Semua Bab Suamiku Mencintai Kakakku (INDONESIA): Bab 81 - Bab 90
90 Bab
81. Aku Mati?
Dua hari di rumah Mama dan menghidari Drey, rasanya seperti tidak mempunyai semangat hidup. Tubuhku tidak mau sama sekali diajak bergerak sekali, aku terjaga sampai pagi, tidak melakukan apa-apa selain memandang langit-langit entah untuk apa. Pagi ini aku berjalan dengan gontai ke kamar mandi, masuk ke dalam bak mandi. Airnya penuh. Bak mandi ini lebih besar dari tubuhku. Aku berbaring di dasar bak. Menenggelamkan tubuh lalu wajahku. Gelembung- air muncul dari mulutku saat aku mencoba bernapas. Air mulai muncoba masuk ke hidungku. Perih.Aku pernah membaca sebuah buku. Mati tenggelam adalah cara mati yang paling menyakitkan karena mati tenggelam bukankah secara instan. Begitu tubuh tenggelam akan menahan napas. Fase ini terjadi ketika air akan masuk ke dalam mulut dan menyebabkan epiglotis (Katup napas) tertutup sebagai bentuk proteksi. Di sisi lain membuat sulit bernapas dan susah berteriak. Air tentunya akan lewat melalui hidung, mulut dan telinga. Ketika air masuk ke paru-
Baca selengkapnya
82. Rencana Gagal
Aku mati?Apakah ini akan berakhir? Apakah ini terakhirku untuk hidup.Cara ini akan berhasil. Aku menang. Aku akan membawa mati anak Drey. Aku sudah ikhlas dan aku yakin ini yang terbaik untuk semuanya. Mataku sudah tidak bisa melihat apa-apa selain kegelapan.Arrgh, kepalaku terasa sakit sekali hingga ujung kakiku. Dadaku sesak sekali, hidungku sudah teramat perih kemasukan air. Tubuhku membutuhkan udara, tapi aku semakin lemah di dalam bak mandi. Aku tak ingin keluar dari sana. Aku mencoba untuk mengakhiri hidup. Aku tak ingin cara ini sia-sia.Biarkan aku mengakhiri penderitaan.“Maafkan aku. Aku membunuh anak kita, Drey, “ batinku berkata.Rasa sakit sudah tidak bisa aku tahan. Rasa sakit yang membuat aku kehilangan segalanya dan semuanya lenyap.***Sesuatu menabrak keras di kepalaku. Aku merasa ada sesuatu yang menyentuh bibirku. Aku bernapas. Terbatuk-batuk dan memuntahkan apa saja yang mengganjal di tenggor
Baca selengkapnya
83. Berpisah?
Aku terbangun dari tidur, badanku terasa agak panas. Ah, mungkin aku masuk angin. Tubuhku masih gemetaran. Kepalaku berdengung. Dadaku lebih sesak daripada saat di dalam air tadi. Di saat merasa badan tidak enak, tangan seseorang membelai dahiku dengan sangat lembut. Mama, aku melihat Mama di sampingku. Memperhatikan dengan sorot mata yang redup. Mata Mama terlihat memerah dan sepertinya baru saja menangis.“Mama … kenapa menangis?”Mama mengusap pipi dan di sudut matanya untuk menghapus bekas air mata. Mama menyembunyikan dariku, tapi aku tidak bisa dibohongi. Ya, aku yakin Mama baru saja menangis.Mama tersenyum. “Tidak, sayang. Mama nggak habis nangis kok.”Bohong. Aku tahu mama berbohong. Kuputar kepala untuk melihat jam dinding yang menunjukan pukul 9 pagi dan aku sama sekali melihat keberadaan Drey.Di mana dia?“Drey udah pergi ke kampus, baru aja,” kata Mama seperti membaca pikiranku. &
Baca selengkapnya
84. Luka Hati
Aku melepaskan dengan kasar genggaman dari Drey. Melihat Drey dihadapanku dengan raut berbeda membuat hatiku semakin teriris, sakit tentunya. Drey telah bermain di belakangku dan kenyataan Anna hamil harus aku telan bulat-bulat, dijajal dengan paksa.“Kenapa kamu tidak mengatakan jujur kepadaku?” Aku bertanya dengan menuntut penjelasan Drey, perihal Anna hamil. “Aku dibuat bingung dengan masalah ini.” Aku terkekeh dibuat-buat. “Semua membingungkan. Aku tidak mengerti mengapa. Apa Aku bukan istri yang kamu harapkan?” Pandanganku melihat ke arah Drey dan Mama Katerina.Mama Katerina membelai pipiku, dia seperti memberikan kekuatan agar aku sabar menghadapi semua ini.“Maafkan, Aku. Aku telah menyakitimu lagi. Ini semua salahku.” Kepala Drey menunduk dalam-dalam di pangkuanku. Air matanya menetes mengenai tanganku dan membasahi selimut “Aku mohon,
Baca selengkapnya
85. Sudah Terlambat
[Author POV]Raut sedih di wajah Drey nampak saat  Zany membuka pintu rumahnya. Zany menggunakan baju rumah, dia terlihat baru saja mandi karena rambut terlihat basah. Dia terkejut dengan kedatangan Drey secara tiba-tiba. Mata Drey terlihat begitu sembab, bibirnya pucat dan sorotan mata ingin menangis. Tergambar jelas kesedihan cukup mendalam dari sorot matanya.“Astaga. Kamu kenapa, Drey. Masuk dulu,” perintah Zany tidak tega melihat Drey datang-datang seperti orang yang baru mengalami kejadian menyedihkan dan seperti mayat hidup.Drey berjalan dengan tertatih mendekat Zany yang menatapnya sendu penuh rasa khawatir melihatnya. Keadaan benar-benar menyedihkan, satu kalimat yang Zany sematkan di mulutnya karena melihatnya seperti ini, “Are you ok, Drey?”“Zany ...” panggil Drey lirih. “Ucapkan kalimat untukku,” pinta Drey dengan pasrah.“
Baca selengkapnya
86. Semua Berakhir
[Author POV]Esok harinya aku kembali ke rumah Drey. Mama Davina yang menyuruhku, awalnya aku di rumah Mama Katerina untuk beberapa hari.Sekarang aku menatap kosong ke arah jendela kamar yang menyajikan keindahan halaman rumah Drey yang dijadikan sebagai taman bunga. Bunga-bunga yang aku tanam dan dia rawat sudah mekar dan tumbuh cantik.Apa yang telah terjadi beberapa hari terus berputar dalam benakku.Kalimat yang aku benci telah terucap dari bibirku sendiri. Aku ingin menceraikan Drey, tapi Drey menolak dengan tegas. Aku sudah pernah memohon agar Drey menceraikan diriku, Drey menolak dan menahanku.Bukankah aku  pernahmeminta satu permintaan? Seharusnya Drey tidak menahan kembali permintaanku, seharusnya dia mengabulkan?Aku tau, perceraian adalah perkara hal yang tidak gampang. Kedua pihak harus sama-sama menyetujui. Pilihan yang terbaikkah j
Baca selengkapnya
87. NESTAPA
[Author POV]Jantung Drey berdebar. Dia berteriak frustasi di depan Mama Davina. Dia hancur saat Mamanya memberi tahu bahwa Auryn pergi, Drey marah kepada Mama Davina. Lelaki itu menatap Mama dengan sorot mata redup.“Kenapa Mama membiarkan dia, Ma?!” Drey berteriak kepada Mama, seharusnya Mama Davina tidak membiarkan Auryn pergi, itu yang ada dipikiran Drey. “Kenapa, Ma?” Drey menuntut.Mama Davina hanya bisa menunduk setelah melihat kemarahan dari Drey.“Jawab, Ma!” Getar hati Drey sangat luar biasa. Dia kecewa dan malu pada dirinya sendiri.Kepala Mama Davina mendongak. “Maaf,” kata Mama Davina.Drey mengacak-acak rambut hingga berantakan. SIAL. Kenapa menjadi seperti ini. Auryn benar-benar meninggalkan Drey tanpa berpamitan lebih dahulu. “Aku mencintai dia, Ma. Aku telah menyesali semuanya … tapi aku terlambat menyadari.”“Mencintai Ryn?” Mama tersenyum
Baca selengkapnya
88. KARMA
“Sekarang biarkan dia pergi, Nak,“ kata Mama Davina. Wanita itu melepaskan pelukannya dan menepuk pundak Drey berkali-kali.Drey menatap sendu cincin yang berada di tangannya, digenggam erat dengan air mata sudah bercucuran. Cincin itu belum genap satu tahun melingkar di jari Auryn, namun kini cincin itu sudah kembali pada DreyDalam tangisan disertai derasnya air mata. Drey sempat berpikir. Apakah perpisahan ini akan membuat Auryn bahagia? Lalu bagaimana dengan dirinya? Drey bisa mati tanpa Auryn.  Drey berada dipihak tersakiti setelah ditinggalkan oleh Auryn.Mama Davina ikut meneteskan air mata melihat anaknya menangis—batin seorang Ibu ikut merasa sakit.Drey menangis dalam penyesalan atas perbuatan bodoh selama ini. Sungguh ini begitu menyakitkan. Penyesalan yang sulit sekali di maafkan. “Pasti Auryn nggak akan maafin aku, Ma. Dia sangat membenciku! Tapi Aku mencintainya,” isak Dre
Baca selengkapnya
89. PAMIT
Untuk Drey,Drey … maafkan keputusanku yang mengerikan ini. Sepertinya aku membutuhkan waktu. Aku pergi, aku meninggalkanmu. Maaf … ini yang aku inginkan walaupun sangat berat. Maaf juga, waktu itu. Aku melakukan percobaan mengakhiri hidup di bak mandi. Saat itu aku sangat putus asa. Aku benar-benar kecewa. Aku seakan merasa tidak ingin di dunia ini. Keberadaanku yang tak aku inginkan. Aku tidak ingin benar-benar tertekan dengan pernikahan kita.Terima kasih … terima kasih telah menyelamatkanku waktu. Aku pergi, Drey. Aku tidak berpamitan padamu karena saat melihatmu, kekecewaan yang aku rasakan memuncak. Aku ingin pergi tanpa ada rasa bersalah padaku.Perpisahan ini memang harus. Aku harap kamu menjadi lebih baik ketika aku pergi. Biarkan aku pergi, jangan mencariku. Oh, ya. Tentang perceraian. Aku sudah menyiapkan surat cerai kita. Kamu jangan khawatir. Kamu bisa menikah dengan Anna. Kalian bisa hidup bahagia. Kalian bisa bersatu.J
Baca selengkapnya
90. INI AKU, AURYN
Air mata Drey terus mengalir dan tiada henti. Penyesalan yang ada di dalamnya semakin Drey rasakan. Sejak tadi Drey tidak mampu membaca guratan tinta Auryn, tapi dia membaca hingga selesai. Dengan tangan gemetaran, Drey memeluk buku diary tersebut dengan isak tangis. Di sini yang tersisa hanyalah barang-barang Auryn, termasuk novel yang sering Auryn baca. Semua masih tertinggal di sini. Sang pemiliklah yang menghilang.Bukan Auryn yang jahat di sini telah meninggalkan Drey, namun Drey yang jahat. Drey mengakui dirinya. Kepergian Auryn bukan membuatnya bahagia, namun hanya menyakitinya. Bukan menenangkannya, namun malah menaruh dirinya dalam jurang kesepian. Dengan mata berair, Drey meletakkan kembali buku Diary milik Auryn.*** [Auryn POV]Di antara keputusan. Inilah keputusan paling terberat yang aku buat. Ini memang keputusan yang paling gila. Bagaimana tidak gila? Ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status