Semua Bab Janda Muda (Indonesia): Bab 1 - Bab 10
53 Bab
Kemarahan Bapak
 "Dulu kan sudah Bapak bilang. Jangan menikah dengan Bram. Dia itu lelaki tidak baik! Ganteng, iya. Kaya, memang! Tapi, kalau tidak bertanggung jawab buat apa, Kenanga?!" omel Handoko pada putrinya semata wayang yang baru saja selesai menidurkan kedua buah hatinya. Baru sore tadi Kenanga tiba dari Jakarta setelah menyelesaikan sidang cerainya dengan Bram, pria yang dulu pernah dicintainya setengah mati. Ya, dulu. Sebelum ketahuan dia memiliki wanita lain, yang lebih muda dari Kenanga dan menjadikan gadis itu sebagai simpanan. Wanita yang kini usianya ada di awal tiga puluh itu hanya menunduk. Apa yang dikatakan Bapaknya benar. Dulu, tak ada yang menyetujui ketika Bram melamarnya. Tetapi, Kenanga tetap bersikeras. Bagaimana pun juga
Baca selengkapnya
Tidak Pernah Cukup
"Ibu siapkan makan dulu untuk mu. Kamu belum makan sejak tadi," ucap Ibu lembut melepaskan pelukannya lalu mengecup lembut kening putrinya."Nanga gak lapar, Bu," balas Kenanga memaksakan senyumnya. Ia tak ingin menambahkan kesedihan di hati Ibunya yang mulai menua dan matanya mulai rabun jauh jika tak mengenakan kacamata. "Kamu harus makan. Lapar gak lapar yang penting makan! Kalau kamu sakit, siapa yang akan menjaga Magani dan Argani? Ibu sudah tua, gak kuat kalau disuruh momong!" jawab Ibu dengan suara serak lalu berjalan ke dapur dan lagi-lagi, air matanya merembes. Disekanya cepat-cepat menggunakan ibu jari agar Kenanga tak melihatnya. Saat ini, anaknya lah yang paling hancur. Jiwanya yang paling lebur. Dan sebagi seorang Ibu, Melati harus tabah dan kuat. Ia harus bisa menjadi pilar untuk anaknya agar Kenanga tak jatuh dan bisa terus menjalani kehidupannya meski tanpa seorang suami.Kenanga beranjak
Baca selengkapnya
Janda Bukan Dosa
Lama tidak tinggal di kampung, Kenanga merasa cukup senang karena di sini lah tempat kelahirannya dan tumbuh menjadi seorang remaja. Salah satu desa yang ada di kabupaten Kudus. Desa yang mayoritas penduduknya menghasilkan uang dari cara bertani maupun bekerja di pabrik rokok."Kapan pulang, Nanga?" tanya Tiwi pura-pura tidak tahu. Padahal, sejak tadi, sebelum kenanga datang ke warung, ia lah yang paling getol membicarakan Kenanga yang statusnya telah berubah. Dari gadis menjadi istri. Dan dari seorang istri menjadi janda di usia yang masih tergolong muda. "Masih muda kok jadi janda, ya? Pasti gak pinter melayani suami!" kata Tiwi pada Tini saat pertama kali ketemu."Bener, Wi. Cantik, sih! Tapi, kalau di rangjang loyo, ya suami kabur!" sahut Tini tak kalah hebohnya sambil memakan kelengkeng yang ada di depannya. Itung-itung, icip-icip gitu lah meski gak beli.Kenanga yang baru sampai di warung Bu Tejo pun men
Baca selengkapnya
Cinta Seorang Bapak
"Bapak ke mana, Bu?" tanya Kenanga ketika tidak melihat batang hidung Bapak-nya yang biasanya nongkrong di depan rumah sambil kipas-kipas menggunakan kipas yang terbuat dari bambu saat pulang dari warung."Em ... anu ... katanya ada tugas ke luar kota. Tapi gak bilang mau ke mana. Kayak gak tahu saja gimana Bapakmu," jawab Ibu yang baru saja duduk di teras rumah sambil meluruskan punggungnya. Capek lantaran harus membantu mencuci pakaian duo bocil yang nodanya tak hilang-hilang kalau hanya dicuci menggunakan mesin cuci. Harus direndam dan dikucek menggunakan tangan biar bersih!Kenanga meletakkan tas belanjaan dan ikut duduk di sebelah ibunya. "Urusan apa, Bu? Pergi dengan siapa?" Ia penasaran ke mana Bapaknya pergi. "Gak tahu. Bapak gak bilang. Cuma pamit bakalan gak pulang beberapa hari gitu. Kamu masak, sana buat makan siang. Ibu mau leyeh-leyeh dulu.""Huufft. Nanga kan sudah bilang, biar Nanga saja yang n
Baca selengkapnya
You are Not Alone
Handoko mendudukkan bokongnya pada kursi besi yang terletak di pinggir jalan tak jauh dari gedung tempat Bram bekerja. Kulitnya terasa hangat, butiran-butiran keringatnya mulai menetes. Inilah yang tak disukai Handoko dari Jakarta. Panas, macet. Orang kampung seperti dirinya memang tak cocok tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta. Pria itu menguap sambil melihat ke sekeliling. Mencari-cari barangkali ada penjual es yang lewat. Tenggorokannya haus, perutnya mulai keroncongan dan matanya mulai mengantuk.  "Kapan pulang, Pak?" Pesan singkat itu baru dibacanya. Ponsel yang layarnya masih hitam putih itu pun langsung dimatikan. Dia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Kenanga. Handokomerasa tak bisa menjadi Bapak yang baik. Ia gagal memberi kebahagiaan pada anaknya. Dan kepulangan Kenanga dengan status baru yang melekat, membuat Handoko hatinya hancur berkeping-keping. Apalagi, saat melihat putrinya diam-diam menan
Baca selengkapnya
Menyesalkah Bram?
Kenanga membolak-balikkan album foto yang ia bawa sebelum meninggalkan rumah yang ditinggali ketika masih berstatus sebagai seorang istri. Sedangkan Arga dan Maga, sudah terlelap dan terbuai mimpi yang indah karena sesekali mereka tersenyum.  Wanita yang mengenakan daster bercorak batik itu pun menarik napas dalam dan mengeluarkan dari mulut ketika melihat foto keluarga yang ada di tangannya. "Kamu tidak kangen anak-anak, Mas?" tanya Kenanga pada foto Bram. Sudahberhari-hari semenjak mereka tak lagi seatap, Bram sama sekali tidak menelepon anak-anaknya. Setidaknya, kirim lah pesan. Kenanga kerap kebingungan saat kedua bocah kembarnya bertanya "Ke mana Papa, Ma?" Huuffttt. Nanga tak tahu harus menjawab apa. Ia belum siap memberitahukan bahwa mereka, Papa dan Mama mereka telah bercerai. Tapi, apa yang Arga dan Maga katakan? Cerai? Anak berumur enam tahun, tahu apa tentang perceraian? Kalau pun tahu, bagaimana Nanga ak
Baca selengkapnya
Saga VS Kenanga
      "Mama Mama Mama!" teriak Maga dan Arga ketika melihat helikopter yang terbang rendah. Mereka sedang bermain di teras ketika suara helikopter terdengar dengan jelas diikuti benda terbang nan gagah itu di atas rumah mereka.            Tak hanya mereka saja yang ternganga, tetangga-tetangga yang tadinya ada di dalam rumah pun berhamburan keluar karena penasaran dengan apa yang terjadi. Baru sekali seumur ini mereka menyaksikan helikopter yang terbang serendah itu. Padahal, biasanya hanya lewat saja. Selain itu, helikopter yang ada di atas mereka itu bukan kelikopter milik militer. Tetapi mewah dan mengkilap seperti yang sering mereka lihat di layar televisi.         "Arga! Itu Mbah Kakung!" teriak Maga yang rambutnya sedang diikat dua menunjuk ke arah kakeknya yang melambai-lambai sambil melihat ke bawah.       "Arga! Mag
Baca selengkapnya
Cari Istri ....
"Aku tidak peduli jika itu memang urusanmu!" jawab Kenanga sembari mendorong keranjang mainan ke pinggir ruangan. "Tidurlah. Sudah malam. Ini di kampung, bukan di Jakarta. Tidak seharusnya kamu menginap di sini," lanjut Kenanga lagi. Dia tak habis pikir, Saga sekarang pasti bukan hanya kaya melainkah konglomerat. Tapi, tidur saja numpang!"Bapakmu mengijinkan aku untuk tidur di sini," balas Saga menyunggingkan senyumnya yang menawan sekaligus nakal. Melihat bibir yang tersungging itu, buru-buru Kenanga mengalihkan pandangannya. Wajah boleh tampan,tetapi tetap saja dia menyebalkan. Dan kenanga tak ingin jatuh ke dalam pelukan buaya seperti Sagara yang hanya menggunakan ketampanannya untuk menarik perhatian para gadis seperti yang dilakukannya seperti dulu. 'Jangan tergoda, Kenanga! Dia masih Sagar yang play boy seperti dulu!'"Terserah," ucap Kenanga gemas kemudian berjalan cepat menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Dia tak
Baca selengkapnya
Pikiran Kotor Saga
"Yeeeeyyy. Akhirnya sampai juga!" teriak Maga begitu helikopter mendarat di atas gedung tempat Bram bekerja."Arga! Kita sudah sampai. Ayo kita ketemu Papa!" Maga menarik-narik baju saudaranya yang masih asik membaca komik. Dia tahu ini sudah sampai di Jakarta, tapi Arga tak begitu tertarik bertemu dengan Bram. Kalau bisa memilih, dia lebih memilih berada di rumah dan bermain dengan teman-teman barunya di kampung."Hmmmmmm." Dengan malas Arga menutup komik di tangannya lalu membuka sabuk pengaman.Sedangkan Kenanga, dia berusaha menahan kesabaran melihat tingkah laku putrinya. Bikin kepala pening saja. Kalau saja dia tidak rewel, mana mau Kenanga naik helikopter bersama play boy cap kapak yang ada di sebelahnya? Apalagi ketemu dengan Bram. Karena, di mana ada Bram pasti ada Angel. Itu sangat menyakitkan bagi kenanga. Melihat mantan suami dan selingkuhannya adalah hal yang paling ingin dia hindari. "Om, ayo Om kita turun," pinta Maga menoleh
Baca selengkapnya
Mantan Suami yang Menjijikkan
"Di mana anak-anak?" tanya Kenanga kaku begitu sudah sampai di dalam gedung. "Mungkin sudah di lobby bersama Rian," jawab Saga yang langsung melangkah menuju lift. Kenanga yang berjalan di belakang pria itu mengamati dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambut rapi dan terlihat kaku karena diolesi oleh gel, bahu lebar dan terlihat kokoh, kaki panjang yang seolah bisa membawa pria itu ke manapun dia mau serta bokong? Kenanga membuang pandangannya ke arah lain. Pria ini pasti rajin olahraga. Pikir Kenanga yang sama sekali tak dapat memungkiri bahwa kini Saga menjelma menjadi laki-laki yang jauh lebih menarik daripada dulu."Masuklah," suara parau itu memaksa Kenanga menurut masuk ke dalam lift di mana hanya akan dirinya dan juga Saga. "Anak-anak tahu kau sudah berpisah dengan Bram?" telisik Saga meskipun dia sudah tahu bagaimana situasi yang sesungguhnya. Dengan nada ketidaksukaan kenanga menjawab,"Bukan urusanmu. Berhentilah iku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status