Semua Bab WOLVIRE (Bahasa Indonesia): Bab 11 - Bab 20
52 Bab
Kekhawatiran
Serigala itu menerkamku hingga tubuhku jatuh dan terhempas ke lantai hutan. Namun, cuma itu. Serigala itu mendengking senang dan segera menyingkir dari hadapanku seraya melompat-lompat kecil seperti anak anjing. Seandainya aku punya riwayat penyakit jantung, aku pasti sudah bertemu malaikat tampan yang siap menghukumku di neraka. Kutatap Justin dari bawah. “Apa-apaan itu tadi?!” Aku berdiri dalam satu helaan ringan. Namun, hal selanjutnya yang terjadi membuatku menyesal telah berdiri. Aku berharap masih terkapar di tanah. Kalau bisa pingsan sekalian. Serigala hitam di hadapanku menguap seperti kabut kelabu tebal di pagi hari yang dingin. Tak sampai lima detik, serigala berkabut itu digantikan dengan sesosok pemuda lain sebaya Justin yang berdiri sambil berkacak pinggang. Ia cengar-cengir memandang Justin dan aku. Aku bisa dibilang telah menampar otot lengan Justin dan membuat telapak tanganku panas sendiri. “Dia siapa?” bisikku pada Justin. “Dia cuma sulap, 'kan?” Justin menatap
Baca selengkapnya
Hati yang Terluka
Baru sekitar seratus lima puluh meter kami memelesat, Justin dan David berhenti di sebuah bukaan sempit dengan pohon-pohon tinggi yang melingkarinya. Sepatuku menginjak permukaan tanah yang lebih lembap dari tempat kami semula.“Mau apa kita berhenti di sini?” tanyaku heran.Mereka tak mengatakan apa-apa, tapi David merogoh sebuah lubang di antara semak-semak. Aku takut pemuda itu terpatuk ular, tapi saat David mengeluarkan tangannya, tak ada apa pun yang terjadi.Justin menggamit tanganku dan kami bertiga mundur ke salah satu sisi pohon. Sedetik kemudian, bukaan bundar di hadapanku ambrol ke bawah tanah. Aku terkejut dan tersurut mundur lebih jauh.“Come in.”David melompat ke lubang bundar gelap itu tanpa ragu sedikit pun.Aku mencengkeram lengan Justin. “Apa maksudnya, ‘come in’?”Justin melepas cengkeraman tanganku dan beralih menggenggamnya.“Hitungan ketiga, kita lompa
Baca selengkapnya
Penculikan
Malam itu aku tidur di ruangan yang sama dengan keluargaku.Keluarga.Dadaku sesak saat mengingat salah satu dari mereka telah tiada.“Barbara ….”Aku bergelung semakin rapat menghadap dinding. Suara lembut Ibu semakin membuatnya semakin tak tertahankan.Mereka bilang Hugo—laki-laki yang menyerang rumah Kakek—membawa serta jasad Ayah entah untuk apa. Aku sempat mengamuk pada Kakek karena dia tak mau menghentikan lelaki itu.“Aku sangat lemah, Bara,” bisik Kakek tadi. “Aku tak mampu lagi melawan Hugo. Dia terlalu kuat.”Aku memahami itu. Hanya saja aku masih terlalu kecewa. Masih terlalu sakit untuk bisa menerima keadaan Kakek saat itu.Perasaanku hancur.Aku berjalan keluar dari kamar-bersama itu dengan perasaan tak keruan. Ibu memanggilku lemah, tapi aku hanya bergumam tak jelas padanya.“Apa kau pikir Ibu juga tidak merasa sedih, Bara?” seru Ibu;
Baca selengkapnya
Untuk Mati
Orang bilang kita bisa merasakan sesuatu jika kematian tengah menghampiri diri kita. Orang bilang, tanda-tanda itu akan tampak nyata dan sekaligus aneh di mata orang lain. Sebagian lagi berkata bahwa orang yang akan mati itulah yang paling menyadarinya hingga akhirnya membuat mereka mencoba melakukan salam-salam perpisahan yang akan tampak janggal di mata orang terdekatnya.On the other hand, aku tidak mengalami itu semuanya.Aku tidak merasakan hal aneh apa pun, orang-orang terdekatku pun sekarang jauh entah di mana hingga tak ada seorang pun yang akan memberitahu apa yang salah denganku.Kematianku datang begitu saja tanpa memberiku bocoran sedikit pun mengenainya.“Hi.”Aku menatap seorang gadis yang kini memasuki kamar "tahanan"-ku yang suram. Cahaya matahari hanya bisa masuk di sela-sela ventilasi sempit di atas jendela berkaca hitam legam. Aku pernah mencoba memecahkan kaca itu, berharap kekuatan magis vampir atau wolf-shifter ku
Baca selengkapnya
Kabar Buruk
Seluruh penghuni bunker suku Serigala Hitam tiba-tiba terbangun saat teriakan Arga membahana hingga menimbulkan gema kepanikan.Linda Alexander dan Aryadi Brawijaya tersentak bangun dengan kekagetan ganda. Satu karena teriakan Arga, yang lain karena Barbara tak tampak di kamar mereka.“Lin, ada apa?” Aryadi menghela tubuhnya hingga terduduk, kepalanya masih sedikit berdenyut meski ia sudah dirawat lebih dari seminggu di markas berbentuk bunker ini. “Mana Bara?”Linda bangkit, matanya tak urung menyorotkan kecemasan. “Entahlah. Tadi Barbara sempat keluar sebentar. Kurasa ia masih di luar sekarang.”Aryadi pelan-pelan turun dari ranjangnya. Linda segera menghampiri dan membantunya berjalan. Mereka keluar dari kamar bersamaan dengan beberapa orang yang tampak terburu-buru berlari ke arah aula.“Gawat! Gawat! Berkumpul!” suara Arga masih membahana di seantero bunker.Dibantu oleh Linda, Aryadi tert
Baca selengkapnya
Diskusi
Empat sosok berumur yang merupakan Tetua Suku Serigala Hitam tampak duduk mengelilingi meja bundar di sebuah ruangan. Begitu pula dengan Aryadi dan Linda, juga Alvaro selaku pemimpin suku tersebut.Salah satu Tetua yang memakai mantel cokelat dan duduk di kursi roda berdeham. Pria uzur bernama Magen itu melirik sekilas pada Aryadi dan Linda.Magen menatap Alvaro dengan tajam. “Alvaro, kau tentu paham bahwa Hugo tidak akan tahu tentang markas ini jika ia sendiri yang ke sana-kemari mengendus-endus rerumputan di bawah kakinya.”Alvaro mengangguk. “Aku sudah memerintahkan tangan-kananku untuk segera menyelidiki itu, sir.”Seorang Tetua bermata sipit dengan wajah berkeriput mendengkus. Ia menarik tangannya dari meja dan menyilangkannya di dada, bersedekap.“Kuharap itu tidak membutuhkan waktu lama,” ia mencetus. “Sudah cukup buruk kita kehilangan seorang wolvire penting tanpa harus membiarkan markas disusupi be
Baca selengkapnya
Sesuatu yang Tak Diutarakan
Pagi itu pesawat Garuda Indonesia membelah langit berkabut nan pasti menusuk tulang. Linda memandang Kepulauan Bangka Belitung di bawah sana yang semakin mengecil hingga tak tampak lagi di antara tumpukan awan dan embun di jendela pesawat.Vampir wanita itu menggigil. AC bukanlah penyebabnya, melainkan berbagai pikiran buruk yang tiba-tiba saja melintas di dalam organ vital Linda yang tersembunyi di antara tempurung kepalanya. Sungguh menyakitkan saat kau tak bisa menepati janji pada seorang sahabat yang telah mati.Linda menyandarkan kepala saat tangannya terkepal di atas pangkuan hingga buku-buku jarinya memucat. Seandainya Linda bisa berlaku egois satu kali saja, ia tak akan mau mempedulikan Barbara lagi sementara suami tercintanya telah tewas akibat ulah seseorang yang menginginkan anak perempuan itu.Tenggorokan vampir wanita itu serasa diganjal oleh kekosongan yang hampa. Dalam lubuk hatinya yang tersembunyi, Linda mengakui bahwa ia sedikit sakit hati dan
Baca selengkapnya
Ritual Tujuh Napas
Aku tak pernah merasa begini sengsara, bahkan saat Dad dan Mom membatasi kebebasanku.Beberapa jam setelah gadis yang membawakan aku makanan pagi itu keluar, aku hanya duduk diam bersandar di atas tempat tidur. Air di teko sudah habis kuminum dan makanan di atas piring masih utuh. Aku benar-benar tak ingin memakannya, tak peduli jika di sana tidak ada racun sekali pun.Aku tahu aku terdengar bodoh. Jika aku bermaksud ingin mati, aku seharusnya tidak perlu meminum air itu. Aku seharusnya tidak menelan atau menenggak apa-apa. Seharusnya aku berbaring saja hingga tubuhku lemah dan kurus kering.Namun, otakku seperti mengingatkan aku terus menerus. Selalu memberiku harapan pada diri sendiri bahwa entah bagaimana Grandpa dan Mom pasti berusaha mencariku. Aku tak bermaksud sombong, tapi aku yakin seisi suku Serigala Hitam pasti akan ikut mencariku.Aku tak tahu apa-apa, sungguh. Namun, menilik dari apa-apa yang kulihat dan kudengar sampai sejauh ini, sepertinya
Baca selengkapnya
Tenggelam
Langit masih menggelegar seakan malaikat sedang melecutkan petir kematian pada iblis-iblis yang berkeliaran. Satu per satu korban di bawahku mengalami hal yang sama seperti wanita tadi. Korban yang tak berada di jangkauan pandanganku … aku hanya bisa mendengar jerit kesakitan dan kemudian tawa mereka, serta kata-kata bahasa Jawa yang sama yang mengatakan bahwa mereka memberikan jiwa mereka karena aku.Hal lain yang membuat semuanya semakin mengerikan adalah nyanyian para orang bersyal. Sesuatu seperti cairan yang mengalir keluar dari telinga ke leher membuatku yakin bahwa itu adalah darahku. Pendengaranku serasa dikorek-korek dengan benda teramat tajam; begitu menyakitkan dan tak tertahankan. Rasa sakit tak hanya berhenti di situ saja. Rasanya seperti seseorang sedang menggempurkan palu raksasa ke batok kepalaku. Penglihatanku hilang-timbul berkali-kali namun kesadaranku tak juga menyerah barang sedetik pun.Aku kesakitan.Aku lelah.“Tak w&e
Baca selengkapnya
Kenangan
“Kita terlambat, Dad!”Linda menggerak-gerakkan kakinya dengan penuh kekhawatiran. Matanya menatap barisan pepohonan yang melesat di luar jendela mobil yang mereka tumpangi menuju Alas Purwo (Hutan Purwa). Aryadi memegang kedua tangan wanita itu yang tak henti-hentinya saling meremas dengan gugup. Linda menoleh pada lelaki yang sejak bertahun-tahun lalu telah menjadi ayah angkatnya itu. Aryadi merangkul dan menepuk-nepuk bahu vampir-wanita itu dengan lembut.“Berpikirlah positif, Lin,” Aryadi berkata menenangkan. Sejenak ia diam, lantas menghela napas dalam-dalam. “Atau paling tidak kau bisa … anggap ini semua akibat dari kesalahanku, seperti yang sebelumnya kau katakan di markas suku Black Wolf. Jika itu busa membuatmu sedikit lebih lega.”Linda menyentakkan tangannya dan menatap Aryadu dengan sorot mata seakan-akan telah tersinggung.“Itu tidak akan mengubah apa-apa, kau tahu,” desis Linda, tiba-tib
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status