"Ngomong-ngomong, kursi nomor 100 ada di mana?" tanya Ling Yue sambil menaikkan sebelah alisnya. Semua orang cengo melihat kedatangan sang Presdir yang tiba-tiba. Mereka tidak menyangka sama sekali, sebelum akhirnya seorang pemandu bus yang ada di ujung sana tersadar. "Mari Presdir, saya antarkan ke kursi nomor 100," ucapnya sambil bergegas menghampiri sang Presdir, lalu kemudian menuntunnya untuk sampai ke kursi yang dimaksud. Cia Li melihat Ling Yue dengan tatapan tak suka. Lagi-lagi ia harus berdekatan dengan pria menyebalkan itu. Kenapa selalu ada dia di mana-mana? Ingin rasanya Cia Li menendang pantat sang Presdir agar segera enyah dari hadapannya. Namun, apa boleh buat, dia tentu tidak bisa melakukannya. Bisa-bisa dirinyalah yang akan ditendang dari muka bumi ini. "Nona Cia? Wah, kebetulan sekali aku mendapatkan tempat duduk di sebelahmu," sapa Ling Yue pura-pura tak tau. Padahal dia dan Chen Li lah yang merencanakan itu semua. "Aah, Presdir. Sungguh suatu kebetulan yang tid
Sontak, semua orang yang ada di sana pun langsung menoleh ke arah sumber suara. Tanpa mereka sadari, Ling Yue sudah sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya secara diam-diam. Ingin rasanya ia menendang jauh-jauh bocah tengik itu sampai ke ujung alam semesta ini."Kenapa tidak boleh?" tanya Guan Lin dengan beraninya. Ia seperti tidak ada takut-takutnya dengan sang Presdir.Amarah Ling Yue mulai meradang. Sorot matanya kini berubah tajam menatap laki-laki yang bernama Guan Lin itu. Sebisa mungkin ia menekan rasa kesalnya. Tidak lucu kan kalau seorang CEO sampai berkelahi dengan salah satu karyawannya."Hei bocah! Kau lihat kan, tidak ada satu pun orang yang pergi berkeliaran dari kelompoknya, kecuali kau!" kesabaran Ling Yue benar-benar sedang diuji."Memangnya kenapa? Semua tugas ku kan sudah selesai," jawabnya enteng sambil bersidekap tangan.Cia Li yang melihat keduanya tidak ada yang mau mengalah, khawatir akan terjadinya sesuatu yang buruk. Terlebih lagi, Ling Yue sudah nampak
"I-iya..., Nona, begini-" Guan Lin terbata-bata menjawab pertanyaan Cia Li. Ia takut kalau identitas aslinya terbongkar. "Ya?!" alis mata Cia Li terangkat sebelah. Ia menunggu jawaban dari adik rekannya itu. Namun, sepertinya ia tampak ragu dan berpikir keras. "Hmm, aku bisa jaga rahasia kalau kamu mau berbagi cerita," tawar gadis itu kemudian. Dia bukannya ingin mendesak atau ikut campur dalam urusan pribadi adik rekannya itu. Tujuannya hanya ingin memastikan kalau bocah nakal itu bukanlah seorang mata-mata ataupun orang jahat. Cia Li juga bukan tidak mempercayainya, namun di dunia kerja seperti ini bukan tidak mungkin apapun bisa terjadi. Gurunya dulu selalu berpesan, agar ia berhati-hati terhadap semua orang yang ditemuinya di dunia kerja. Ia tidak boleh percaya pada sembarang orang, apalagi sampai memberitahukan tentang rahasia pribadinya. Bahkan konon katanya, kebanyakan orang yang menusuk kita itu adalah orang terdekat kita sendiri. "Apa Nona bisa ku percaya?" Guan Lin berali
Ling Yue yang mendengar teriakan itupun segera berlari menuju ke tempat gadis itu berada. Dia mengandalkan penerangan seadanya dari pantulan cahaya luar. Tubuhnya bahkan beberapa kali menabrak benda-benda yang ada di sekitaran sana, sebelum akhirnya ia bisa sampai ke depan pintu kamar mandi tersebut. Tok, tok, tok! "Cia?" panggilnya sambil terus mengetok pintu. "Presdir? Kenapa lampunya mati?" suara gadis itu terdengar bergetar. Ia sangat ketakutan hingga meneteskan air mata. "Aku juga tidak tau. Apa kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir. "A-aku takut!" jawabnya dengan suara terisak. Ling Yue yang mendengar suara gadis itu bergetar pun semakin khawatir. Rasanya ia ingin menerobos masuk ke dalam sana, tapi itu tidak mungkin. Dia harus cari cara lain. "Apa kamu sudah selesai mandi?" tanya Ling Yue kemudian. "Belum, aku baru saja habis cuci muka dan menyikat gigi," jawabnya dengan polos. Pria itu terdiam sejenak, "Mmm, begini saja, di dekat lemari penyimpanan handuk itu ada juba
Ling Yue menjadi gelisah seketika. Dia mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi pada mereka sebelumnya. Seingatnya, dia terakhir kali hanya memeluki gadis itu sembari menceritakan tentang hal-hal ringan untuk mengalihkan rasa takutnya. Hanya itu dan tak ada lagi yang terjadi setelahnya. Ya, dia cukup yakin dengan apa yang di ingatnya! Sibuk melamun dan berpikir, tanpa sadar ternyata gadis yang berada dalam pelukannya tersebut mulai menggeliat. Ling Yue yang merasa adanya pergerakan pun langsung panik dan kembali berpura-pura tidur. Ia tidak ingin disalah-pahami atas situasi yang terjadi saat ini pada mereka. Menurutnya, itu bukan salahnya dan bukan juga salah gadis itu. Ini semua adalah murni kesalahan listrik yang tiba-tiba padam itu, pikirnya. Awas saja, nanti ia akan menegur pihak pengelola karena sudah lalai dalam menjaga keamanan tempat tersebut. Untung saja tidak terjadi apa-apa pada mereka semua. "Mmmh...," lenguhnya, tanda gadis itu sudah mulai sadar kembali. "Hoaam
Semua orang tampak berpikir keras. Mereka menerka-nerka, apa maksud dari kalimat petunjuk tersebut."Matahari? Bentuknya bulat dan terang. Terbit dari arah timur, yang kalau disesuaikan dengan lokasi kita saat ini itu tepatnya berada persis di area hutan kecil belakang penginapan. Apa mungkin petunjuk ini menyuruh kita pergi ke arah sana?" ujar Tang Luo dengan wajah penuh tanda tanya."Hmm, cukup masuk akal," sahut Cia Li sambil mangguk-mangguk memikirkan kemungkinan tersebut."Ku rasa petunjuk ini memang menggiring kita untuk pergi ke area itu. Dilihat dari cara pemilihan katanya yang menggunakan arah mata angin, sudah pasti petunjuk tersebut merujuk pada sebuah tempat. Seperti yang kita tau, orang kuno dulu menggunakan arah mata angin sebagai patokan suatu wilayah." Ling Yue setuju dengan apa yang rekan timnya itu katakan. Setelah menela'ah lebih jauh, otak jeniusnya memikirkan hal yang sama."Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita pergi ke sana! Kalau Presdir yang sudah berkata sep
"Kenapa Kau bisa ada di sini?!" tanya Ling Yue dengan kening berkerut."Tentu saja aku akan ikut serta dalam acara perusahaanmu. Tante bilang, Kau dan semua karyawanmu sedang ada acara hiburan rutin tahunan. Kupikir, akan sangat seru jika aku bergabung dengan kalian. Aku sudah mendapatkan izin dari tante Ling sebelumnya. Kata tante, itu bagus untuk membangun hubungan baik denganmu ...," ucapnya sambil tersenyum manis.Mungkin, dia kira Ling Yue akan senang dengan kedatangannya ke tempat itu. Padahal pria itu tengah kesal setengah mati dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Kalau saja bukan karena penyelidikan kasus kebakaran pabrik perusahaannya sebelumnya, Ling Yue pasti sudah langsung mencekik leher gadis itu dan membuangnya ke tengah hutan terdalam, lalu membiarkan jasadnya hilang dimakan binatang buas!Tapi, apa boleh buat ... dia terpaksa harus banyak bersabar dan mengikuti alurnya secara perlahan, agar semua kedok busuk wanita sialan itu terbongkar."Hah ... Baiklah. Aku akan mengi
"Kau? Apa yang Kau lakukan padanya?!" bentak Ling Yue dengan nada tinggi."Ma-maaf ... aku tidak sengaja menumpahkan kuah Soup panas ke tangannya," akui Fu Lian sambil tertunduk salah.Ia sengaja berpura-pura mengiba untuk menarik simpati orang-orang yang ada di sana. Tapi, percayalah ... dalam hatinya ia bersorak ria melihat gadis sok cantik itu merintih kesakitan. Ia berharap, tangan gadis itu melepuh. Dia sungguh wanita yang kejam."Apa?! Tersiram kuah Soup? Astaga! Kau benar-benar-, aaargh ...!" Ling Yue rasanya ingin memarahi wanita itu habis-habisan. Tapi, terpaksa ia tahan karena melihat kondisi Cia Li yang harus segera mendapatkan pertolongan. Keselamatan gadis itu jauh lebih penting.Ling Yue kemudian segera beranjak untuk menggendongnya. "Chen Li, panggilkan Dokter untuk mengobati Cia!" titahnya pada sang sekretaris."Hum, baik Presdir."Selepas kepergian keduanya, orang-orang yang ada di sana pun mulai berbisik satu sama lain. Ini pertama kalinya mereka melihat sang Presdir