Share

Bab 11 : Acara Pembukaan

“Saya Thor sang Master Blacksmith tentunya akan memastikan kalian semua bisa menjadi anak-anak yang hebat, tidak akan ada satu kekuatan genetik pun yang tidak bisa kami kembangkan. Kami akan pelajari kekuatan kalian, latih, bimbing, dan tingkatkan, sampai kalian semua bisa menemukan jati diri kalian yang sejati.”

“Sekarang mari kita semua membuka acara kebangkitan ini dengan keyakinan, keberanian dan kemeriahan. Untuk para Pahlawan masa depannnn!”

Setelah Thor berteriak dengan sangat lantang, seluruh orang yang hadir di ruangan itu serempak bangkit berdiri, dan meneriakan kata-kata yang sama.

< Untuk para Pahlawan masa depannnn! >

Terompet sangkakala dikumandangkan dan puluhan genderang besar ditabuh dengan sangat kuat. Mendadak suasana yang ada di ruang aula besar itu menjadi seperti sebuah medan perang. Pintu utama kembali terbuka dengan kencang, terdengar suara keras dari ke dua daun pintu menabrak dinding tembok.

< Bruakkk >

Dari sana muncul puluhan anak-anak kelas 6 yang sedang berlarian menuju ruang tengah sambil mempertunjukan kebolehan dari kekuatan genetik yang mereka miliki.

“Dhika lihat! Itu disana ada kak Willy,” tunjuk Reno.

“Mana, mana? ... ah iyah itu kak Willy, kerennn, pedangnya berelemen lahar api, hampir sama seperti yang dimiliki oleh taring serigala.”

Saat ini Willy yang memiliki kelas genetik bertipe warrior terlihat sedang menebas beberapa kali pedang besar dua tangan yang dipegangnya ke hadapan para penonton. Ketika pedang besar itu ditebaskan, terlihat lidah-lidah api sedang menyambar kesana kemari. Penonton yang berada di dekat lintasan tebasan itu merasakan udara panas beberapa kali menyambar mereka.

Beberapa orang tua murid dan para tamu tentu saja sangat senang sekali bisa menyaksikan secara langsung pertunjukan-pertunjukan seperti ini yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Mereka berulang kali terlihat memberikan tepuk tangan meriah untuk mendukung anak-anak kelas 6 yang sedang mempertunjukan kebolehannya.

Setelah melakukan beberapa gerakan kombinasi, Willy melompat dengan sangat tinggi. Terlihat aliran angin mengalir ke atas mengikuti langkah lompatan yang dia lakukan. Setelah itu dia memutarkan badannya berulang kali seperti seseorang yang sedang bersalto di angkasa.

Setelah melakukan beberapa kali putaran di udara dia tanpa ragu menghempaskan pedang besar dua tangan yang sedang dia pegang itu 45 derajat ke arah depan dan mengarahkannya pada podium tempat dimana para guru kepala sedang duduk dan Thor berada di mimbar.

Pedang yang dialiri energi panas dari lidah api itu melesat dengan sangat kencang menuju tempat para guru berada.

Melihat tindakan seperti itu, tentunya semua orang yang hadir di tempat itu terguncang kaget. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Willy? Apakah dia berniat untuk membunuh para guru secara terang-terangan seperti ini? Tapi untuk apa? Apakah dia punya sebuah dendam kepada mereka?

Pedang besar yang dilemparkan oleh Willy terlihat bergerak semakin cepat dan semakin mendekat ke arah meja podium.

“Hentikan!!!” Suara seorang guru berteriak.

Tak lama, terlihat dari kejauhan seorang anak kelas 6 sedang berlari dengan kecepatan tinggi menuju podium sambil membawa perisai besar dengan kedua tangannya. Anak itu bergerak dengan sangat cepat menggunakan kekuatan genetik elemen angin yang dia miliki.

Dalam sekejab dia telah berada di depan podium, lebih cepat dari pedang yang dilemparkan oleh Willy sebelumnya. Di depan podium dia membalikan tubuhnya dan dengan terampil dia mengarahkan perisai yang dia bawa ke arah dari mana amukan pedang berlahar api itu datang.

Perisai yang dia gunakan terlihat sangat besar, bahkan lebih besar dari tubuh anak yang sedang membawanya. Beberapa saat ketika pedang itu hendak mengenai permukaan perisai, secercah sinar berwarna kuning keemasan menyala di sekitar perisai tersebut.

Aktifnya tenaga pelindung yang berada di sekitar perisai itu menahan laju pedang tersebut dan melontarkannya kembali ke arah dimana Willy sudah bersiap diri untuk segera mengambil pedangnya kembali. Setelah pedang itu ditangkap, Willy kembali memperlihatkan atraksinya dengan menggunakan pedang itu bersama dengan teman-temannya yang lain.

Para penonton yang melihat kejadian barusan tentu saja sangat terkejut. Pada awalnya mereka berpikir ada seorang murid yang memiliki niat untuk membunuh gurunya, tapi ternyata itu semua hanyalah salah satu bagian dari pertunjukan.

“Hahaha, apa yang kak Willy lakukan? Itu hanyalah sebuah pertunjukan? Tapi apakah perlu sampai melakukan hal berbahaya seperti itu demi sebuah pertunjukan? Bagaimana kalau seandainya mereka melakukan kesalahan,” kritik Yura.

“Ya memang pertunjukan tadi sepertinya terlalu berlebihan. Seharusnya kak Willy tidak melakukan hal seperti itu,” Dhika menyetujui kata-katanya.

“Win gimana sih kakak kamu itu,” goda Reno kepadanya.

“Apa sih Reno, kamu jangan suka berbicara yang aneh-aneh yah.”

“Hahaha, maaf maaf, jangan marah begitu atuh, kan saya hanya bercanda. Tapi hei apa tadi kalian melihat kakak kelas kita yang membawa perisai besar? Kakak itu bernama kak Brandon. Dia itu berumur 12 tahun lho, tubuhnya memang terlihat kecil, tapi kak Brandon itu terkenal sangat kuat. Dia itu pemilik kekuatan genetik elemen angin tipe Tank yang bisa bergerak dengan kecepatan tinggi. Itu benar-benar sangat special, jarang sekali ada Tank yang memiliki pertahanan kuat, tapi bisa bergerak dengan kecepatan seperti itu. Rasanya hanya kak Brandon yang bisa melakukan hal seperti tadi.”

“Reno memangnya kamu kenal dengan kakak tadi?” tanya Dhika kepadanya.

“Tentu saja, kak Brandon itu Tank, jadi Reno pasti kenal, walau tidak pernah bisa menyapanya secara langsung sih.”

“Eh sepertinya sudah selesai tuh pertunjukannya,” ucap Wina kepada teman-temannya. “Ayo kita sudah harus bersiap-siap sekarang. Wali kelas kita bilang setelah acara pembukaan selesai kita semua anak-anak kelas 2 sudah harus pindah dari tempat duduk ini keluar aula. Kita harus membuat barisan antrian di luar sana.”

“Oh iyah, itu Ibu Vina disana sudah kasih petunjuk kepada kita agar kelas kita segera bersiap-siap,” tunjuk Doni menambahkan.

“Ayo Doni, urutannya kan kamu dulu, setelah itu Reno, Wina, Dhika baru saya,” ucap Yura mengingatkan.

“Iyah, baiklah kalau begitu ayo kita semua ke sana sekarang.”

Bersama teman-teman satu kelasnya, Dhika, Reno, Doni, Yura dan Wina keluar dari barisan tempat duduk mereka yang ada di ruang samping aula. Mereka keluar secara bergantian menuju pintu samping yang telah ditunjuk oleh beberapa panitia dan Ibu Vina sendiri. Total ada 257 anak seangkatan dengan Dhika yang akan mendapatkan kebangkitan potensial genetik pada hari ini. Setiap wali kelas biasanya akan membimbing 25 sampai 35 anak didik.

Ibu Vina adalah wali kelas yang cukup galak, tapi dibalik sifatnya yang seperti itu, Ibu Vina juga sangat perhatian pada apa yang sedang dihadapi oleh murid-muridnya. Ibu Vina memiliki kekuatan genetik tipe Beast Master, dia punya beberapa monster yang telah dia latih sendiri. Salah satunya adalah monster besar yang menyerupai triceratop.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status