Semua Bab BLIND HEART [INDONESIA]: Bab 31 - Bab 40
48 Bab
Bab XXXI - Jebakan Max
"Aku sebenarnya nggak mau berurusan dengan dia lagi, Sil. Tapi aku ngerasa nggak tenang biarin kamu masuk perangkap orang itu. Menurutku ... dia berbahaya."Aku berdehem pelan sebelum membenarkan tali tasku. "Aku tahu, dan kamu nggak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri. Thanks udah ingetin aku," ucapku seraya tersenyum tipis.Leo tersenyum dan mengangguk. "Oke, sudah sampai. Aku mau mampir ke warung ibu kamu, tapi sayangnya ada janji dengan teman," ucapnya ringan.
Baca selengkapnya
Bab XXXII - Musuh Terbesar
Aku mengerjapkan mata seraya memijat kepalaku yang terasa pusing. Kuamati sekitar dan kusadari aku sedang berada dalam kamar pribadi Tuan Max.Samar kuingat kejadian terakhir kali yang membuatku ingin mengumpat bodoh. Ya, aku pingsan karena ciuman Tuan Max yang sialan panas itu.Aku menoleh ke samping dan mendapati pria itu duduk dengan tatapan tajam serta wajah datar. Entah kenapa tubuhku seolah bergetar dan nyaliku seketika menciut."Apa yang kau makan selama ini hingga berat badanmu turun drastis?" tanyanya tajam.
Baca selengkapnya
Bab XXXIII - Kejutan
Mata gelap itu masih memandangku dengan tajam, aura yang dikeluarkan Tuan Max begitu membuatku bergidik tak karuan. Pria itu menarik wajahku hingga merapat padanya. Hembusan napas hangatnya mengakibatkan jantungku berdebar semakin kencang."Aku ingin sekali menidurimu saat ini. Tapi, ada yang lebih penting yang harus kita lakukan," ucapnya datar dengar suara serak.Aku menelan saliva kesusahan, reaksinya membuatku tak mengerti. Jika ia lebih dulu tahu daripada aku, mengapa ia tak memberitahu dan memilih bungkam. Jika begitu, apakah artinya hubungan kami akan seperti ini saja?
Baca selengkapnya
XXXIV - Sedikit Penjelasan
Aku merasakan pusing luar biasa saat pertama kali membuka mata, spontan aku meringis dan memegangi kepala."Syukyrlah, kamu sudah sadar."Aku menoleh dan mendapati Ibu duduk di sebelah ranjangku dengan raut wajah lega.Samar aku mengingat kembali kejadian demi kejadian yang terjadi sebelum aku jatuh pingsan, mungkin terlalu shock untuk menerima kenyataan yang tak pernah terlintas di kepalaku walau hanya sekali.
Baca selengkapnya
Bab XXXV - Mulai Terlena
Sudah bermenit-menit berlalu, tapi mata ini tak juga kunjung terpejam. Sialnya aku malah merasa nyaman bergelung dalam dekapan bayi besar ini. Jangan, Silvana. Kamu tidak boleh terlena oleh pria berbahaya ini. Dia bisa saja memangsamu kapanpun dia mau. Tuan Max itu lebih berbahaya dari singa jantan yang kehilangan betinanya.Aku tiba-tiba kembali merasa sesak saat mengingat malam itu, saat pertama kali ia menyentuhku dengan penuh rasa sakit yang mendalam. Aku tahu ia terluka, dan aku pun sama.Wanita mana yang baik-baik saja
Baca selengkapnya
Bab XXXVI - Pernyataan Cinta
Aku duduk cemberut di atas ranjang yang kini melayang di angkasa. Bagaimana tidak melayang jika saat ini kami sedang berada dalam jet pribadi milik pria tua mesum itu.Sementara dirinya yang sangat bersemangat kemarin sedang duduk tenang di atas sofa sambil mengamati tablet di tangannya, sesekali wajah pria itu terlihat mengeras dan ia juga mengumpat, sungguh sangat tidak sopan.Aku heran sekali, pria ini kasar dan berprilaku buruk, selalu mengancam dan mengekangku ini itu, tapi sialnya aku malah jatuh hati dan memaafkan kesalahannya begitu saja. Aku bodoh dan aku kesal menyadari hal itu.Kini, aku sudah sah menjadi istrinya. Sungguh sampai detik ini pun aku masih belum percaya sepenuhnya, tapi bukti kongkrit tentang video serta kesaksian Jo dan Miama yang sudah kutanya langsung membuatku tak bisa berkata apa-apa.Sebelum kami berangkat, Tuan Max sempat memberiku lembaran surat yang harus kutandatangani agar pernikahan kami resmi di mata negara.Tangank
Baca selengkapnya
Bab XXXVII - Saling Mencintai
Aku membuka mata perlahan, menikmati udara sejuk yang menenangkan pikiran. Pandanganku bergerak ke kiri dan kanan, lalu menyadari bahwa kini aku sedang berada di kamar luas bernuansa putih dan abu-abu.Terakhir kali kuingat adalah kami menaiki yacht setelah terbang berpuluh jam. Sekarang aku sadar, bahwa aku sudah sangat jauh dari keluargaku.Aku menurunkan kaki menginjak lantai marmer yang terlihat mengkilap, pandanganku tertuju pada tirai berwarna abu-abu yang memberi sedikit celah pemandangan diluar sana. Jantungku berdetak kencang, bersama riak gembira yang serempak datang.Kusibak tirai dengan perlahan, dan sontak aku menahan napas. Pemandangan di luar sana begitu menakjubkan. Pepohonan hijau dengan pasir putih terhampar indah memanjakan mata, riak gelombang dari kejauhan terdengar bersahut-sahutan.Aku menggeser pintu balkon dan segera menghirup udara segar yang memanjakan paru-paru. Segala rasa penat akibat perjalanan jauh yang kami tempuh seolah sirna
Baca selengkapnya
Bab XXXVIII - ADA APA?
Tuan Max benar-benar mewujudkan keinginannya tempo hari. Jika kemarin ia memaksa melakukannya di atas pasir putih, kini ia mulai melancarkan aksi di bebatuan besar yang terletak di dekat tebing di pinggiran pantai. Ombak kecil menyapu lembut  kakiku yang mulai bergetar akibat ulahnya yang menggerayangi tubuhku dengan lihai. Aku melirik kanan dan kiri, tetap saja merasa was-was meski ini pulau pribadi yang katanya dijaga ketat oleh bodyguard Tuan Max di pintu masuk pulau. “Sejak kedatanganmu aku merasa menjadi pria cabul karena selalu ingin menerkammu hanya karena suarumu saja,” ucapnya parau. Aku mencebik sinis. “Anda memang cabul,” sahutku kesal mengingat tangan gatalnya yang dulu sesuka hati menyentuhku di mana-mana. Dia terkekeh di ceruk leherku. “Harummu terla
Baca selengkapnya
Bab XXXIX - Berita Mengejutkan
Aku tiba di Jakarta dengan pengawalan ketat dari Jo dan para bodyguard suruhan Tuan Max. Meski aku tahu, mereka memberi jarak agar tak terlalu menarik perhatian banyak orang.Sebuah mobil berhenti dan Jo membukakan pintu untukku. Aku masuk tanpa bicara, mengabaikan Jo yang duduk di samping supir. Mobil mulai membelah jalan raya, aku berusaha memejamkan mata untuk mengurangi rasa penat dan sesak di dada.Tapi tiba-tiba suara dering ponsel Jo membuatku waspada, apalagi ketika pria itu menggeram kesal dengan nada khawatir terselip di dalamnya."Dasar pria keras kepala!" umpatnya, "Berhenti di depan!" perintah Jo kemudian."Ada apa, Jo?" tanyaku was-was.Dia menoleh ke belakang dengan wajah menegang. "Anda pulanglah ke rumah, saya harus segera pergi!" ujarnya datar."Tuan Max dalam bahaya?" bisikku waspada."Tidak ada waktu, Nyonya. Anda harus segera pulang dan mematuhi perintah Tuan Max. Sementara saya akan menyusul ke Inggris.""Inggris?
Baca selengkapnya
Bab XL - Kegilaan Lydia
Aku memutar kunci lalu mendorong pintu dengan perlahan, tak dapat kupungkiri jantungku berdetak begitu kencang. Ruangan ini terlihat berdebu meski barang-barang tetap tertata rapi.Langkahku semakin jauh ke dalam, aku mengamati sekitar dan tak menemukan sesuatu yang kucari. Entahlah, apa aku berharap menemukan bukti percintaan mereka di sini?"Tuan Max mengurung Nona Lydia dan pelayan-nya di sini selama seminggu." Miama bersuara di belakangku.Aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status