Semua Bab Bodyguard I'm in love: Bab 71 - Bab 80
118 Bab
Menculik Psikopat, bisa?
"Oh, kau ingin mengambil emas itu?"Edwin tak menggubris. Ia melirik jam tangannya sepintas. Detik demi detik berlalu. Waktu Edwin tidak banyak. Ia tak ingin basa-basi menanggapi pertanyaan Aleta. Sesuai arahan Haiden. Ia harus kembali sebelum jarum pendek berhenti di angka dua.Oke. Edwin balas tersenyum. Bukan tampan apalagi manis. Ia berwajah menyeramkan. Selayaknya preman pasar tapi lebih berkelas.Aleta memperhatikan baik-baik selangkah pria itu. Tepatnya burung yang pernah ia mainkan kemudian ia potong saat sedang tegang-tegangnya. Oh, saat itu Aleta sangat puas. Senyumnya pun mengembang."Edwin Scott," sebut Aleta untuk kali pertama memanggil nama Edwin dengan nama asli. Bukan julukan Hulk lagi."Aleta Lousion," balas Edwin, menyeringai tipis seraya merogoh saku celananya.Otomatis arah mata Aleta tertuju pada gerakan tangan Edwin. Ia lihat apa yang hendak Edwin ambil.Tanpa Aleta sadari itu adalah siasat guna mengalihkan perha
Baca selengkapnya
Kehilangan Jejak
Di tengah padatnya jalanan Moskow. Mobil yang Haiden tumpangi melesat gesit. Supirnya sesekali melirik spion. Menemukan pengguna motor matic, yang di belakangnya ada boxs paket."Ada yang mengikuti kita, Mr," lapor si supir. Kebetulan ia belum tau menahu soal Jhon.Spontan Haiden dan Edwin serempak menoleh. Mereka temukan sebuah motor tengah selip sana sini guna mengejar mobil_mereka_tumpangi."Damn!" umpat Edwin. "Itu Jhon Christy. Bodyguard setan cilik ini."Alis Haiden terangkat sebelah. Sudah ia tebak, sosok Jhon pasti akan mengikuti kemanapun Aleta pergi. Lantas, pria itu merogoh saku jasnya. Ia keluarkan dessert eagle dan ia lempar ke pangkuan Edwin.Tanpa penjelasan. Edwin mengerti apa maksud Haiden. Edwin pun membuka kaca mobil secara keseluruhan. Tubuhnya menjulur keluar. Ia arahkan mulut dessert eagle ke arah Jhon.Sialan. Jhon lupa tidak memakai helm. Rombongan angin menerpa wajah Jhon. Meniup kencang rambutnya ke belakang. Memper
Baca selengkapnya
Red Table
"Red Table nama tempat perdagangan manusia itu. Letaknya tidak jauh dari barat laut. Kemungkinan besar ada jembatan di sekitarnya. Aku belum pernah melihat secara langsung bangunan itu tapi harusnya bangunan perdagangan manusia tidak akan megah_mencolok. Pasti terletak tersembunyi, dan sulit diterima akal sehat kalau itu sebuah bangunan," terang Markus dari seberang gawai.Jhon mengikuti penerangan Markus. Ia melewati sebuah jembatan. Lajunya agak dikencangkan. Di sini ia cukup familiar karena dulu ia juga melewati jalanan ini guna mengawal petinggi sebuah perusahaan mesin roket di kota Khimki.Kemudian Jhon memasuki kawasan yang lebih ramai. Banyak bangunan di setiap sisinya. Jhon melihat-lihat mencari.Sejauh ia melajukan mobil. Ia tidak menemukan bangunan seperti yang Markus sebut."Aku tidak menemukan bangunan dengan ciri-ciri yang kau sebut," kata Jhon.Lembaran demi lembaran Markus bolak-balik. Gerakannya cepat. Suaranya sampai Jhon dengar.
Baca selengkapnya
Wanitaku, Aku Datang
Sedari Jhon masuk. Ia tidak melihat satupun penjaga. Tidak semacam club. Pasti ada penjaganya entah dua atau tiga."Kelihatannya di sini tidak ada penjaga. Sengaja begitu atau ada udang di balik batu?" tanya Jhon.Markus bergumam. "Jangan tertipu. Di setiap titik ada CCTV yang memantau semua kegiatan mereka. Bahkan kau pun sudah terekam di CCTV. Saat mereka menemukan kecurigaan, otomatis anak buah Haiden akan keluar secara tiba-tiba. Seperti saat kau di basement. Apa kau mengira ada orang di sana?"Oh, sial. Jhon baru ngeh."Artinya aku harus ekstra hati-hati karena Haiden dan Edwin sudah mengenal wajah ku.""Iya. Kalau bisa kau gunakan sesuatu untuk menutupi wajah mu. Misal topeng atau apalah tapi jangan sampai mengundang perhatian pemantau CCTV itu," saran Markus.Damn. Jhon mengumpat kesal. Datang ke tempat Haiden ternyata serumit ini. Tau begitu ia pasti bersiap-siap atau setidaknya meminta bantuan Romis juga."Jhon," panggil Mark
Baca selengkapnya
Aku Tidak Mudah Mati
"Edwin!"Darah mengalir deras dari urat leher Edwin. Tampak segaris sayatan yang dalam hingga urat leher pria itu putus."Edwin!"Haiden berubah panik. Ia berjongkok kemudian memastikan Edwin masih hidup atau sudah pergi ke neraka.Tiba-tiba Haiden terduduk lemas. Baginya ini seperti mimpi. Baru saja ia melihat Edwin berdiri dengan gagahnya tapi sekarang pria itu sudah menjadi mayat.Semua pengunjung saling melihat satu sama lain. Wajah mereka tidak lagi tenang.Jhon menurunkan senapannya. Sudut bibir Jhon terangkat perlahan. Ia tau seorang wanita di balik tirai adalah si pelaku.Di balik tirai Aleta memandang lekat pisau cincin miliknya dari sang sahabat. Senyum Aleta mengembang. Darah mengalir, menghiasi punggung tangannya yang putih bagai salju.Jadi, saat Edwin menutup tirai. Sebenarnya obat pemberian Haiden telah berhenti bekerja. Namun, Aleta tidak bisa langsung bergerak karena tubuhnya telah beberapa jam tidak difungsika
Baca selengkapnya
Bukan Lawannya
"Argh!"Spontan sepupu Edwin itu melepas dagu Aleta. Darah segar mengalir dari pergelangan tangannya, tetapi luka yang Aleta berikan belum dalam. Tidak sampai memotong urat nadi laki-laki tersebut."Sayang sekali," gumam Aleta dapat laki-laki itu dengar."Setan cilik!"Aleta terkekeh-kekeh kecil. Netra indahnya mengarah pada tombak lelaki itu. Keinginan Aleta untuk memilikinya terlalu menggebu. Otaknya terus berpikir. Bagaimana caranya supaya tombak itu jatuh ke tangan Aleta.SaatttAlih-alih tengah memikirkan segudang rencana. Lelaki itu mengangkat tombaknya kemudian ia arahkan ke Aleta. Sigap Aleta menghindar."Aku peringatkan! Mengalah atau akan ku buat seluruh bagian tubuh mu terpisah!" ancam lelaki itu. "Ingat! Aku bukan Edwin yang bisa kau kelabui dan mudah kau kalahkan. Aku Tiger, Tiger yang sekali menginginkan mangsa pasti tercapai.""Tiger," ulang Aleta disusul tawa kecil terkesan mentertawakan, "apa kau tidak tau jika
Baca selengkapnya
Ratu Iblis
Pandangan Aleta beralih ke samping. "Setan!"Lima meter di depannya ada mayat terbujur kaku dengan rambut awut-awutan serta wajah menghadap ke arah Aleta, dan wajah itu membusuk.Meskipun ruangan begitu gelap tapi Aleta mampu melihat dengan sedikit cahaya. Itu sangat menyeramkan. Ia berpaling cepat, dan mendapati Tiger tersenyum lebar dengan deretan gigi putih berkilau."Bajingan! Tempat apa ini?"Tiger terbahak-bahak. Ia senang melihat ekspresi takut dari wajah seorang Aleta. Baginya ini adalah sesuatu yang langka karena ekspresi takut Aleta sangat natural.Aleta tidak mengerti. Tempat yang ia datangi adalah satu-satunya tempat yang sangat menjijikan serta menakutkan.Tempat ini terletak paling belakang dari semua ruangan di gedung ini sendiri. Untuk mengambil nyawa para wanita pembangkang, yang Haiden miliki. Tiger, Edwin dan anak buahnya biasa menyiksa mereka di sini. Mereka berteriak kesakitan, meminta tolong, memohon ampunan hingga nyaw
Baca selengkapnya
Hampir
Di tempat lain. Jhon berhasil melumpuhkan beberapa anak buah Haiden. Para penghalang itu terkapar kesakitan. Jhon buru-buru melanjutkan langkah kakinya sebelum anak buah Haiden yang lain berdatangan.Ia dibuat gusar. Semua tempat sudah ia telusuri. Sosok Aleta tidak ada di sana. Jhon berpikir Aleta mungkin telah sampai di garasi. Ia pun memutuskan keluar gedung.Selain kendaraan, Jhon tidak melihat apapun. Ia juga berlari ke mobilnya. Aleta tidak ada. Kepala Jhon terasa sangat panas. Rasa-rasanya ingin meledak membayangkan sesuatu buruk yang mungkin menimpa Aleta.Waktu terus berjalan cepat. Jhon hanya punya waktu setengah jam lagi. Sial. Ini benar-benar memuakkan. Jhon pikir, baru beberapa menit di dalam. Ternyata ia telah membuang waktu banyak untuk menyingkirkan para cecunguk itu."Markus?"Sayangnya panggilan telah selesai. Ponsel Jhon dalam keadaan lowbat. Mau tak mau, Jhon kembali masuk.Selang lima detik setelah Jhon masuk. Dua mobil
Baca selengkapnya
Tertinggal Jejak
"Aleta!"Saat itulah, Jhon melihat wajah Aleta pucat pasi. Bibirnya yang merah terlihat membiru dan membeku. Darah kering menghiasi betisnya yang putih dan mulus. Serta beberapa kotoran yang melekat pada bagian lengan serta kaki miliknya. Bukan hanya itu saja. Lebam biru juga ada di beberapa titik. Seperti kening dan tulang rahangnya. Parahnya lagi ada satu pemandangan yang membuat celana Jhon sesak. Sial. Jhon melihat jelas bentuk segitiga bermuda hitam yang ia kenakan."Bajingan!"Meskipun begitu Jhon teramat kesal karena seseorang telah membuat Aleta kacau.Jhon sangat panik. Otaknya hampir tidak bisa bekerja. Ia menginjak pedal gas mobilnya. Ia pacu mobil itu dengan kecepatan tinggi.Seumur-umur. Setiap Aleta terluka. Entah kecil atau besar. Entah parah atau ringan. Gadis itu tidak pernah datang ke rumah sakit. Ia selalu dibawa ke lab praktek ayahnya. Namun, untuk membawa Aleta ke sana makan waktu cukup lama. Jhon tidak bisa mengambil keputusan
Baca selengkapnya
Meski Kau Mematikan, Aku Tetap Cinta
Langit hitam sempurna.Dokter cantik dan seksi itu akhirnya keluar ruangan diikuti perawatnya yang tak kalah seksi dengan balutan seragam nurse ketat seolah sengaja didesain untuk membentuk tubuh sintal miliknya.Jhon bergegas bangun. Ia menyeka buliran hangat diwajahnya. Lalu, bertanya pada sang dokter."Apa dia baik-baik saja?"Dokter cantik mengangguk sambil memperhatikan penampilan Jhon sekilas."Tindakan kriminal telah terjadi. Sebaiknya kau lapor polisi," saran si dokter.Ya meski Jhon tidak memberi dokter itu penjelasan. Dokter cantik itu sendiri pasti paham apa yang telah menimpa Jhon dan Aleta. Terlebih ada luka tembak di kaki Aleta. Mustahil sekali jika luka tembak itu disebabkan oleh security penjaga supermarket."Iya. Aku sudah membuat laporan," jawab Jhon, berbohong. "Kau belum menjawab pertanyaan ku. Keadaan Aleta bagaimana?""Hem, Aleta." Dokter itu malah bergumam. Kemudian tenggelam dalam pikirannya yang meneraw
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status