Semua Bab MOIROE: Bab 61 - Bab 70
70 Bab
CHAPTER 60 : PESAN KASIH SAYANG
"Mereka pasti sedang menuju Valhala." Evander berbicara di sampingnya, memberikan segelas air putih kepada Isaura yang duduk di taman, menatap ke arah kejauhan, jauh dari bunga-bunga yang ada di hadapannya. Evander tahu dengan baik apa yang ada di dalam hatinya, tidak mudah untuk melepaskan sesuatu ataupun seseorang begitu tiba-tiba. Dan sebagai seseorang yang pernah mengalami hal itu, Evander tidak memiliki hak untuk meminta pihak lain agar tidak bersedih. Isaura menyesap minuman di tangannya, kembali menatap ke arah bunga-bunga untuk sementara waktu, lantas dia menghirup nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. Isaura berbisik kemudian, "jika aku memohon, apakah menurutmu Aesir Freya akan membiarkan mereka kembali? Sama seperti Sang Odin dan Ratunya, Aesir Frigga, meminta putra mereka, Baldur, untuk kembali dari Helfheim?" "Itu legenda. Seperti yang kita ketahui, legenda tidak terjadi dua kali." Isaura tersenyum kecil, "um, harus ku akui, terkadang aku tidak tahu menga
Baca selengkapnya
CHAPTER 61 : PERASAAN CATO
"Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid
Baca selengkapnya
CHAPTER 62 : ASGARD BERTINDAK
"Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k
Baca selengkapnya
CHAPTER 63 : FORSETI BERTAMU
"Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me
Baca selengkapnya
CHAPTER 64 : BANGKITKAN SAUDARINYA
"Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal
Baca selengkapnya
CHAPTER 65 : KEJUJURAN FORSETI
"Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe
Baca selengkapnya
CHAPTER 66 : PENAKLUKAN
"Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw
Baca selengkapnya
CHAPTER 67 : VILAEVILS
Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O
Baca selengkapnya
CHAPTER 68 : AKHIR KISAH
Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h
Baca selengkapnya
EPILOG
Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status