All Chapters of Arjuna & Julia (INDONESIA). : Chapter 31 - Chapter 39
39 Chapters
31. Masih Sakit.
"Kamu lagi buat apa?" Arjuna meletakkan bungkusan plastik belanjaanya di atas meja. Ia berjalan menghampiri Julia. Berdiri di belakang istrinya, lalu mengecup leher samping istrinya sehingga membuat Julia menggeliat geli. Dan Arjuna malah semakin mengeratkan pelukannya, ia enggan kalau istrinya lepas dari kungkungannya. "Kok kamu sudah pulang?" Julia agak terkejut melihat kehadiran Arjuna yang tiba-tiba dan langsung memeluknya dari belakang, walaupun hanya singkat karena Julia sudah berhasil melepaskan diri dari lilitan suaminya. "Ini lagi buat kue. Aku belum masak apa-apa. Kamu mau aku buatin apa?" tanya Julia tak enak. "Tidak apa-apa. Aku makanya nanti saja." Arjuna terkekeh melihat meja dapurnya penuh dengan adonan kue dan beberapa kue-kue yang sudah jadi. "Sekarang setiap aku pulang ke rumah, pasti di sambut dengan koki yang lagi membuat kue," ujarnya sambil mencomot kue yang masih hangat tersebut berselai coklat. Bibirnya tersungging nikmat. Julia tersenyum malu-malu. "Kan ka
Read more
32. Mengajak Arjuna untuk menjenguk mama.
"Papa.. Kok pagi-pagi sekali Papa sudah datang ke mari?" Julia menemui Ridwan setelah diberi tahu Yasmin kalau papanya datang dan sedang menunggu di ruang tamu. Ridwan tersenyum melihat putri semata wayangnya yang kelihatan segar dan semakin berisi. Tampaknya juga Julia baru saja selesai mandi. "Papa ingin mengajak kamu dan Arjuna menjenguk Mama. Kondisi Mama semakin hari semakin menurun. Papa harap kalian bisa ke sana." Ridwan menghela nafas, terlihat dia sedang memaksakan diri untuk tersenyum seolah tegar. Namun bingkai wajahnya yang terlihat lelah malah menggambarkan kisah sebaliknya. "Jadi kondisi Mama masih belum pulih ya?" Julia ikut murung. Jujur ia juga merindukan Lauren, mamanya. Seburuk apapun beberapa perlakuan Lauren padanya, nyatanya yang selalu menancap di hatinya adalah beberapa kebaikan tulus dari Lauren yang pernah ia rasakan. "Semalam, kata dokter, Mama nge-drop lagi." "Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang saja, Pa." Ridwan mengangguk setuju. "Bagaimana den
Read more
33. Membujuk.
Julia dan Ridwan berjalan beriringan di koridor rumah sakit. Mereka berjalan dengan cepat, namun bukan berarti lari. Ridwan menggenggam tangan Julia erat, berjaga-jaga kalau putrinya tak sengaja kakinya terlilit sesuatu hingga menyebabkan anak kesayangannya terjatuh, apalagi dia tahu kalau Julia saat ini sedang hamil besar. Semakin khawatirlah beliau. Bahkan setiap langkah mereka mengandung rasa was-was yang teramat karena pikiran yang melayang pada satu sosok perempuan. Perempuan yang sekarang menderita penyakit parah. Mereka mulai memelankan langkahnya saat hampir sampai di ruangan rumah sakit yang kini di tempati Lauren. Dari balik kaca transparan Julia mengintip, begitu juga dengan Ridwan. Yang dari gerakan tanganya mengajak anak perempuannya untuk lekas masuk. Namun Julia sama sekali tidak bergeser dari tempatnya berdiri. Julia menatap papanya sebentar, "apakah boleh kita masuk?" tanyanya celigukan seperti orang kebingungan. Ridwan mengangguk tanpa ragu. "Dokter sudah me
Read more
34. Menghitung Waktu.
Arjuna membuka matanya pelan. Lampu kamar yang terbilang redup sudah cukup mampu untuk membuat matanya menatap istrinya dengan jelas. Ketika ia menoleh ke samping kiri. Ada Julia di situ. Tanganya tertimbun oleh leher dan pipi lembut istrinya. Kadang pernah terpikir oleh Arjuna kenapa para perempuan suka sekali menjadikan tangannya sebagai bantalan tidur, padahal itu membuat tubuh terutama bagian bahu pegal. Namun Arjuna tak pernah memprotes. Julia saat ini tengah tertidur miring menghadap padanya. Digunakannya kesempatan itu untuk memeluk istrinya dengan erat, namun tetap berhati-hati supaya perut Julia tidak tertekan. 'Huhhhh' Arjuna terdengar membuang nafas panjang. Disaat yang bersamaan, tubuh istrinya bergerak-gerak berontak seperti ulat menggeliat minta dilepas. Lalu terdengar suara rengekan serak khas suara orang baru bangun tidur. "Arjuna, lepas……" rengek Julia dengan mata yang masih terpejam. Mendengar suara istrinya, Arjuna semakin gemas sendiri. Ia semakin kencang me
Read more
35. Kepergian Mama.
Langkah kaki riang Julia terasa ringan. Ia membawa beberapa jenis makanan ringan, berjaga-jaga siapa tahu ada yang ingin menyantap camilan selagi senggang. Setelah membiarkan Arjuna bersama mamanya cukup lama diruang rawat inap, Julia memutuskan untuk segera masuk ke dalam. Di sebelahnya ada Vino yang sibuk mengoceh curhat tentang Tavisha yang ngeyel ingin mengajaknya segera nikah dan Vino bilang kepada Julia kalau ia belum siap akan hal itu. Sedangkan Ridwan sendiri, tadi sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan rawat inap Lauren. "Arjuna, kamu sudah......" kalimat Julia terhenti. Arjuna dan Ridwan yang sedari tadi fokus pada kegiatan dokter langsung menoleh. Matanya menyaksikan dokter dan beberapa suster yang tengah sibuk mencabuti selang infusnya. Julia terkejut. Ditatapnya sang papa yang tengah menghela nafas pasrah, juga Arjuna yang balik menatapnya dengan senyuman tipis namun mengandung duka yang tertahan. Ketika Vino menarik tangan dan menggenggam erat tangannya, membuat Ju
Read more
36. Selalu Saja Ribut.
Setelah mereka berdua selesai makan camilan yang dibuat Julia, keduanyapun berjalan menuju ke kamar. Julia lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih, sedangkan Arjuna terlihat sibuk bermain dengan ponselnya sambil rebahan. Arjuna melempar pandanganya ke arah istrinya ketika Julia membuka pintu kamar mandi, dan keluar dari dalam kamar mandi. "Kamu tidak sekalian cuci muka, juga sekalian gosok gigi?" tegur Julia, ia menepuk-nepuk wajahnya lembut dengan handuk. Arjuna menggeleng, dan kembali menatap ponselnya, "tiba-tiba aku ingin makan martabak telor, dan martabak manis. Kamu mau tidak?" tawar Arjuna. Julia merespon dengan bibir yang melongo. Lagi-lagi suaminya yang hobi kuliner itu, perutnya tidak pernah merasa kekenyangan. "Boleh. Tapi aku baru saja gosok gigi," keluh Julia, tapi selanjutnya ia langsung berubah pikiran. "Ya, sudah. Kamu pesan sekarang." Arjuna mengangguk setuju. "Kita tunggu sekita dua puluh menit. Kamu jangan tidur dulu." "Aku sudah ngantuk.
Read more
37. Jalan-jalan.
Seperti rencana awal yang telah ditetapkannya kemarin. Hari ini Julia berniat untuk pergi ke rumah papanya. Akan tetapi, tadi pagi-pagi sekali perempuan itu menangkap gerak-gerik mencurigakan dari suaminya, yang ternyata Arjuna memutuskan untuk ikut mengantar sekaligus mengawasi Julia. Sampai selamat tentunya. Mungkin lelaki itu baru sadar bahwa dia sudah harus siap siaga mulai dari sekarang. Takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. "Kita naik motor lagi ya," ujar Julia yang kelewat antusias, sampai ia mengabaikan mimik muka Arjuna yang tiba-tiba berubah menjadi pelik, dengan satu lirikan heran mengarah pada Julia. "Serius kamu mau naik motor lagi?" tanya Arjuna berusaha untuk bersabar dengan tingkah aneh-aneh istrinya yang menurutnya lumayan ekstrim untuk seseorang yang sedang hamil tua. Sekarang istrinya sedang hamil tua, bagaimanapun ia menginginkan yang terbaik untuk istrinya. "Iya." "Coba jelaskan secara singkat alasan kamu sangat menyukai berpergian naik motor?" "S
Read more
38. Promosi Kue.
Menjelang istirahat di kantor. Arjuna terlihat sibuk dengan ponsel pintarnya. Matanya fokus menatap tajam gambar menu makanan yang tertera di layar ponselnya. Masih dalam mode konsentrasi diiringi perutnya yang mulai berbunyi."Pesan ini saja, atau yang ini?" ujarnya yang lebih tepat untuk diri sendiri. Ia masih sibuk memilih-milih daftar menu makanan di suatu aplikasi yang tertera. Beberapa menu yang ia lihat dalam keadaan lapar membuat semuanya terasa begitu menggiurkan. Di ruangan itu, Arjuna hanya sendiri, tidak ada yang bisa ia mintai pendapat. Beberapa daftar makanan pesanannya sudah masuk ke dalam list pembayaran dan tinggal menunggu pengantar makanan datang membawakan makanan yang sudah ia pesan. ***Seorang perempuan berkaca mata minus tengah memegang ganggang telepon. Jemari lentiknya dengan lihai memencet angka-angka yang tertera di sana. Segera angka-angka tersebut tersambung pada tujuan yang sudah ditetapkan di kantor tersebut. Tak lama setelah itu, terdengar nada samb
Read more
39. Malam Menuju Pagi.
Pukul 10 malam. Julia menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk segera tidur. Arjuna yang berada di sampingnya masih sibuk dengan laptopnya. Lelaki itu masih harus meneliti beberapa berkas yang akan dia kerjakan besok di kantor. "Bagaimana keadaan di kafe untuk beberapa hari ini?" tanya Arjuna memecah keheningan. Lelaki itu menatap ke arah Julia yang juga tengah menatap ke arahnya. Julia mengatur posisi berbaringnya sebelum menjawab. "Kafe kita mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hampir setiap hari kafe kita ramai dengan pengunjung," jawab Julia antusias. Lalu ia kembali teringat beberapa waktu yang lalu, ia sangat disibukkan ketika kafe sedang ramai-ramainya dengan pengunjung yang ternyata kebanyakan adalah teman kantornya sendiri. "Kebetulan weekend kemarin teman-teman kantor banyak yang datang ikut melariskan kafe kita," ujar Julia menggebu-gebu. Arjuna mengangguk mendengarkan seluruh cerita dari Julia dengan khidmat. Jadi, usahanya ketika melakukan promosi di kantor beb
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status