Home / All / When I Meet You Again / BAB 8. Sahabat yang Jatuh Cinta

Share

BAB 8. Sahabat yang Jatuh Cinta

Author: lirinkw
last update Last Updated: 2021-09-10 06:28:54

“Jadi, dia yang membuatmu senyum-senyum sendiri seperti orang gila?” Saga mencondongkan tubuhnya pada Arion yang kini tertawa kecil.

“Kamu ingat waktu aku meneleponmu hari Jumat lalu?” Arion melihat anggukan Saga lalu melanjutkan, “Itu pertemuan pertamaku dengannya. Kalau tidak salah, waktu itu ada interview untuk mengisi kekosongan di tempatmu, ‘kan? Kamu nggak ketemu dia?”

Saga menggeleng. “Nggak. Aku serahkan semuanya pada Fanny. Aku yakin dia sudah paham orang seperti apa yang kucari.”

“Sayang sekali. Kalau saja kamu sempat bertemu dengannya. Dia lucu sekali tahu waktu baju ini ketumpahan kopi yang kubawa. Nggak sengaja sih.”

“Maksudnya?” Saga tidak mengerti. Memang sejak beberapa hari lalu sahabatnya ini bertingkah aneh.

“Kamu mau tahu cerita lengkapnya?”

“Nggak tertarik!” jawab Saga cepat. Namun, di dalam hatinya ia penasaran apa yang membuat Arion bisa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pegawai baru itu.

Biasanya para wanitalah yang mengejar dan mendekati Arion. Pria itu akan melakukan pendekatan lebih lanjut setelah beberapa waktu mengenalnya. Hal itu pula yang membuatnya mendapat predikat playboy. Padahal Arion selalu bersungguh-sungguh dengan wanita yang dikencaninya. Yang terjadi, justru merekalah yang meninggalkan Arion setelah mendapat apa yang diinginkan, uang dan popularitas.

Kalau dipikir-pikir lagi, bodoh sekali mereka. Tak jarang Saga ikut emosi mendengarnya. Arion adalah CEO usia tiga puluhan yang tampan dan mapan. Dia anak tunggal dari pengusaha kaya yang kini tinggal di luar negeri. Jaringan bisnisnya luas baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebenarnya Arion bisa saja mewarisi perusahaan dan kekayaan orang tuanya. Namun, laki-laki yang cerdas itu lebih memilih mendirikan perusahaan sendiri bersamanya. Bertiga mereka merintis perusahaan yang kini berkembang pesat dan bisa bersaing dengan perusahan lainnya.

Dunia tulis menulis yang sejak dulu digeluti Saga kini berada dalam genggaman mereka secara daring. Sudah banyak penulis-penulis pemula yang lahir dari tangan dingin mereka. Tak hanya itu, banyak perusahaan lain yang memasang iklan di halaman daring mereka sehingga mendapat keuntungan yang lumayan.

Saga menatap binar mata Arion. Kali ini semuanya berbeda. Arion yang jatuh cinta lebih dulu dan berniat mendekatinya. Entah apakah cintanya akan terbalas atau sama seperti sebelum-sebelumnya.

Tanpa sadar, Saga hanyut dalam cerita Arion. Ia mendengarkannya masih dengan tatapan tak percaya. Sahabatnya itu menceritakan awal mula pertemuannya dengan Val, termasuk kesengajaannya menabrak wanita itu dengan maksud tersembunyi.

“Wow!” cetus Saga setelah Arion selesai. “Nggak masuk akal! Kebetulan yang luar biasa!” Ia berdecak sambil menggelengkan kepala. “Tapi, nggak bisa dibilang kebetulan juga, ‘kan? Kau yang sengaja menabraknya.”

Arion terkekeh. “Walaupun pepatah bilang kalau jodoh nggak bakal ke mana, tapi kalau nggak dicari juga nggak bakal ketemu. Itu adalah usahaku untuk mendapatkannya.”

“Terserahlah!” Saga mengibaskan tangannya. Matanya tertuju pada Arion yang masih saja tersenyum, lalu mengamati pakaian yang melekat di tubuh atletis itu. “Jadi, itu sebabnya kau nggak mengganti pakaianmu? Bau tahu!”

Arion tertawa keras.

“Segitunya ingin di-notice!” Saga mencebik.

“Terus, bagaimana cara mendekatinya, ya? Sepertinya dia jadi agak sungkan karena aku atasannya.” Arion bertanya serius.

Saga yang tidak peduli, mengangkat bahunya.

“Ga, kamu punya saran nggak? Bantu aku dong!”

No! Memangnya kau nggak bisa usaha sendiri?”

“Iya, tapi aku butuh bantuanmu. Kamu ‘kan sudah pernah menjalani hubungan yang cukup lama dengan wanita? Ya … walaupun putus juga sih.”

Saga mendelik mendengar ucapan sahabatnya. “Bukannya kau yang lebih sering dikelilingi wanita? Sudah berapa banyak wanita yang kau dekati selama ini?”

Arion tertawa kecil sambil memutar-mutar kursinya. “Kamu tahu sendiri bagaimana para wanita itu. Mereka hanya menginginkan uangku saja. Padahal kalau mereka mau serius, mereka akan mendapatkan lebih dari itu.”

“Mereka saja yang bodoh!”

“Ya, sudahlah! Lupakan mereka. Sekarang, kamu bisa tolong aku untuk mendekati gadis itu?”

Saga melirik Arion sekilas. “Nggak! Nggak bisa!” tolaknya. Kepalanya menggeleng cepat. “Jangan mencampur urusan pribadi dan pekerjaan! Kau urus sendirilah!”

Please!” Arion memohon seperti anak kecil.

“Cih! Kau ini kayak ABG saja!”

“Ya … paling nggak, kamu jangan galak-galak sama dia. Nanti kalau dia keluar dari sini gara-gara nggak betah bagaimana?”

“Tinggal cari lagi, ‘kan?”

“Hei, Ga.” Arion menurunkan nada suaranya, tapi ada ketegasan di dalamnya. “Jangan kira aku nggak tahu, kalau turnover rate kita sebulan terakhir ini yang paling tinggi selama kita bekerja. Dan itu gara-gara kamu. Kamu terlalu galak sih!”

Saga mengembuskan napas keras. “Ya, bagaimana lagi. Semuanya nggak becus. Lebih banyak mengeluh dan menuntut daripada menunjukkan kemampuannya.”

“Aku heran saja, kok bisa Anita betah sama kamu. Sayangnya, dia harus keluar mendadak karena pendarahan dan melahirkan. Sekarang, jadi kelabakan mencari pengganti sebagus dia.”

Saga tersenyum bangga. “Itu karena didikanku. Aku mengajarinya dengan baik sehingga kinerjanya bagus.”

“Nah, kamu ajari Val seperti kamu mengajari Anita. Bisa, ‘kan?”

“Tergantung. Apakah dia mau mendengar ajaranku, atau keras kepala.”

“Ya, terserahlah. Yang penting, kurangi kegalakanmu kalau nggak mau kesulitan mencari pengganti lagi.” Arion mengingatkan.

“Kalau kerjanya bagus, aku juga nggak bakal galak. Ini semua ‘kan demi perusahaanmu juga,” tutup Saga. Ia juga lelah harus mengajari orang baru lagi, padahal pekerjaannya sendiri sudah cukup banyak.

Harapan Saga hanya satu. Semoga pengganti Anita kali ini benar-benar kompeten dan serius bekerja.

Awas, saja kalau kedekatan Arion membuat pekerjaannya berantakan! geram Saga dalam hati sebelum keluar dari ruangan.

lirinkw

Wah, Saga ini tipe-tipe yang bisa bikin author semaput hehehe Bagaimana menurut kalian? Jangan lupa, klik langganan biar ga ketinggalan kelanjutannya. Terima kasih :)

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • When I Meet You Again   BAB 106. Love You, Hate You (END)

    “Ga …?” “Ah, apa …?” Saga baru tersadar ketika Val menggoyang-goyangkan lengan jasnya. Val menatap pria yang kini sudah menjadi suaminya. Ia lalu memandang arah yang tadi dilihat Saga, tetapi tidak menemukan ada yang aneh di sana. “Kenapa lihat ke sana terus? Sudah waktunya kita turun,” katanya. “Oh, ayo.” Saga menggandeng tangan Val dan membantunya turun dari panggung. Tak lama, Val dan Saga duduk bersama keluarga mereka. Menikmati jamuan makan malam yang disediakan. Obrolan ringan juga turut mewarnai kehangatan keluarga baru itu. Beberapa jam kemudian, acara selesai. Seluruh tamu undangan sudah meninggalkan gedung. Para keluarga sebagian meninggalkan gedung, sebagian lagi menginap di hotel yang sama dengan Val dan Saga. Mereka memang sengaja menyediakan kamar kosong untuk beberapa keluarga yang tinggal di luar kora, seperti Tante Icha dan Riska. Val dan Saga diantar Kaira dan Arion ke kamar hotel mereka. Kaira tampak bahagia dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

  • When I Meet You Again   BAB 105. The Day

    “Kamu sudah yakin, Val?” Rima bertanya pada putrinya karena sedikit khawatir. Val mengangguk dan tersenyum. “Iya. Masa sudah begini, masih ditanya lagi sih?” Rima tersenyum sedikit. “Kamu bisa bilang ke Mama, Val. Nanti Mama yang akan cari cara.” Kali ini Val menggeleng. “Nggak usah, Ma. Memangnya Mama berani bilang sama Tante Diana? Dia teman baik Mama, ‘kan?” Rima diam sejenak lalu menjawab, “Iya, tapi … Mama rasa dia akan mengerti, Val.” “Nggak usah, Ma. Val baik-baik saja kok. Mama juga sudah lihat sendiri, ‘kan?” Val memamerkan senyum terbaik dan tercantiknya. “Saga pasti juga begitu.” Rima menatap putrinya sekali lagi. Val pun mengangguk untuk meyakinkan sang ibu. “Baiklah kalau begitu. Mama keluar dulu. Tamu-tamu sudah banyak yang datang.” Rima berdiri lalu keluar dari ruangan itu. Val mengantarnya dengan senyum bahagia. Ketika pintu di depannya tertutup, senyumnya memudar. Sungguh merupakan keputusan yang sulit baginya, tapi ia harus melakukannya. Sementara itu, di rua

  • When I Meet You Again   BAB 104. Secangkir Kenangan

    “Aaah … capek juga ternyata bikin kue!” keluh Val sambil mengempaskan tubuh ke tempat tidur. Ia baru saja memasukkan dua loyang kue ke oven dan mengatur waktunya. Sambil menunggu, ia berniat beristirahat sebentar. Dari luar, Val bisa saja tertawa lepas seolah tidak ada yang mengusiknya. Namun, hatinya menjeritkan rindu yang sama pada seseorang. Berbagai kenangan bersama Saga mulai bermunculan, menggoda dirinya, dan membawanya kembali ke masa lalu yang jauh. Masa-masa di mana ia sama sekali tidak menyadari perhatian-perhatian kecil Saga padanya. “Aku mau ke kantin! Ada yang titip?” tanya Nita sambil berdiri. Saat itu, tim mading yang terdiri dari Saga, Val, Nita, Noah, dan Andi, sedang mengerjakan proyek minggu ini. Mereka berkumpul di ruang OSIS sepulang sekolah. Segera anak-anak menyebutkan pesanannya dan Nita pun berlalu. Val tidak pernah mengetahui bahwa saat itu Saga selalu memperhatikan gerak-geriknya. Apa pun yang ia lakukan, selalu mampu membuat senyum Saga mengembang. Namun

  • When I Meet You Again   BAB 103. Bencana Kecil

    Val terbangun di Minggu pagi yang cerah. Sinar matahari sudah masuk dari jendela yang terbuka lebar. Kehangatannya memenuhi kamar dan tubuh Val yang masih memeluk guling, sambil mengejap-ngejapkan mata untuk menyesuaikan perubahan yang mendadak. Beberapa detik kemudian tubuh Val tegak di tempat tidur dengan rambut kusut dan wajah kusam. Samar-samar telinganya menangkap percakapan di luar. Ada suara ibunya dan suara lain yang tidak ia kenal. “Maaf, Bu Rima, sudah ganggu pagi-pagi.” “Oh, nggak apa-apa, Bu. Saya yang terima kasih karena sudah diberi ini.” “Itu cuma hasil kebun dari kampung, Bu. Kebetulan kemarin baru pulang dari sana.” “Pantesan kelihatan segar ini. Terima kasih banyak, Bu Nuri.” “Sama-sama, Bu. Baiklah, saya permisi dulu.” “Silakan.” “Siapa itu? Tetangga?” gumam Val lalu beringsut turun dari tempat tidur dan keluar. Baru saja ia menutup pintu di belakangnya, sang ibu muncul sambil membawa dua sisir pisang ambon di tangan. “Sudah bangun, Val?” sapa Rima. Val men

  • When I Meet You Again   BAB 102. Cinta dan Benci

    Hari pun berganti. Biasanya di akhir pekan banyak pasangan menghabiskan waktu bersama, termasuk Val dan Saga. Namun, kali ini berbeda. Pasangan yang dalam satu minggu ke depan akan melangsungkan pernikahan itu sedang ditimpa masalah. Masing-masing menghabiskan waktu di tempat yang berbeda dengan sikap yang berbeda pula. Saga seperti orang gila yang kehilangan sesuatu yang teramat berharga baginya. Telepon dari calon mertuanya membuatnya tersiksa sepanjang malam hingga tidak bisa tidur. Hari yang seharusnya cerah ini terasa begitu buruk bagi Saga. Sedari pagi, pria itu mondar-mandir di apartemennya. Seluruh penampilannya tampak berantakan. Botol-botol minuman berserak di meja dan lantai membuat ruangan itu sudah seperti kapal pecah. Bel pintu berbunyi. Buru-buru Saga membukanya dan langsung membentak. “Kai! Arion! kenapa kalian lama sekali?! Kenapa baru datang?!” Arion dan Kaira saling berpandangan lalu mengembuskan napas kesal. “Gimana bisa cepat kalau baru setengah jam lalu kau

  • When I Meet You Again   BAB 101. Ingin Sendiri

    Di ruang kerjanya, Arion mengamati layar ponsel yang berisi panggilan dari Val. Beberapa waktu lalu, gadis itu meneleponnya. Meminta izin tidak masuk hari ini. Ia sudah menduga ada sesuatu yang terjadi dengan dua sahabatnya itu. Tanpa mendapat jawaban yang sebenarnya, ia malah mendengar sesuatu yang tidak disangkanya sama sekali. Bentakan Saga, jeritan Val, ia mendengar semuanya dari ponsel yang tidak dimatikan dengan benar. Tidak tahan membayangkan apa yang terjadi di sana, Arion menekan tombol merah. “Apa yang kamu lakukan, Ga? Kenapa kamu begitu? Kenapa kalian seperti ini?” Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Arion. Andai saja ia bisa merebut gadis itu kembali, ia akan melarang Saga berbuat sesukanya. Sekarang ini, ia tidak berdaya untuk membantu apa pun. Itu sudah di luar kendalinya, bukan haknya. Arion mengangkat kepala ketika Saga muncul di ambang pintu ruangannya. Wajahnya tampak kacau dan ia sangat gugup. “Rion …,” katanya lirih. Arion berdiri dan mendekati Saga.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status