Semua Bab Kuliah Bareng Anak: Bab 21 - Bab 27
27 Bab
Episode 22
Aku tahu, sepertinya ibuku sedang ada masalah dengan suaminya. Tapi, aku enggak mau maksa beliau untuk cerita sekarang kalau beliau belum bersedia menceritakan semuanya sama aku. Ibuku butuh ketenangan di rumah ini, jadi aku tidak boleh mengganggunya.Mobil sudah siap berangkat, tapi ibuku belum siap-siap berangkat kuliah."Bu, ayo berangkat!" Seruku kepada ibu."Brian, hari ini Ibu ijin dulu. Jadi, kamu berangkat sendiri saja." Kata ibu." Ya sudah, kalau begitu aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum." Ucapku sambil mencium tangan ibuku."Wa'alaikumussalam. Hati-hati ya!" Jawab salam ibu.***Rasya POVSaat aku bangun tidur, ternyata Luna tidak ada di kasur. Sepertinya Luna ada di kamar mandi. Eh, tapi kok dari tadi malam dia belum keluar-keluar dari kamar mandi ya? Aku coba buka pintunya, ternyata tidak ada orang. Mungkin dia sudah ada di meja makan duluan.Aku sudah rapi memakai pakaian, tinggal sarapan. Semuanya anggota keluarg
Baca selengkapnya
Episode 23
Author POVSudah beberapa hari Luna tidak pulang ke rumah Rasya. Rasyapun tidak mencoba untuk menjemput Luna. Mereka hidup masing-masing untuk sementara. Dan selama beberapa hari itu juga Luna tidak masuk kuliah.Brian senang bisa bersama lagi dengan Ibunya, tapi di sisi lain dia juga sedih. Karena, masalah ibunha belum di selesaikan.Di kampus, Brian berusaha bertemu dengan Rasya untuk berbicara serius dengannya."Aku mau bicara serius." Kata Brian."Ada apa,Brian?" Tanya Rasya."Aku mau kasih pilihan. Mau pertahankan Ibuku atau melepaskannya?" Tanya Brian to the point."Maksudnya?" Tanya Rasya bingung,tidak mengerti dengan pertanyaan Brian."Kamu tidak berusaha menjemput Ibuku dan menyelesaikan masalah?" Tanya Brian lagi."Kami tidak ada masalah kok." Ucap Rasya polos yang membuat Brian sedikit geram."Kalau tidak ada masalah, kenapa Ibuku tidak mau pulang ke rumahmu." Brian bertanya sedikit keras."Mungkin Dia kang
Baca selengkapnya
Episode 24
Papahku senang sekali melihat Luna kembali ke rumah."Luna, bagaimana kabarnya?" Tanya papah."Alhamdulillah, Luna baik-baik saja,Pah." Jawab Luna tersenyum."Luna, kalau Rasya berani macem-macem sama kamu, bilang sama Papah ya." Kata Papah membela Luna."Hhmm,iya Pah." Jawab Luna tertawa kecil.Kata-kata Papah kepada Luna sepertinya memberikan peringatan juga kepadaku, aku akan mencoba menjadi suami yang baik buat Luna.Di dalam kamar, Luna masih belum bicara dengan denganku. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbicara lebih dulu."Lun, sekali lagi aku minta maaf ya. Bukan maksud aku ingin menyakiti hati kamu soal kata-kataku waktu itu. Hanya saja aku tidak mengerti bagaimana menjadi seorang suami." "Iya." Jawab Luna."Lun, kalau ada sesuatu kamu boleh bilang sama aku. Jangan ada yang di tutup-tutupi biar aku mengerti.""Iya." Jawab Luna lagi."Kamu kok dari tadi cuma bilang 'iya' terus?" Tanyaku heran."Kam
Baca selengkapnya
Episode 25
Saat kami sedang berjalan menuju kelas, ada Arif menghampiri kami."Luna! Kamu baik-baik saja kan? Akhir-akhir ini kamu jarang ke kampus." Tanya Arif. "Alhamdulillah aku baik." Jawabku."Nanti siang kita makan bareng yuk. Kamu mau enggak?" Tanya Arif. Aku melihat ke arah wajah Rasya yang bingung dengan Arif."Maaf, aku enggak bisa. Aku duluan ke kelas ya!" Tolakku yanb langsung jalan dan melambaikan tangan ke Arif.Rasya tak bisa menutupi rasa penasarannya kepada Arif."Siapa tadi?" Tanyanya."Dia Arif namanya." Jawabku."Siapanya kamu?" Tanyanya lagi."Teman." "Tapi kok perhatian banget ya sama kamu." Tanya Rasya terus penasaran."Kayaknya sih Dia suka sama aku." Jawabku jujur agar Rasya penasaran lagi."Terus, kamu juga suka sama Dia?" Tanya Rasya terlihat tidak suka wajahnya."Ya enggak lah! Aku kan sudah punya suami." Jawabku agar Rasya tidak salah paham.Rasya lega mendengar jawaban
Baca selengkapnya
Episode 26
Akhir-akhir ini papah selalu mengajak aku berbicara. Papah mencoba membuat aku menjadi pemimpin yang baik,entah itu di dalam keluarga ataupun di perusahaan. Papah juga menceritakan pengalam-pengalaman pahit yang sudah pernah beliau lewati,agar menjadi pelajaran buat aku.Setelah makan malam, Luna biasanya langsung masuk kamar. Tapi, malam ini dia menemani aku mengobrol sama papah."Sini Lun! Kita ngobrol bareng," ajak papah."Iya,Pah. Hehe." Luna mengangguk tersenyum dan duduk di sebelahku."Luna! Rasya! Kalau bisa kalian harus cepat-cepat punya anak ya. Papah ingin sekali melihat cucu dari kalian.""Iya,Pah. Doakan semoga Luna cepat hamil," ucapku sambil melihat ke arah Luna.Banyak sekali yang papah ceritakan kepada aku dan Luna. Di mulai dari masa kecil sampai tua sekarang. Dulu juga papah bukan orang yang sukses seperti sekarang. Papah memulai bisnisnya dari 0 dan bersungguh-sungguh hingga aku dan keluargaku bisa menikmati hasilnya.Luna
Baca selengkapnya
Episode 27
Author POVSetelah beberapa tahun, akhirnya mereka wisuda. Luna teringat dengan Brian yang ingin menikahi Sindy setelah lulus kuliah.Luna mengajak Rasya untuk ke rumah Brian karena memang sudah lama sekali mereka tidak ke sana."Rasya! Kita ke rumah Brian yuk! Aku kangen sama dia," kata Luna mengajak Brian."Sama aku kangen enggak?" Rasya bergelayut manja di lengan Luna."Setiap hari kita ketemu,masa kangen," ucap Luna yang bikin Rasya cemberut."Ya sudah. Ayo kita ke rumah Brian." Merekapun jalan ke rumah Brian. Di perjalanan Luna bicara sama Rasya tentang rencana Brian akan akan menikah dengan Sindy. Rasya kaget,karena dulu dia sempat tertarik sama Sindy juga. Tapi,Rasya tidak memberitahu Luna tentang Sindy.Setelah mereka sampai di depan pintu rumah Brian,mereka mengetuk pintu berkali-kali. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Mereka berpikir Brian sedang tidak ada di rumah. Luna mencoba menelepon Brian, tapi tidak aktif.
Baca selengkapnya
Episode 28
Brian povAlhamdulillah Sindy mau menerima lamaranku. Aku bahagia sekali,penantianku selama ini tidak sia-sia. Aku memang sudah ikhlas kalo Sindy memilih laki-laki lain. Tapi, ternyata dia masih menerima aku.Beberapa hari lagi pernikahan akan di langsungkan di kediaman rumah Sindy. Pestanya hanya sederhana,tidak terlalu mewah. Di rumahku juga, sedang mempersiapkan membuat seserahan dan lain-lainnya.Semua persiapan di rumahku, ibu yang mengatur. Sesekali beliau bertanya kepadaku tapi, aku percayakan semua pada ibu.Satu-satunya keluargaku adalah ibu. Aku tidak mempunyai keluarga besar. Jadi,aku hanya mengundang teman-temanku dan karyawan yang ada di kantor. Oh iya, mungkin ibu akan mengundang keluarga besar suaminya.***Setiap hari aku selalu mencoba latihan ijab qobul. Agar pada saat hari H aku tidak salah ucap. Aku berlatih di dalam kamar agar tidak ada yang melihat dan mendengar. Tapi suatu hari tiba-tiba aku melihat ibu berdiri di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status