Arjuna menegakkan kepalanya lalu berkata,"Uncle, maafkan aku." Hanya kata-kata itu yang mampu Arjuna ucapkan saat ini."Uncle tidak menyangka kamu menutupnya rapat-rapat selama ini. Apa yang kamu cari Arjuna! Apa kurang perlindungan yang Uncle berikan kepadamu selama ini? Jawab!" hardik Tuan Fred, untuk pertama kalinya kepada keponakan yang paling dirinya sayangi itu."Ma ... maaf, Uncle." serunya lagi sambil menundukkan kepalanya."Uncle tidak butuh maaf mu! Uncle hanya ingin penjelasan darimu. Kenapa kamu sampai berani berbuat nekat, masuk ke dalam dunia mafia dan menjadi detektif rahasia?" sergah Tuan Fred lagi.Arjuna diam, namun dia sedang berpikir akan memulai dari mana untuk menjelaskan semuanya kepada sang paman.Setelah mendapatkan jawabannya, Arjuna pun mulai berkata,"Uncle, aku terpaksa masuk ke dunia detektif, untuk mencari tahu kebenaran atas kecelakaan yang menimpa kedua orang tua ku!" tegas Arjuna."Juna, Uncle sudah menyewa detektif ternama untuk menyelidiki semuanya
Di kediaman Levin,Tepatnya di dalam dapur, Mitha sedang berkutat di sana. Dia sedang mencoba memasak makanan kesukaan Erlan.Awalnya, Mitha bingung mau memasak apa untuk sang calon suami. Lelaki itu hanya mengatakan, "Memasaklah untukku." Erlan tidak menentukan jenis masakan apa yang ingin dirinya makan. Untuk itu, Mitha pun berinisiatif untuk menanyakan makanan kesukaan Erlan kepada Bik Mina. Untung saja sang bibi tahu makanan favorit Erlan, dan dia pun memberitahukannya kepada Mitha."Tuan Muda sangat menyukai spaghetti, Nona." tutur Bik Mina."Oh gitu ya, Bi. Jadi Mas Erlan menyukai sphagetti?""Iya, Nona. Apakah Nona bisa memasaknya?" tanya Bik Mina."Sa ... saya belum pernah memasaknya sih, Bik. Tapi saya akan mencobanya." seru Mitha, sambil mulai membuka ponselnya untuk mencari resep cara memasak spaghetti, makanan kesukaan Erlan.Bik Mina lalu menyediakan beberapa bahan yang diperlukan. Yang sebelumnya dirinya ambil dari dalam kulkas."Nona, ini beberapa bahan untuk Anda gun
"Cih! Dasar murahan! Ngapain kamu senyum-senyum, begitu?" hardiknya.Mitha segera menunduk. Dia kembali sakit hati dengan perkataan Erlan kepadanya.Gadis itu berpikir jika Erlan sudah mulai bersikap lembut kepadanya. Namun kenyataannya tidak.Jadi Mitha memilih menunduk, lalu diam menyembunyikan kesedihannya karena sikap Erlan yang selalu berubah-ubah kepadanya.Kadang Erlan sangat baik kepadanya. Namun detik berikutnya, sikap pria itu bisa berubah kepadanya.Padahal yang sebenarnya terjadi, pria itu sangat menyukai rasa spaghetii buatan Mitha. Sungguh sangat pas di lidahnya.Namun lagi-lagi, Erlan lebih memilih melukai perasaan Mitha dengan kata-katanya yang sangat kasar. Dibandingkan dengan jujur kepada wanita itu, tentang perasaannya yang sesungguhnya kepadanya."Ngapain, dia menunduk begitu? Cih! Baru itu saja sudah tersinggung!" Dasar menyebalkan!" gumam Erlan dalam hatinya.Lalu keduanya pun dipanggil oleh Tuan Fred yang sudah menunggu mereka di ruang keluarga."Papi, ini baru
Lalu Niken pun menceritakan semua hal yang telah menimpanya kepada sahabatnya. Masih dengan posisi sujud. "Mitha, aku terpaksa menjualmu malam itu. Karena saat itu, aku ... aku sedang hamil. Pria yang menghamili ku tidak mau bertanggung jawab, bahkan dia tidak mengakui jika anak ini adalah darah dagingnya. Padahal, dia adalah pria yang telah merenggut kegadisanku! Aku memang bodoh! Aku terlalu percaya dengan segala rayuan dan omong kosongnya kepadaku." Niken pun mulai menangis terisak-isak di hadapan Mitha. "Aku telah mendapatkan karma ku. Karena semua perbuatanku terhadapmu. Aku telah mengalami keguguran dan hampir saja mati. Uang yang ku dapatkan malam itu, habis membiayai pengobatan ku di rumah sakit. Untuk itu hari ini, aku bersujud di hadapanmu untuk memohon belas kasihan darimu. Tolong maafkan aku, Mith?" serunya memelas. Mitha seakan tak percaya dengan semua rentetan kejadian yang menimpa sahabatnya, dengan menghela napas yang panjang. Dia pun berkata lagi, "Niken, bangunla
"Sialan! Aku kelepasan!" ujarnya pada dirinya sendiri.Acara kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan, banyak dari tamu-tamu undangan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Semua berbahagia hari itu.Terlebih Keluarga Besar Levin. Mereka sangat senang. Akhirnya penerus pertama dari keluarga itu, bisa melepas masa lajangnya.Tak henti-hentinya kedua wanita beda generasi dari Keluarga Levin, bersyukur kepada Tuhan. Erlan akhirnya mendapatkan jodoh yang terbaik. Yang seolah-olah dikirimkan Tuhan dengan cara yang berbeda.Kilauan cahanya jingga keemasan dari matahari yang mulai terbenam, menghiasi suasana romantis saat itu. Hembusan angin pegunungan yang datang silih berganti laksana nyanyian alam nan syahdu juga ikut mengiringi suksesnya rangkaian acara di sore itu.Konsep pernikahan garden party yang kedua mempelai usung. Akhirnya terlaksana dengan baik.Lalu sang master ceremony, mengajak keduanya untuk berdansa saat ini."Baiklah kita panggilkan, kedua mempelai agar turun k
Erlan Levin, seorang CEO ternama berwajah tampan dan berwibawa. Yang merupakan pemilik sebuah perusahaan besar di Jakarta. Saat ini sedang menuju kantor kebesarannya. Suasana kantor mulai padat pagi ini. Beberapa karyawan menyapanya ramah dan hanya dibalas anggukan oleh Erlan.Sang CEO terus berjalan masuk ke dalam kantor. Lalu dia berhenti tepat di depan lift utama yang menghubungkannya dengan kantornya, yang berada di lantai paling atas."Selamat pagi, Tuan Erlan." sapa Rani, sekretaris setia yang mendampinginya selama ini. Erlan hanya mengangguk."Saya punya jadwal apa hari ini, Rani?""Tidak ada yang mendesak, Bos." jawab, Rani. Hanya saja Tuan dan Nyonya Besar sedang menunggu Anda di ruangan saat ini."Papi dan Mami lagi di sini? Sejak kapan mereka sampai?" tanyanya."Sejak tadi pagi, Bos." jawab Rani."Baiklah, tolong katakan kepada Dio untuk menyiapkan mobil dengan segera. Saya ingin meninjau lokasi proyek yang ada di Tangerang." Setelah berkata begitu, Erlan langsung masuk
"Nona cantik, ayo Ke sini sebentar ..." seru seorang pria memanggil Mitha, gadis asal Bandung yang bekerja di sebuah pub di Kota Jakarta."Sa ... saya, maksud Anda, Tuan?" tanya Mitha, takut.Malam ini adalah malam pertama, dirinya bekerja di Pub untuk menggantikan temannya yang sedang sakit. Mitha terpaksa menerima pekerjaan ini, karena ayahnya yang memiliki bisnis kecil-kecilan dikabarkan telah bangkrut beberapa minggu yang lalu. Mitha yang kuliah di salah satu universitas di kota Jakarta membutuhkan sejumlah uang untuk menyambung hidupnya. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya namun masih belum diwisuda. Ijazah dari kampusnya juga belum keluar, sedikit menyulitkan dirinya untuk mendapatkan pekerjaan."Iya, kamu! Ayo, buruan ke mari?" Mitha semakin takut. karena yang dia tahu, ada beberapa wanita yang ada di sekitarnya."Namamu, siapa?" tanya orang yang memanggilnya."Nama saya, Mitha." jawabnya gugup. Sambil menundukkan kepalanya."Mitha, temui tamu itu. Saya akan membayarmu lebi
Mitha mulai merasakan sensasi panas yang membara, dari dalam tubuhnya."Pa ... panas! Ha-us!" lirihnya."Sepertinya gadis ini menggoda juga, bagaimana kalau kita sikat duluan, Bro?" serunya kepada temannya."Boleh juga ide mu! Bos masih dalam perjalanan ke sini." ucap yang lain."Ayo, kita sikat dia!" tukas orang itu."Tidak! Ja ... jangan! Tolong! To ... tolong! Jangan sentuh saya!" jerit Mitha takut, karena melihat para pria itu mulai melepas baju mereka dan berjalan mendekati ranjang.Teriakan yang menyayat dari bibir Mitha menggelitik telinga Erlan.Dia pun mencoba melangkah mencari sumber suara itu.Untung saja para pria itu, sedang menunggu Bos mereka datang, sehingga pintu kamar tidak tertutup dengan rapat.Erlan lalu mengintip dari arah pintu dan melihat kelakuan bejat para pria itu yang hendak menyakiti salah seorang wanita.Dengan cepat, Erlan menendang pintu kamar itu."Hei! Apa yang hendak kalian lakukan? Dasar bajingan!" teriak Erlan. Lalu mulai melakukan penyerangan, kep