mulai berlari mengelilingi perkantoran itu.

Arion baru kembali ke mobil saat mendekati waktu makan siang. Di sana, ia menelepon seseorang.

“Setelah makan siang, aku akan datang. Kamu bisa menjemputku?” Ia menatap tas hitam di jok sebelahnya lalu senyumnya mengembang. “Atau kita makan siang dulu sekarang?”

Arion tertawa mendengar jawaban di seberang kemudian menutup teleponnya. Ia menunggu beberapa saat sambil merapikan rambut dan wajahnya yang basah oleh keringat.

Seorang laki-laki seusianya keluar dari pintu gedung kaca dekat ia memarkir mobilnya. Menoleh ke sana ke mari lalu berlari menghampiri Arion yang segera membuka pintu.

“Dasar kau ini! Kau ‘kan bukan anak kecil lagi yang harus dijemput!” gerutunya saat sudah berada di dalam mobil.

Arion hanya bisa tertawa. Hari ini hari yang membahagiakan untuknya. Dia sadar sudah sejak pagi tadi ia tersenyum-senyum sendiri. Sebentar lagi, mungkin ia akan meledak saking girangnya.

“Padahal aku sudah semingguan nggak ke sini. Bukannya kangen sama aku, malah marah-marah.” Arion mencibir.

Pria itu bergidik jijik. “Sepertinya kau harus ke rumah sakit lagi memeriksakan otakmu.”

“Mau makan di mana?” tanya Arion setelah puas tertawa. Ia memutar mobilnya keluar ke jalan raya.

“Memangnya kau sudah boleh makan apa saja?”

Arion mengangguk. “Aku sudah sehat kok. Sudah beberapa hari lalu aku lari pagi lagi.”

Pria di sebelahnya melotot. “Jadi, dari kemarin-kemarin kau lari pagi di sini? Yang benar saja!”

Arion tertawa lagi. Ia memang sempat dirawat di rumah sakit karena masalah pencernaan selama seminggu dan keluar beberapa hari setelahnya. Ia tak bisa menunda lebih lama lagi untuk melakukan hobinya. Badannya menjadi kaku dan tidak nyaman karena tidak diizinkan lari pagi selama sakit. Area perkantoran itu tempat favoritnya.

“Bagaimana situasinya tanpa aku? Pasti aman terkendali.” Arion menoleh.

“Jelas dong! Rasanya memang percuma saja kau masuk kerja. Bagaimana jadinya kalau aku nggak di sini.”

“Yep. Kamu memang yang terbaik. Nggak salah aku memilihmu.”

“Kalau begitu, kau harus menaikkan gajiku.”

Arion tertawa lagi. “Beres!”

“Sepertinya kau senang sekali hari ini.”

Arion mengangguk sambil mengarahkan kendaraannya masuk ke sebuah warung soto favoritnya. Setelah memesan, mereka duduk melanjutkan pembicaraan.

“Jangan bilang kalau kau menggoda perawat-perawat di rumah sakit, lalu menembak salah satunya? Atau mungkin dokternya?”

“Kamu percaya nggak, cinta pada pandangan pertama?” Arion balik bertanya. “Sepertinya aku sedang mengalaminya sekarang. Ah, bukan, tepatnya beberapa hari lalu. Saat aku lari pagi.”

Teman pria di sebelahnya hanya diam mengamati pandangan Arion yang menerawang entah ke mana. Ia memutuskan untuk membiarkan sahabatnya melamun sepuasnya sebelum berkutat dengan tumpukan pekerjaan nanti.

Makan siang itu berlalu dengan cepat. Setelah membahas beberapa daftar pekerjaan, mereka kembali ke perkantoran tadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • When I Meet You Again   BAB 106. Love You, Hate You (END)

    “Ga …?” “Ah, apa …?” Saga baru tersadar ketika Val menggoyang-goyangkan lengan jasnya. Val menatap pria yang kini sudah menjadi suaminya. Ia lalu memandang arah yang tadi dilihat Saga, tetapi tidak menemukan ada yang aneh di sana. “Kenapa lihat ke sana terus? Sudah waktunya kita turun,” katanya. “Oh, ayo.” Saga menggandeng tangan Val dan membantunya turun dari panggung. Tak lama, Val dan Saga duduk bersama keluarga mereka. Menikmati jamuan makan malam yang disediakan. Obrolan ringan juga turut mewarnai kehangatan keluarga baru itu. Beberapa jam kemudian, acara selesai. Seluruh tamu undangan sudah meninggalkan gedung. Para keluarga sebagian meninggalkan gedung, sebagian lagi menginap di hotel yang sama dengan Val dan Saga. Mereka memang sengaja menyediakan kamar kosong untuk beberapa keluarga yang tinggal di luar kora, seperti Tante Icha dan Riska. Val dan Saga diantar Kaira dan Arion ke kamar hotel mereka. Kaira tampak bahagia dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

  • When I Meet You Again   BAB 105. The Day

    “Kamu sudah yakin, Val?” Rima bertanya pada putrinya karena sedikit khawatir. Val mengangguk dan tersenyum. “Iya. Masa sudah begini, masih ditanya lagi sih?” Rima tersenyum sedikit. “Kamu bisa bilang ke Mama, Val. Nanti Mama yang akan cari cara.” Kali ini Val menggeleng. “Nggak usah, Ma. Memangnya Mama berani bilang sama Tante Diana? Dia teman baik Mama, ‘kan?” Rima diam sejenak lalu menjawab, “Iya, tapi … Mama rasa dia akan mengerti, Val.” “Nggak usah, Ma. Val baik-baik saja kok. Mama juga sudah lihat sendiri, ‘kan?” Val memamerkan senyum terbaik dan tercantiknya. “Saga pasti juga begitu.” Rima menatap putrinya sekali lagi. Val pun mengangguk untuk meyakinkan sang ibu. “Baiklah kalau begitu. Mama keluar dulu. Tamu-tamu sudah banyak yang datang.” Rima berdiri lalu keluar dari ruangan itu. Val mengantarnya dengan senyum bahagia. Ketika pintu di depannya tertutup, senyumnya memudar. Sungguh merupakan keputusan yang sulit baginya, tapi ia harus melakukannya. Sementara itu, di rua

  • When I Meet You Again   BAB 104. Secangkir Kenangan

    “Aaah … capek juga ternyata bikin kue!” keluh Val sambil mengempaskan tubuh ke tempat tidur. Ia baru saja memasukkan dua loyang kue ke oven dan mengatur waktunya. Sambil menunggu, ia berniat beristirahat sebentar. Dari luar, Val bisa saja tertawa lepas seolah tidak ada yang mengusiknya. Namun, hatinya menjeritkan rindu yang sama pada seseorang. Berbagai kenangan bersama Saga mulai bermunculan, menggoda dirinya, dan membawanya kembali ke masa lalu yang jauh. Masa-masa di mana ia sama sekali tidak menyadari perhatian-perhatian kecil Saga padanya. “Aku mau ke kantin! Ada yang titip?” tanya Nita sambil berdiri. Saat itu, tim mading yang terdiri dari Saga, Val, Nita, Noah, dan Andi, sedang mengerjakan proyek minggu ini. Mereka berkumpul di ruang OSIS sepulang sekolah. Segera anak-anak menyebutkan pesanannya dan Nita pun berlalu. Val tidak pernah mengetahui bahwa saat itu Saga selalu memperhatikan gerak-geriknya. Apa pun yang ia lakukan, selalu mampu membuat senyum Saga mengembang. Namun

  • When I Meet You Again   BAB 103. Bencana Kecil

    Val terbangun di Minggu pagi yang cerah. Sinar matahari sudah masuk dari jendela yang terbuka lebar. Kehangatannya memenuhi kamar dan tubuh Val yang masih memeluk guling, sambil mengejap-ngejapkan mata untuk menyesuaikan perubahan yang mendadak. Beberapa detik kemudian tubuh Val tegak di tempat tidur dengan rambut kusut dan wajah kusam. Samar-samar telinganya menangkap percakapan di luar. Ada suara ibunya dan suara lain yang tidak ia kenal. “Maaf, Bu Rima, sudah ganggu pagi-pagi.” “Oh, nggak apa-apa, Bu. Saya yang terima kasih karena sudah diberi ini.” “Itu cuma hasil kebun dari kampung, Bu. Kebetulan kemarin baru pulang dari sana.” “Pantesan kelihatan segar ini. Terima kasih banyak, Bu Nuri.” “Sama-sama, Bu. Baiklah, saya permisi dulu.” “Silakan.” “Siapa itu? Tetangga?” gumam Val lalu beringsut turun dari tempat tidur dan keluar. Baru saja ia menutup pintu di belakangnya, sang ibu muncul sambil membawa dua sisir pisang ambon di tangan. “Sudah bangun, Val?” sapa Rima. Val men

  • When I Meet You Again   BAB 102. Cinta dan Benci

    Hari pun berganti. Biasanya di akhir pekan banyak pasangan menghabiskan waktu bersama, termasuk Val dan Saga. Namun, kali ini berbeda. Pasangan yang dalam satu minggu ke depan akan melangsungkan pernikahan itu sedang ditimpa masalah. Masing-masing menghabiskan waktu di tempat yang berbeda dengan sikap yang berbeda pula. Saga seperti orang gila yang kehilangan sesuatu yang teramat berharga baginya. Telepon dari calon mertuanya membuatnya tersiksa sepanjang malam hingga tidak bisa tidur. Hari yang seharusnya cerah ini terasa begitu buruk bagi Saga. Sedari pagi, pria itu mondar-mandir di apartemennya. Seluruh penampilannya tampak berantakan. Botol-botol minuman berserak di meja dan lantai membuat ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Bel pintu berbunyi. Buru-buru Saga membukanya dan langsung membentak. “Kai! Arion! kenapa kalian lama sekali?! Kenapa baru datang?!” Arion dan Kaira saling berpandangan lalu mengembuskan napas kesal. “Gimana bisa cepat kalau baru setengah jam lalu kau

  • When I Meet You Again   BAB 101. Ingin Sendiri

    Di ruang kerjanya, Arion mengamati layar ponsel yang berisi panggilan dari Val. Beberapa waktu lalu, gadis itu meneleponnya. Meminta izin tidak masuk hari ini. Ia sudah menduga ada sesuatu yang terjadi dengan dua sahabatnya itu. Tanpa mendapat jawaban yang sebenarnya, ia malah mendengar sesuatu yang tidak disangkanya sama sekali. Bentakan Saga, jeritan Val, ia mendengar semuanya dari ponsel yang tidak dimatikan dengan benar. Tidak tahan membayangkan apa yang terjadi di sana, Arion menekan tombol merah. “Apa yang kamu lakukan, Ga? Kenapa kamu begitu? Kenapa kalian seperti ini?” Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Arion. Andai saja ia bisa merebut gadis itu kembali, ia akan melarang Saga berbuat sesukanya. Sekarang ini, ia tidak berdaya untuk membantu apa pun. Itu sudah di luar kendalinya, bukan haknya. Arion mengangkat kepala ketika Saga muncul di ambang pintu ruangannya. Wajahnya tampak kacau dan ia sangat gugup. “Rion …,” katanya lirih. Arion berdiri dan mendekati Saga.

  • When I Meet You Again   BAB 100. Penyesalan

    Val yang sangat merindukan kekasihnya itu membalas cumbuan Saga di bibirnya. Namun, beberapa detik kemudian ia mendorong pria itu menjauh. Wajahnya merah. “Kenapa?” Saga heran. “Ini nggak benar,” jawab Val. “Apanya yang nggak benar?” “Masalah ini, nggak semudah itu selesai.” Saga membawa wajah Val menatapnya. “Apanya yang belum selesai?” “Apa buktinya kalau wanita itu nggak akan menganggumu lagi?” “Aku sudah melarangnya. Aku sudah memintanya untuk nggak ganggu aku, kita. Apa lagi?” “Kamu yakin dia akan menurut begitu saja? Kulihat, dia orang yang selalu bisa mendapatkan keinginannya. Dia nggak semudah itu menyerah.” “Lalu, apa maumu, Val? Aku sudah nggak mau lagi berurusan dengannya.” Val masih menatap Saga mencari kebenaran di sana. “Begini saja, kalau sampai dia menghubungiku lagi, aku akan melaporkannya ke polisi. Bagaimana?” “Apa akan berhasil?” “Aku nggak tahu, tapi nggak ada

  • When I Meet You Again   BAB 99. Penjelasan

    Setelah Erin pergi dengan wajah tak percaya dan tidak terima diperlakukan begitu, Saga terduduk di sofa dengan kepala sakit. Semua tampak berputar-putar di depan matanya. Bayangan wajah Val yang menangis membuatnya merasa jadi manusia paling bodoh di dunia. Ia merasa bersalah dan rasa itu lebih menyakitkan daripada saat Erin meninggalkannya. Tidak punya pilihan lain, Saga menghubungi seseorang yang ia percaya. “Aku butuh bantuanmu.” Sementara itu, Val menangis dalam diam di kamarnya. Ia ingin memercayai ucapan Saga, tapi apa yang dilihatnya tadi begitu menyakitkan. Sungguh ia tidak bisa membayangkan perjalanan cintanya akan sesulit ini. Pernikahan yang sudah di depan mata, bagaimana nasibnya, ia tidak tahu. Ponsel Val yang bergetar menghentikan isak tangisnya begitu melihat nama peneleponnya. Buru-buru ia menghapus sisa-sisa kesedihan dan mengatur napasnya, sebelum menjawab. “Val, kamu belum tidur?” Rima, ibunya menyapa. “Ah, Mama. Be

  • When I Meet You Again   BAB 98. Ingin Kembali

    Val menatap gedung apartemen yang menjulang tinggi di depannya. Rasanya baru sebentar lalu ia berlari ke gedung sebelah ketika mendengar Saga sakit. Kini, menatapnya hanya menambah garam di atas lukanya. Ia teringat perkataan Noah bahwa Saga butuh waktu.Meski begitu, Val benar-benar merindukan Saga. Ia ingin bertemu dengannya. Ia juga telah membuat sebuah keputusan, dengan harapan itu akan membantu Saga menyelesaikan masalah ini.Kaki Val melangkah dengan mantap ke apartemen Saga. Ia sudah mempunyai kuncinya, jadi tidak ada masalah bila langsung mendatanginya, ‘kan? Ia akan menunggu jika Saga belum pulang dari urusannya, entah apa itu.Niat seringkali bertolak belakang dengan keberanian. Tangan Val bergetar ketika hendak memindai nomor kartu di pintu. Jantungnya berdegup kencang. Ia kemudian bimbang, apakah ini tindakan yang tepat? Namun, tekadnya sudah bulat. Ia pun membuka pintu itu. Sayangnya, apa yang ia lihat di dalam sana tidak sesuai dengan keingin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status