Beranda / Semua / When I Meet You Again / BAB 7. Pria Berkaus Abu-abu

Share

BAB 7. Pria Berkaus Abu-abu

Penulis: lirinkw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 06:27:55

Kedua pria itu masuk ke ruangan kaca dan menutup pintunya. Val yang sedari tadi menahan napas karena terkejut segera mengembuskan napasnya kuat-kuat. Ia meremas dadanya yang tiba-tiba sesak. Hidungnya menghirup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-parunya yang kosong.

Yang tadi itu … Arion, ‘kan? Arion yang itu? Dia pakai baju olahraga yang kukembalikan tadi pagi? pikir Val terkejut.

Ia menepuk-nepuk pipinya mengecek apakah ia masih tidur atau sudah bangun. Pipinya terasa panas. Itu artinya hal yang terjadi hari ini adalah kenyataan. Kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali.

Kedatangan Saga yang menggeser kursi lalu duduk di sana, membawa Val kembali dari lamunan. Ia bisa merasakan tatapan Saga yang menusuk. Benak Val mulai berpikir macam-macam.

Apa yang mereka bicarakan di dalam? Apakah mereka membicarakanku? Jangan ge-er, Val! Memangnya siapa kamu? Kamu pegawai di sini!

“Jangan melamun! Lekas lakukan tugasmu!” tegur Saga tanpa menoleh.

“Iya, Pak …,” jawab Val lirih.

Val, kamu di sini untuk bekerja! Jangan memberikan kesan jelek di hari pertamamu bekerja! Val menyemangati dirinya sendiri. Ia pun mulai membaca berkas yang Saga berikan tadi.

Sepanjang sisa hari itu, Val berusaha memusatkan konsentrasi dalam bekerja hingga sebuah pesan muncul di monitornya. Ia terbelalak membaca kalimat yang tertulis di aplikasi pesan kantor itu.

“Val, bisa ke ruanganku sebentar?” Nama pengirim pesan itu adalah Arion. Pria yang ia kenal tanpa sengaja beberapa hari lalu, yang sekarang menjadi atasannya di perusahaan ini.

Bagaimana mungkin kebetulan ini terjadi dua kali dalam waktu berdekatan? Val terperangah. Ia menatap kosong pada monitor di depannya.

Val belum─lebih tepatnya─ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia masih sibuk meyakinkan diri bahwa ini bukanlah mimpi. Jika peristiwa ini ada dalam sebuah drama atau novel, ia akan percaya begitu saja. Tidak mungkin kenyataan ini akan seindah tayangan yang ia tonton, jika bukan dalam mimpi.

Kali ini tangan Val mencubit pipinya sendiri. Siapa tahu ia tadi ketiduran waktu mempelajari setumpuk berkas pekerjaan yang rasanya tidak berkurang sedikit pun.

“Aduh!” pekiknya dengan suara tertahan. Terasa sakit. Berarti ini kenyataan.

Bolehkah aku sebahagia ini? Apakah pangeran itu jadi milikku? Harapannya melambung tinggi. Tanpa sadar pipinya memerah. Untung saja Saga sedang tidak berada di tempat. Entah dia ada di mana, Val tidak peduli.

Tiba-tiba saja Val tersadar. Ia menggelengkan kepala kuat-kuat berusaha menepis semua pemikiran konyolnya. Nggak! Nggak mungkin! Jangan ge-er, Val!

Setelah menghela napas beberapa kali, Val berdiri lalu berjalan ke ruang kaca itu. Ia merasakan pandangan Rara, Dewi, dan Sandy tertuju ke arahnya. Namun, ia tak mempedulikannya.

Aku nggak tahu apa alasan dia memanggilku. Tapi, sebaiknya aku bersikap sewajarnya saja! kata hatinya tegas.

Dalam sekali tarikan napas, Val mengetuk pintu lalu masuk. Saga yang baru keluar dari toilet melihatnya.

“Se-selamat sore.” Val menyapa gugup. Di depannya duduk seseorang yang telah mengusik hari-harinya dengan impian dan harapan.

“Seperti katamu tadi, ternyata Tuhan mengizinkan kita bertemu lagi, Valerie,” ucap Arion sambil tersenyum.

Val salah tingkah. Ia tak berani menatap Arion. Kepalanya menunduk, tapi sudut matanya menyusuri ruangan Arion. Ruang kaca itu tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman. Selain meja kerja dan lemari kayu di belakangnya, sebuah sofa panjang menempel di dinding seberangnya.

“Ma-maaf, kalau saya tidak sopan.” Val memberanikan diri bersuara.

Seketika Arion tertawa. “Nggak perlu sungkan. Aku bukan bos yang galak kok.”

“Ta-tapi, tetap saja ... Bapak adalah atasan saya di sini,” kata Val. Kedua tangannya saling meremas di balik punggung.

“Hmm ... iya juga sih.” Arion terlihat berpikir sejenak. “Begini saja, kalau di depan yang lain, kamu boleh formal panggil aku. Tapi, kalau berdua saja seperti sekarang, kamu panggil aku Arion saja. Ide bagus, ‘kan?”

Apa orang ini sedang merayuku? Santai sekali dia mengatakannya. Hati Val semakin tak keruan.

“Nggak pakai tapi-tapian,” kata Arion cepat saat Val akan membuka mulut.

Val masih mematung di depan Arion yang terus mengamatinya sambil tersenyum.

“Bagaimana hari pertamamu kerja? Sudah bisa menguasainya?” tanya Arion. Ia berjalan ke depan meja dan duduk di sana. Tubuh yang tegap dan wajah yang tampan itu kini berhadapan langsung dengan Val yang semakin gugup.

“Saga galak, ya?” tanyanya lagi masih dengan senyumnya yang tidak berubah.

Val tidak bisa menjawab. Jantungnya berdetak cepat. Tangannya basah oleh keringat. Ya ampun, pesona orang ini nggak main-main! Ya Tuhan, kasihanilah jantungku!

“Bilang saja padaku, kalau dia terlalu galak memarahimu.”

“E-enggak, Pak ... ah, Arion,” jawab Val tersipu.

“Panggil Rion saja. Anak-anak semua memanggilku Pak Rion.”

Apa-apaan ini? Dia benar-benar ...! Hati Val menjerit. Hal ini terlalu indah untuk menjadi sebuah kenyataan.

Entah sudah berapa lama Val berdiri dengan Arion yang masih menatapnya. Mungkin ia akan terus berdiri di sana hingga jam kerja berakhir dan kakinya keram jika pintu ruangan itu tidak terbuka.

Saga muncul di balik pintu lalu masuk begitu saja menghadap Arion. Ia melirik sekilas pada Val yang menatapnya takut.

“Rupanya kau yang membuat orangku menelantarkan pekerjaannya,” kata Saga ketus.

Val tampak pucat, sementara Arion malah tertawa.

“Cuma pinjam sebentar saja kok,” ujarnya. “Kamu boleh keluar sekarang, Val.” Ia menambahkan sambil memberi anggukan pada Val.

“Sa-saya permisi.” Val menunduk lalu cepat-cepat keluar dari ruangan itu.

Saga mengamati Val yang keluar terburu-buru dengan kepala menunduk dalam. Setelah pintu tertutup, ia menatap Arion dengan pandangan tak mengerti.

Atasan sekaligus sahabat Saga sejak kuliah itu kembali ke tempat duduknya sambil tersenyum. “Kamu baik-baik, ya, sama Val. Jangan galak-galak,” katanya.

Pria di depan Arion itu tampak kebingungan, lalu terbelalak kaget. “Jadi ... dia orangnya?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • When I Meet You Again   BAB 106. Love You, Hate You (END)

    “Ga …?” “Ah, apa …?” Saga baru tersadar ketika Val menggoyang-goyangkan lengan jasnya. Val menatap pria yang kini sudah menjadi suaminya. Ia lalu memandang arah yang tadi dilihat Saga, tetapi tidak menemukan ada yang aneh di sana. “Kenapa lihat ke sana terus? Sudah waktunya kita turun,” katanya. “Oh, ayo.” Saga menggandeng tangan Val dan membantunya turun dari panggung. Tak lama, Val dan Saga duduk bersama keluarga mereka. Menikmati jamuan makan malam yang disediakan. Obrolan ringan juga turut mewarnai kehangatan keluarga baru itu. Beberapa jam kemudian, acara selesai. Seluruh tamu undangan sudah meninggalkan gedung. Para keluarga sebagian meninggalkan gedung, sebagian lagi menginap di hotel yang sama dengan Val dan Saga. Mereka memang sengaja menyediakan kamar kosong untuk beberapa keluarga yang tinggal di luar kora, seperti Tante Icha dan Riska. Val dan Saga diantar Kaira dan Arion ke kamar hotel mereka. Kaira tampak bahagia dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

  • When I Meet You Again   BAB 105. The Day

    “Kamu sudah yakin, Val?” Rima bertanya pada putrinya karena sedikit khawatir. Val mengangguk dan tersenyum. “Iya. Masa sudah begini, masih ditanya lagi sih?” Rima tersenyum sedikit. “Kamu bisa bilang ke Mama, Val. Nanti Mama yang akan cari cara.” Kali ini Val menggeleng. “Nggak usah, Ma. Memangnya Mama berani bilang sama Tante Diana? Dia teman baik Mama, ‘kan?” Rima diam sejenak lalu menjawab, “Iya, tapi … Mama rasa dia akan mengerti, Val.” “Nggak usah, Ma. Val baik-baik saja kok. Mama juga sudah lihat sendiri, ‘kan?” Val memamerkan senyum terbaik dan tercantiknya. “Saga pasti juga begitu.” Rima menatap putrinya sekali lagi. Val pun mengangguk untuk meyakinkan sang ibu. “Baiklah kalau begitu. Mama keluar dulu. Tamu-tamu sudah banyak yang datang.” Rima berdiri lalu keluar dari ruangan itu. Val mengantarnya dengan senyum bahagia. Ketika pintu di depannya tertutup, senyumnya memudar. Sungguh merupakan keputusan yang sulit baginya, tapi ia harus melakukannya. Sementara itu, di rua

  • When I Meet You Again   BAB 104. Secangkir Kenangan

    “Aaah … capek juga ternyata bikin kue!” keluh Val sambil mengempaskan tubuh ke tempat tidur. Ia baru saja memasukkan dua loyang kue ke oven dan mengatur waktunya. Sambil menunggu, ia berniat beristirahat sebentar. Dari luar, Val bisa saja tertawa lepas seolah tidak ada yang mengusiknya. Namun, hatinya menjeritkan rindu yang sama pada seseorang. Berbagai kenangan bersama Saga mulai bermunculan, menggoda dirinya, dan membawanya kembali ke masa lalu yang jauh. Masa-masa di mana ia sama sekali tidak menyadari perhatian-perhatian kecil Saga padanya. “Aku mau ke kantin! Ada yang titip?” tanya Nita sambil berdiri. Saat itu, tim mading yang terdiri dari Saga, Val, Nita, Noah, dan Andi, sedang mengerjakan proyek minggu ini. Mereka berkumpul di ruang OSIS sepulang sekolah. Segera anak-anak menyebutkan pesanannya dan Nita pun berlalu. Val tidak pernah mengetahui bahwa saat itu Saga selalu memperhatikan gerak-geriknya. Apa pun yang ia lakukan, selalu mampu membuat senyum Saga mengembang. Namun

  • When I Meet You Again   BAB 103. Bencana Kecil

    Val terbangun di Minggu pagi yang cerah. Sinar matahari sudah masuk dari jendela yang terbuka lebar. Kehangatannya memenuhi kamar dan tubuh Val yang masih memeluk guling, sambil mengejap-ngejapkan mata untuk menyesuaikan perubahan yang mendadak. Beberapa detik kemudian tubuh Val tegak di tempat tidur dengan rambut kusut dan wajah kusam. Samar-samar telinganya menangkap percakapan di luar. Ada suara ibunya dan suara lain yang tidak ia kenal. “Maaf, Bu Rima, sudah ganggu pagi-pagi.” “Oh, nggak apa-apa, Bu. Saya yang terima kasih karena sudah diberi ini.” “Itu cuma hasil kebun dari kampung, Bu. Kebetulan kemarin baru pulang dari sana.” “Pantesan kelihatan segar ini. Terima kasih banyak, Bu Nuri.” “Sama-sama, Bu. Baiklah, saya permisi dulu.” “Silakan.” “Siapa itu? Tetangga?” gumam Val lalu beringsut turun dari tempat tidur dan keluar. Baru saja ia menutup pintu di belakangnya, sang ibu muncul sambil membawa dua sisir pisang ambon di tangan. “Sudah bangun, Val?” sapa Rima. Val men

  • When I Meet You Again   BAB 102. Cinta dan Benci

    Hari pun berganti. Biasanya di akhir pekan banyak pasangan menghabiskan waktu bersama, termasuk Val dan Saga. Namun, kali ini berbeda. Pasangan yang dalam satu minggu ke depan akan melangsungkan pernikahan itu sedang ditimpa masalah. Masing-masing menghabiskan waktu di tempat yang berbeda dengan sikap yang berbeda pula. Saga seperti orang gila yang kehilangan sesuatu yang teramat berharga baginya. Telepon dari calon mertuanya membuatnya tersiksa sepanjang malam hingga tidak bisa tidur. Hari yang seharusnya cerah ini terasa begitu buruk bagi Saga. Sedari pagi, pria itu mondar-mandir di apartemennya. Seluruh penampilannya tampak berantakan. Botol-botol minuman berserak di meja dan lantai membuat ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Bel pintu berbunyi. Buru-buru Saga membukanya dan langsung membentak. “Kai! Arion! kenapa kalian lama sekali?! Kenapa baru datang?!” Arion dan Kaira saling berpandangan lalu mengembuskan napas kesal. “Gimana bisa cepat kalau baru setengah jam lalu kau

  • When I Meet You Again   BAB 101. Ingin Sendiri

    Di ruang kerjanya, Arion mengamati layar ponsel yang berisi panggilan dari Val. Beberapa waktu lalu, gadis itu meneleponnya. Meminta izin tidak masuk hari ini. Ia sudah menduga ada sesuatu yang terjadi dengan dua sahabatnya itu. Tanpa mendapat jawaban yang sebenarnya, ia malah mendengar sesuatu yang tidak disangkanya sama sekali. Bentakan Saga, jeritan Val, ia mendengar semuanya dari ponsel yang tidak dimatikan dengan benar. Tidak tahan membayangkan apa yang terjadi di sana, Arion menekan tombol merah. “Apa yang kamu lakukan, Ga? Kenapa kamu begitu? Kenapa kalian seperti ini?” Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Arion. Andai saja ia bisa merebut gadis itu kembali, ia akan melarang Saga berbuat sesukanya. Sekarang ini, ia tidak berdaya untuk membantu apa pun. Itu sudah di luar kendalinya, bukan haknya. Arion mengangkat kepala ketika Saga muncul di ambang pintu ruangannya. Wajahnya tampak kacau dan ia sangat gugup. “Rion …,” katanya lirih. Arion berdiri dan mendekati Saga.

  • When I Meet You Again   BAB 100. Penyesalan

    Val yang sangat merindukan kekasihnya itu membalas cumbuan Saga di bibirnya. Namun, beberapa detik kemudian ia mendorong pria itu menjauh. Wajahnya merah. “Kenapa?” Saga heran. “Ini nggak benar,” jawab Val. “Apanya yang nggak benar?” “Masalah ini, nggak semudah itu selesai.” Saga membawa wajah Val menatapnya. “Apanya yang belum selesai?” “Apa buktinya kalau wanita itu nggak akan menganggumu lagi?” “Aku sudah melarangnya. Aku sudah memintanya untuk nggak ganggu aku, kita. Apa lagi?” “Kamu yakin dia akan menurut begitu saja? Kulihat, dia orang yang selalu bisa mendapatkan keinginannya. Dia nggak semudah itu menyerah.” “Lalu, apa maumu, Val? Aku sudah nggak mau lagi berurusan dengannya.” Val masih menatap Saga mencari kebenaran di sana. “Begini saja, kalau sampai dia menghubungiku lagi, aku akan melaporkannya ke polisi. Bagaimana?” “Apa akan berhasil?” “Aku nggak tahu, tapi nggak ada

  • When I Meet You Again   BAB 99. Penjelasan

    Setelah Erin pergi dengan wajah tak percaya dan tidak terima diperlakukan begitu, Saga terduduk di sofa dengan kepala sakit. Semua tampak berputar-putar di depan matanya. Bayangan wajah Val yang menangis membuatnya merasa jadi manusia paling bodoh di dunia. Ia merasa bersalah dan rasa itu lebih menyakitkan daripada saat Erin meninggalkannya. Tidak punya pilihan lain, Saga menghubungi seseorang yang ia percaya. “Aku butuh bantuanmu.” Sementara itu, Val menangis dalam diam di kamarnya. Ia ingin memercayai ucapan Saga, tapi apa yang dilihatnya tadi begitu menyakitkan. Sungguh ia tidak bisa membayangkan perjalanan cintanya akan sesulit ini. Pernikahan yang sudah di depan mata, bagaimana nasibnya, ia tidak tahu. Ponsel Val yang bergetar menghentikan isak tangisnya begitu melihat nama peneleponnya. Buru-buru ia menghapus sisa-sisa kesedihan dan mengatur napasnya, sebelum menjawab. “Val, kamu belum tidur?” Rima, ibunya menyapa. “Ah, Mama. Be

  • When I Meet You Again   BAB 98. Ingin Kembali

    Val menatap gedung apartemen yang menjulang tinggi di depannya. Rasanya baru sebentar lalu ia berlari ke gedung sebelah ketika mendengar Saga sakit. Kini, menatapnya hanya menambah garam di atas lukanya. Ia teringat perkataan Noah bahwa Saga butuh waktu.Meski begitu, Val benar-benar merindukan Saga. Ia ingin bertemu dengannya. Ia juga telah membuat sebuah keputusan, dengan harapan itu akan membantu Saga menyelesaikan masalah ini.Kaki Val melangkah dengan mantap ke apartemen Saga. Ia sudah mempunyai kuncinya, jadi tidak ada masalah bila langsung mendatanginya, ‘kan? Ia akan menunggu jika Saga belum pulang dari urusannya, entah apa itu.Niat seringkali bertolak belakang dengan keberanian. Tangan Val bergetar ketika hendak memindai nomor kartu di pintu. Jantungnya berdegup kencang. Ia kemudian bimbang, apakah ini tindakan yang tepat? Namun, tekadnya sudah bulat. Ia pun membuka pintu itu. Sayangnya, apa yang ia lihat di dalam sana tidak sesuai dengan keingin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status