All Chapters of Kuliah Bareng Anak: Chapter 11 - Chapter 20
27 Chapters
Episode 12
Malam hari Brian baru pulang dari tempat bisnisnya, Luna menunggunya untuk makan malam."Brian, Ibu mau cerita." Ucap Luna dengan serius."Cerita apa Bu? Kok serius banget? Ada masalah?" Tanya Brian sebelum menyendokan nasi ke mulutnya."Kamu masih ingat orang yang mewawancarai Ibu waktu pendaftaran?" Tanya Luna."Iya masih. Memang kenapa?" Tanya Brian penasaran karena terlihat wajah ibunya yang sangat serius ingin menceritakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.      "Namanya Pak Tedi, dia dosen Ibu yang masuk hari ini. Terus tadi dia ngajak Ibu pulang bareng, tapi Ibu tolak. Eh dia malah ngancam ibu, kalau tidak mau pulang bareng nilai Ibu akan jelek katanya. Dengan terpaksa Ibu terima tawaran dia." Jelas Luna dengan raut wajah yang terlihat kesal sekali."Oh gitu ya. Ya sudah tidak apa-apa kalau memang dia bersedia mengantar Ibu. Aku jadi lebih tenang kalau ada yg ngantar Ibu pulang." Ucap Brian dengan santai."Tapi Brian.
Read more
Episode 13
Di rumah, Luna memberi tahu Brian bahwa akan ada pertandingan basket. Brianpun antusias ingin menonton pertandingan basket itu. Kebetulan pertandingannya di adakan hari rabu. Meskipun sebenarnya Brian tidak ada kelas, tapi dia datang pagi bersama Luna."Bu, aku sudah siap ayo kita berangkat." Teriak Brian yang tidak sabar berangkat ke kampus ingin menonton pertandingan basket."Iya bentar. Ibu siap-siap dulu." Jawab Luna.Sampai juga mereka di kampus. Brian berjalan sambil menggandeng tangan ibunya. Brian tersenyum senang ingin melihat pertandingan basket. Luna pun tersenyum. Bukan karena ia ingin melihat Arif melainkan tersenyum karena melihat anaknya senang.Arif melihat Luna bersama laki-laki yang dia sendiri tidak tahu siapa. Arif cemburu melihat Luna bersama laki-laki lain. Biasanya Arif akan nyamperin Luna, tapi kali ini dia tidak menghampirinya karena laki-laki tersebut yang di maksud adalah Brian.       Pertandingan sebentar
Read more
Episode 14
Di kampus ada tiga mahasiswi yang menghampiri Brian saat sedang istirahat. Brian tidak kenal siapa mereka."Hallo! Boleh kenalan?" Tanya salah satu dari mereka yang mengulurkan tangannya."Brian." Jawab Brian singkat tapi tak membalas uluran tangan perempuan itu karena Brian sedang fokus membaca buku."Kalau aku Angel." Ucap perempuan itu yang bernama Angel. Hanya Angel yang memperkenalkan diri sedangkan 2 temannya hanya diam saja."Oh iya." Jawab Brian yang terlihat masa bodo."Kamu sudah punya pacar belum?" Tanya Angel to the point."Kalau belum, memangnya kenapa?" Tanya Brian balik. Brian heran dengan pertanyaan Angel."Mau enggak kalau kamu jadi pacarku."  Ucap Angel terang-terangan di depan Brian dan 2 temannya. Sontak ucapannya membuat Brian kaget."Maksudnya?" Tanya Brian dengan raut wajah bingung mendengar ucapan Angel."Aku lihat kamu itu orangnya ganteng,rajin, dan pintar. Jadi, aku suka sama kamu." Jelas Angel.
Read more
Episode 15
Hari ini ada jadwal kelas Pak Tedi. Sebenarnya Luna malas bertemu Pak Tedi yang enggak jelas orangnya. Tapi, mau tidak mau Luna harus masuk kelas.Saat Pak Tedi sedang menjelaskan tiba-tiba ada seseorang yang datang terlambat."Maaf pak saya datang terlambat." Ucap seseorang itu ngos-ngosan sepertinya habis lari."Sepertinya kamu salah masuk kelas. Selama ini Saya tidak pernah melihat kamu di kelas ini." Jawab Pak Tedi."Iya pak. Beberapa minggu yang lalu saya memang ijin tidak masuk kelas. Ini surat ijinnya pak, kalau Bapak tidak percaya." Kata seseorang itu menyodorkan kertas ke Pak Tedi."Baik kalau begitu. Silakan kamu duduk! Besok-besok jangan terlambat!" Perintah Pak Tedi.Luna yang melihat seseorang itu datang seperti mirip mas Dodi. Orang itupun memilih duduk di samping Luna. Dari sudut matanya, Luna sedikit melihat ke arah orang yang ada di sebelahnya. Benar-benar mirip dengan mas Dodi. Tapi setelah berkenalan ternyata namanya Rasya. 
Read more
Episode 16
Karena sudah beberapa kali Luna tidak masuk kelas Pak Tedi. Akhirnya Pak Tedi mendatangi rumah Luna.Tok! Tok! Tok! Luna melihat dari jendela siapa yang datang. Setelah tahu yang datang adalah Pak Tedi, Luna tidak membukakan pintu. Namun ketukannnya semakin keras. Lunapun memerintahkan Brian untuk membukakan pintu."Permisi, Brian. Ibu kamu ada?" Tanya Pak Tedi."Ibu saya ada Pak. Tapi maaf sepertinya beliau tidak mau bertemu Bapak setelah Bapak mengajaknya ke club." Jelas Brian sopan meskipun sebenarnya geram melihat Pak Tedi."Boleh saya masuk?" Tanya Pak Tedi yang sedari tadi berdiri di depan pintu."Oh boleh, silakan masuk!" Kata Brian mengijinkan Pak Tedi masuk ke dalam rumahnya."Sudah beberapa pertemuan Luna tidak masuk kelas saya. Saya khawatir nilainya tidak bagus. Tapi, saya heran tugas dia selalu ada di meja saya." Jelas Pak Tedi."Iya Pak. Ibu saya trauma sama Bapak. Ibu saya selalu minta tolong sama Sindy untuk menan
Read more
Episode 17
Saat di kelas, Rasya menanyakan kabar Luna. Entah kenapa ketika melihat Rasya hatinya bahagia dan tenang."Hai, Luna. Kemana saja kamu?" Tanya Rasya sambil menulis sesuatu di kertas."Ada keperluan." Jawab singkat Luna dengan senyuman."Bangku kamu sering kosong. Aku jadi sering kehilangan kamu." Ucap Rasya yang membuat hati Luna luluh. Ternyata selama ini Rasya kehilangan Luna."Hhm iya maaf. Setelah ini aku akan masuk terus kok." Kata Luna."Oke." Jawab Rasya.Kini Luna menjadi semakin semangat kuliah karena ada Rasya. Dia baik dan perhatian. Dan juga wajahnya yang mengingatkan Luna pada mas Dodi.Di rumah, Luna senyum-senyum sendiri membayangkan Rasya. Hatinya seperti kembali jatuh cinta. Tapi, Luna sedikit tersadar dia tidak boleh baper dengan perhatian Rasya. "Aku lihat, Ibu sepertinya sedang bahagia. Ada apa nih?" Tanya Brian yang sedari tadi berdiri di pintu kamar Luna."Enggak apa-apa kok. Gimana kamu sama Sindy?" J
Read more
Episode 18
Di kelas, Luna sedang mendengar percakapan Rasya dengan teman perempuan kelas Luna yang lainnya."Hai! Kemarin kamu kemana? Kok tidak masuk kelas?" Tanya Rasya pada perempuan itu."Iya. Kemarin aku sakit." Jawab perempuan itu."Sekarang sudah sembuh?" Tanya Rasya lagi."Sudah mendingan.""Semoga kamu cepat sembuh ya. Jaga kesehatan!" Kata Rasya dengan perhatian.Batin Luna berkata, ternyata Rasya tidak hanya perhatian padanya saja,tapi pada semua orang yang ada di kelas.Entah kenapa Luna sedikit kecewa dengan perhatian Rasya. Luna berencana untuk menjauh dari Rasya agar dia tidak baper dengan perhatian Rasya."Hai Luna! Kamu kenapa? Sepertinya lesu gitu." Tanya Rasya."Tidak apa-apa." Jawab Luna yang beranjak pindah tempat duduk."Owhh. Kenapa pindah?" Ucap Rasya pelan yang tidak di dengar Luna.***Rasya adalah seorang anak pengusaha kaya yang sering bolak-balik keluar negeri untuk mengecek bisnis ayahnya. Dia
Read more
Episode 19
Sesampainya di rumah, Brian menunggu cerita dari Luna. Lunapun menceritakan semuanya termasuk kalau dirinya nanti akan menikah dengan Rasya. Brian akan setuju kalau memang Rasya orang baik dan benar-benar akan menikahi ibunya. Tapi Luna malah terlihat sedih bukan bahagia. Bukannya selama ini Luna selalu tenang ya kalau dekat dengan Rasya.Luna sedih karena Rasya ingin menikahinya karena terpaksa, bukan karena sengaja memilih Luna. Semoga saja papahnya Rasya membatalkan rencana pernikahan Rasya dengan Luna karena Luna seorang janda.***Rasya dan keluarganya sedang makan di meja makan. Terjadi perbincangan serius antara Rasya dan keluarga besarnya."Pah, Papah batalkan saja rencana pernikahan Rasya dengan Luna. Kerena Rasya baru tahu kalau Luna itu janda anak satu." Kata Rasya."Bagus kalau gitu. Berarti Luna sudah berpengalaman dalam berumah tangga." Jawab papahnya."Ya tidak bisa gitu dong Pah. Anak kita inikan masih perjaka masa mau di nikahin s
Read more
Episode 20
Hari pernikahan pun telah tiba. Keluarga Brian sangat bahagia melihat Rasya menikah. Namun sejujurnya mamah Rasya tidak suka Brian menikah dengan janda tapi karena suaminya sudah mendesak akhirnya setuju juga."Selamat Brian! Akhirnya kamu menikah dan mendapatkan bagian dari bisnis Papah. Kamu beruntung mempunyai istri cantik seperti Luna." Ucap Papah Rasya yang terlihat sangat bahagia. "Iya Pah. Terima kasih." Jawab Brian.Di sudut pelaminan Brian terlihat sedih dan bahagia melihat Ibunya menikah lagi. Sedih, karena Ibunya sudah jadi milik orang lain. Bahagia karena ada mau lagi mendampingi Ibu selama ini. Brianpun segera menghampiri dan memeluk Ibunya."Ibu! Selamat ya! Semoga Ibu selalu bahagia dengan suami Ibu." Bisik Brian di telinga Luna sambil menangis."Brian, kamu kok nangis?" Tanya Luna."Aku menangis bahagia,Bu" Ucap Brian yang semakin memeluk erat Ibunya.Rasya yang melihat pemandangan itu langsung menghampiri mereka berdua
Read more
Episode 21
Luna tidak tahu kalau mereka menunggunya,dia pun merasa tidak enak dengan semuanya. Rasya tidak memberitahu Luna kalau keluarganya sedang menunggunya."Kita udah nunggu 1 jam. Perut sudah lapar. Kamu enggak datang-datang." Ucap Mamah Rasya dengan sinis."Maaf mah, Luna tidak tahu." Jawab Luna menunduk."Lain kali kalau mau terlambat datang. Kabarin Rasya ya biar kita tidak menunggu." Ucap Papah Rasya dengan lembut."Iya Pah."Saat makan malam Luna hanya makan sedikit. Selain dia sudah makan dengan Brian diapun tidak ada nafsu makan kalau di meja makan bersama keluarga Rasya.Setelah makan malam, Luna dan Rasya masuk kamar. Luna ingin bicara sama Rasya kenapa dia tidak memberitahu Luna kalau keluarganya menununggu untuk makan malam."Rasya, kenapa kamu enggak ngasih tahu aku kalau keluarga kamu nungguin aku. Tadikan aku bilang mau nemuin Brian dulu di rumah.""Aku tidak mau membebani kamu Luna. Kamu bebas mau melakukan apa saja."
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status