Share

BAB 8. Sahabat yang Jatuh Cinta

“Jadi, dia yang membuatmu senyum-senyum sendiri seperti orang gila?” Saga mencondongkan tubuhnya pada Arion yang kini tertawa kecil.

“Kamu ingat waktu aku meneleponmu hari Jumat lalu?” Arion melihat anggukan Saga lalu melanjutkan, “Itu pertemuan pertamaku dengannya. Kalau tidak salah, waktu itu ada interview untuk mengisi kekosongan di tempatmu, ‘kan? Kamu nggak ketemu dia?”

Saga menggeleng. “Nggak. Aku serahkan semuanya pada Fanny. Aku yakin dia sudah paham orang seperti apa yang kucari.”

“Sayang sekali. Kalau saja kamu sempat bertemu dengannya. Dia lucu sekali tahu waktu baju ini ketumpahan kopi yang kubawa. Nggak sengaja sih.”

“Maksudnya?” Saga tidak mengerti. Memang sejak beberapa hari lalu sahabatnya ini bertingkah aneh.

“Kamu mau tahu cerita lengkapnya?”

“Nggak tertarik!” jawab Saga cepat. Namun, di dalam hatinya ia penasaran apa yang membuat Arion bisa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pegawai baru itu.

Biasanya para wanitalah yang mengejar dan mendekati Arion. Pria itu akan melakukan pendekatan lebih lanjut setelah beberapa waktu mengenalnya. Hal itu pula yang membuatnya mendapat predikat playboy. Padahal Arion selalu bersungguh-sungguh dengan wanita yang dikencaninya. Yang terjadi, justru merekalah yang meninggalkan Arion setelah mendapat apa yang diinginkan, uang dan popularitas.

Kalau dipikir-pikir lagi, bodoh sekali mereka. Tak jarang Saga ikut emosi mendengarnya. Arion adalah CEO usia tiga puluhan yang tampan dan mapan. Dia anak tunggal dari pengusaha kaya yang kini tinggal di luar negeri. Jaringan bisnisnya luas baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebenarnya Arion bisa saja mewarisi perusahaan dan kekayaan orang tuanya. Namun, laki-laki yang cerdas itu lebih memilih mendirikan perusahaan sendiri bersamanya. Bertiga mereka merintis perusahaan yang kini berkembang pesat dan bisa bersaing dengan perusahan lainnya.

Dunia tulis menulis yang sejak dulu digeluti Saga kini berada dalam genggaman mereka secara daring. Sudah banyak penulis-penulis pemula yang lahir dari tangan dingin mereka. Tak hanya itu, banyak perusahaan lain yang memasang iklan di halaman daring mereka sehingga mendapat keuntungan yang lumayan.

Saga menatap binar mata Arion. Kali ini semuanya berbeda. Arion yang jatuh cinta lebih dulu dan berniat mendekatinya. Entah apakah cintanya akan terbalas atau sama seperti sebelum-sebelumnya.

Tanpa sadar, Saga hanyut dalam cerita Arion. Ia mendengarkannya masih dengan tatapan tak percaya. Sahabatnya itu menceritakan awal mula pertemuannya dengan Val, termasuk kesengajaannya menabrak wanita itu dengan maksud tersembunyi.

“Wow!” cetus Saga setelah Arion selesai. “Nggak masuk akal! Kebetulan yang luar biasa!” Ia berdecak sambil menggelengkan kepala. “Tapi, nggak bisa dibilang kebetulan juga, ‘kan? Kau yang sengaja menabraknya.”

Arion terkekeh. “Walaupun pepatah bilang kalau jodoh nggak bakal ke mana, tapi kalau nggak dicari juga nggak bakal ketemu. Itu adalah usahaku untuk mendapatkannya.”

“Terserahlah!” Saga mengibaskan tangannya. Matanya tertuju pada Arion yang masih saja tersenyum, lalu mengamati pakaian yang melekat di tubuh atletis itu. “Jadi, itu sebabnya kau nggak mengganti pakaianmu? Bau tahu!”

Arion tertawa keras.

“Segitunya ingin di-notice!” Saga mencebik.

“Terus, bagaimana cara mendekatinya, ya? Sepertinya dia jadi agak sungkan karena aku atasannya.” Arion bertanya serius.

Saga yang tidak peduli, mengangkat bahunya.

“Ga, kamu punya saran nggak? Bantu aku dong!”

No! Memangnya kau nggak bisa usaha sendiri?”

“Iya, tapi aku butuh bantuanmu. Kamu ‘kan sudah pernah menjalani hubungan yang cukup lama dengan wanita? Ya … walaupun putus juga sih.”

Saga mendelik mendengar ucapan sahabatnya. “Bukannya kau yang lebih sering dikelilingi wanita? Sudah berapa banyak wanita yang kau dekati selama ini?”

Arion tertawa kecil sambil memutar-mutar kursinya. “Kamu tahu sendiri bagaimana para wanita itu. Mereka hanya menginginkan uangku saja. Padahal kalau mereka mau serius, mereka akan mendapatkan lebih dari itu.”

“Mereka saja yang bodoh!”

“Ya, sudahlah! Lupakan mereka. Sekarang, kamu bisa tolong aku untuk mendekati gadis itu?”

Saga melirik Arion sekilas. “Nggak! Nggak bisa!” tolaknya. Kepalanya menggeleng cepat. “Jangan mencampur urusan pribadi dan pekerjaan! Kau urus sendirilah!”

Please!” Arion memohon seperti anak kecil.

“Cih! Kau ini kayak ABG saja!”

“Ya … paling nggak, kamu jangan galak-galak sama dia. Nanti kalau dia keluar dari sini gara-gara nggak betah bagaimana?”

“Tinggal cari lagi, ‘kan?”

“Hei, Ga.” Arion menurunkan nada suaranya, tapi ada ketegasan di dalamnya. “Jangan kira aku nggak tahu, kalau turnover rate kita sebulan terakhir ini yang paling tinggi selama kita bekerja. Dan itu gara-gara kamu. Kamu terlalu galak sih!”

Saga mengembuskan napas keras. “Ya, bagaimana lagi. Semuanya nggak becus. Lebih banyak mengeluh dan menuntut daripada menunjukkan kemampuannya.”

“Aku heran saja, kok bisa Anita betah sama kamu. Sayangnya, dia harus keluar mendadak karena pendarahan dan melahirkan. Sekarang, jadi kelabakan mencari pengganti sebagus dia.”

Saga tersenyum bangga. “Itu karena didikanku. Aku mengajarinya dengan baik sehingga kinerjanya bagus.”

“Nah, kamu ajari Val seperti kamu mengajari Anita. Bisa, ‘kan?”

“Tergantung. Apakah dia mau mendengar ajaranku, atau keras kepala.”

“Ya, terserahlah. Yang penting, kurangi kegalakanmu kalau nggak mau kesulitan mencari pengganti lagi.” Arion mengingatkan.

“Kalau kerjanya bagus, aku juga nggak bakal galak. Ini semua ‘kan demi perusahaanmu juga,” tutup Saga. Ia juga lelah harus mengajari orang baru lagi, padahal pekerjaannya sendiri sudah cukup banyak.

Harapan Saga hanya satu. Semoga pengganti Anita kali ini benar-benar kompeten dan serius bekerja.

Awas, saja kalau kedekatan Arion membuat pekerjaannya berantakan! geram Saga dalam hati sebelum keluar dari ruangan.

lirinkw

Wah, Saga ini tipe-tipe yang bisa bikin author semaput hehehe Bagaimana menurut kalian? Jangan lupa, klik langganan biar ga ketinggalan kelanjutannya. Terima kasih :)

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status