Semua Bab WOLVIRE (Bahasa Indonesia): Bab 41 - Bab 50
52 Bab
Ingatan
Kami saling menatap dalam diam selama kira-kira semenit penuh, sementara suara benturan beberapa kali terdengar akibat Hugo yang mencoba untuk masuk kembali sebelum suara itu berhenti, seakan Hugo sudah menyerah.“Dia tidak pernah membohongiku, orang asing,” aku akhirnya berkata dengan suara dingin.“Dia memang telah membohongimu, Bara,” balas Saga keras kepala. “Dan aku bukan orang asing.”Suhu tubuhku memanas dengan drastis. Saat aku mendekati Saga, ia mengambil langkah ke belakang, mundur karena kepanasan.Aku mungkin tengah kebingungan dan apa yang telah kulakukan patut dipertanyakan, tapi aku masih cukup waras untuk tidak mempercayai kata-kata cowok di depanku ini secara langsung.“Aku melempar Hugo keluar dari sini bukan untuk mendengarkan tuduhanmu, Saga,” desisku seraya menghentikan langkahku. “Kau tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa mereka membohongiku, sementara orang yang katanya
Baca selengkapnya
Racun yang Menyembuhkan
Aku kembali ke kenyataan dalam waktu yang sangat cepat. Aku menatap Saga yang meringis kesakitan seraya memandangku dengan bingung.“Ini… benar-benar sakit dan kau hanya berbaring di atasku selama dua menit penuh!” ia mengomel dengan lemah.Aku cepat-cepat menyingkir darinya dan duduk tak jauh darinya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Rasa terkejut benar-benar membuatku terpaku selama beberapa saat.“Aku… aku hanya diam sebentar, bukannya dua menit,” kataku gemetar seperti orang demam.Saga mengangkat tubuhnya hingga duduk. “Aku tak tahu jika perubahan dapat membuatmu linglung.” Ia lalu menoleh padaku dan ekspresinya yang semula kesakitan berubah khawatir. “Kau tampak… semacam kacau. Kau tidak apa-apa?”Aku beringsut menjauh hingga punggungku membentur tembok. Aku memandang Saga dengan ketakutan baru. “Apa yang telah dia lakukan padaku?”Selama beberapa detik Saga
Baca selengkapnya
Penyerangan
Sebelumnya …. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Saga, Justin dan beberapa orang pilihan dari Suku Serigala Hitam tiba di bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. Hari menjelang petang saat mereka keluar dari bandara bersama-sama dan menumpangi mobil SUV sewaan.“Kita sudah sampai di Palembang, selanjutnya apa?” tanya Justin dengan suara kering, menoleh ke arah Saga dengan tatapan ragu.Saga menghela napas perlahan sembari menggigit bibirnya. “Menurut informasi yang INDICENT sampaikan, Bara dan Hugo ada di Palembang. Jadi kita akan melakukan pencarian di kota ini. Akan lebih baik jika kita segera melakukan pencarian sebelum Bara melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan.”“Tapi ini sudah hampir petang, Saga. Aku yakin yang lainnya juga pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Bukankah sebaiknya kita istirahat sebentar, baru kemudian melanjutkan pencarian setelahnya
Baca selengkapnya
Kekhawatiran
Kesakten Vampir Segawon.Kata-kata itu bagaikan memenuhi pandangan Hugo yang tengah membuka buku tua itu, membacanya dengan ketidaksabaran yang semakin melunjak. Ketiga kata itu jika diartikan secara harfiah berarti Kekuatan Sakti Vampir Serigala, atau kekuatan sakti wolvire. Isinya tentang apa saja yang bisa dilakukan oleh seorang wolvire, dalam hal ini tentu saja wolvire biasa.Emosi Hugo semakin menjadi-jadi saat pada salah satu bagian di buku itu menjelaskan bahwa gigitan wolvire yang dalam bentuk serigala kepada vampir lebih mematikan daripada gigitan atau cakaran wolf-shifter biasanya. Begitu pula sebaliknya, jika wolvire sedang dalam bentuk vampir, maka gigitannya pada wolf-shifter juga akan lebih mematikan dari vampire biasa.Namun, itu tidak berlaku pada wolvire bernama Barbara.Hugo membanting buku tentang wolvire itu ke lantai dengan kuat, merasa sangat marah pada dirinya sendiri dan juga pada gadis istimewa itu. Reksa, sang raja iblis
Baca selengkapnya
Alam Bawah Sadar
Aku kembali ke kamar setelah kepergian Saga … siapa pun dia. Aku memeluk diriku sendiri dengan sikap seperti anak kecil yang kehilangan ibunya, atau mungkin akan lebih tepat: kehilangan kewarasan. Aku memegangi kepalaku, lalu berbaring miring, meringkuk seperti anak kecil.Aku mengingat semuanya, tepat setelah kenangan aneh menarikku dari kenyataan saat … setelah aku melukai bahu Saga. Aku mengingat bagaimana Hugo membawaku secara paksa dengan memanfaatkan seorang cowok bernama Arga. Aku ingat bagaimana lelaki dengan bekas luka itu mengancam Arga dengan pistol hingga aku terpaksa ikut dengannya.Aku juga ingat tentang … aku menutup mata, mencoba mengatakan satu kata itu, terasa sangat berat meskipun hanya dalam hati.Dad.Hanya ayah angkat, tapi aku teringat betapa aku menyayangi dia. Lalu, Mom.Aku menangis, benar-benar menangis. Aku mengepalkan kedua tanganku erat-erat hingga kuku-kukuku yang tak terlalu panjang menyakiti tel
Baca selengkapnya
Luka Tanpa Sengaja
“Katakan padaku bahwa memori-memori yang kudapat saat itu tidak benar, Hugo!” aku membentak dengan suara dalam dan bergema; suara wujud serigalaku.Hugo mendengkus seraya mengangkat kedua tangannya, lalu mengangkat bahu. “Kau mau aku mengatakan apa, Barbara? Bahwa itu semua tidak benar dan kau seharusnya tidak mempercayai bocah vampire itu?” ia menyeringai. “Karena aku punya keyakinan yang kuat bahwa kau mulai mempercayai entah apa yang sudah kau alami di dalam bangsal itu.”Emosiku tiba-tiba memuncak dan aku bergerak begitu cepat, lebih cepat dari kedipan mata, menerjang lelaki dengan bekas luka di pipi itu hingga kami menabrak dinding batu kamarku. Kupikir aku berada di atas angin, namun nyatanya Hugo mampu menyerangku balik dengan melemparkan badanku hingga aku terhempas ke atas tempat tidur.Napasku tersentak keluar dengan tajam. Aku mendengar suara kayu dari tempat tidur yang memprotes karena berat tubuhku yang jatuh memb
Baca selengkapnya
Reksa
Aku tak tahu apakah aku pernah mengharapkan akan mengalami semua kejadian yang melibatkan makhluk-makhluk mitos seperti vampire dan manusia serigala, tapi yang pasti aku merasa menyesal sudah mengenal dunia ini.Aku bahkan tidak mengenal diriku sendiri. Siapa aku, di mana aku seharusnya berada, apa aku; pertanyaan-pertanyaan itu terdengar sangat normal dan mudah, tapi hidupku yang kacau menyulitkan segalanya, bahkan yang paling sepele sekali pun.Aku mencoba tetap sadar dengan memikirkan hal-hal semacam ini di kepalaku, sementara Hugo ….Beberapa dari kalian pasti akan mengira bahwa gerakan Hugo pasti akan sangat terbatas sekali mengingat betapa parah kondisi lengannya. Namun, nyatanya justru sebaliknya.Hugo melesat begitu cepat, tepat setelah aku menggertaknya karena dia berani mengancamku.Ancamannya tidak main-main dan aku sebetulnya tidak terkejut dengan itu, tapi kecepatan gerakannya adalah hal lain. Sesaat sebelumnya ia tampak begitu
Baca selengkapnya
Iblis Terkutuk
Aku tanpa sadar telah mundur beberapa langkah saat Reksa si iblis berubah menjadi dirinya yang sebenarnya. Udara panas bagaikan memenuhi kamar dan membuat napasku menjadi sesak. Namun, aku bisa menahan rasa panas itu, meski tetap saja aku kewalahan untuk menarik oksigen dari hidungku.Sosok iblis itu berwarna merah kehitaman, secara harfiah menyala-nyala bagaikan jilatan api. Kedua matanya berbeda warna; yang satu hitam dan yang lain merah. Yang membuatku cukup terkejut adalah kepala dan tinggi tubuhnya.Iblis dalam bayanganku adalah sosok serba merah atau serba berapi dengan kepala plontos dan dua tanduk kecil, serta bertubuh besar dan sangat tinggi. Namun, iblis di depanku ini tidak botak, melainkan berambut gondrong seperti rambut genderuwo pada umumnya. Meskipun ia masih sesuai bayanganku, yaitu menyala-nyala, tapi ia tidak sangat tinggi atau sangat besar. Tinggi dan besar tubuh iblis itu kurang lebih sama saja seperti para pemain basket.Reksa si iblis menc
Baca selengkapnya
Sebuah Visi
Pikiranku terbang ke suatu tempat sementara kegelapan itu masih mencoba menggerayangiku. Aku ingin menghentikannya, tapi aku tidak bisa. Mendadak sebuah visi muncul di benakku.Kukira aku sedang tertidur, tapi ternyata tidak. Aku terbangun. Aku tidak tahu apakah aku kini sedang bermimpi, masih di dalam halusinasi akibat perbuatan Reksa, atau bahkan sudah sadar dan entah bagaimana menjadi gila.Aku merasakan tubuhku terbaring di atas tempat tidur. Terbaring … begitu saja. Mataku bergerak menatap dinding ruangan yang tampaknya terbuat dari papan.Aku merasakan sedikit kepanikan karena aku tak bisa menggerakkan tubuhku sama sekali. Kucoba untuk bernapas dengan hembusan teratur dan memejamkan mata; berkata pada diri sendiri bahwa ini bukanlah apa-apa, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Namun, mendadak detak jantungku meningkat, bagaikan palu yang bertalu-talu, memukul paku yang terlalu bebal untuk menembus sebuah papan. Perasaan ini bukan perasa
Baca selengkapnya
Seseorang Bernama Aria
Aku merasa takut karena aku tampaknya mulai terbiasa dengan sensasi tarik-menarik visi ini. Sampai kapan ini akan berlanjut?_________________________Gadis itu  menguap. Siapa yang tidak akan bosan jika kau duduk berjam-jam di dalam mobil tanpa kegiatan yang berarti, seperti tidur, misalnya? Ia sudah melempar buku fiksi kesukaannya ke dalam tas, setelah hampir satu jam memelototi benda itu dengan antusiasme yang makin lama makin menghilang. Ia tidak tahu kenapa kemampuannya dalam menewaskan diri di mana dan kapan pun tiba-tiba meluruh. Di saat-saat seperti inilah kejengkelan nyaris membuatnya frustasi; nyaris. Seberapa jauh sebenarnya jarak yang ditempuh untuk mencapai sekolah asrama sialan itu? Satu tahun, mungkin.Ini benar-benar menyebalkan!Aria melirik lelaki berusia empat puluhan tahun yang duduk di balik kemudi dengan sinis. Ia yakin pantat Pak Baga sudah hampir melepuh. Aria sendiri sudah berganti pose duduk setidaknya seju
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status