Semua Bab Dia segalanya bagiku (Indonesia): Bab 31 - Bab 40
44 Bab
Part 30
"Fikar, jam berapa Gavin akan datang ke rumah? ini sudah jam 10, bukankah dia berjanji akan datang pagi?" tanya Liana cemas, Gavin tak kunjung datang ke rumahnya.Fikar menepuk jidatnya membuat Liana heran. "kenapa sayang?" "Fikar lupa ma, Gavin kan tidak tahu alamat rumah kita." jawab Fikar polos."Ya ampun! pantas saja dia tidak datang. di telepon saja nak.""Tidak punya nomor teleponnya, mama punya?" Liana menggeleng."Mama hanya memberikan Gavin kartu alamat perusahaan." "Aissh, ya sudah kalau gitu, Fikar jemput Gavin dulu ya." pamit Fikar mengecup pipi Liana."Ya, hati-hati sayang." Fikar mengangguk sebelum keluar dari rumahnya.Fikar mengendarai mobilnya dengan santai sambil bersenandung mendengarkan lagu dari radio di mobilnya. Sejujurnya pikiran Fikar masih terfokus pada Sekar yang kabur darinya, hanya saja ia tak mau menunjukkan kesedihannya. ia bukan pria lemah di hadapan orang lain, meskipun sebenarny
Baca selengkapnya
Part 31
"Ada apa dengan rona wajahmu ini ma?" tanya Darma menoel pipi istrinya yang tampak merona bahagia.Liana tersenyum manis ke arah suaminya, seraya bangkit berdiri berjalan menuju ke arah lemari yang ada di kamarnya. ia buka lemari itu, lemari yang hanya boleh mereka saja yang menyentuh.Liana mengambil sebuah album foto yang sudah usang, namun tidak berdebu karena setiap hari selalu Liana bersihkan. Darma memperhatikan dengan heran gerakan istrinya sedari membuka lemari tersebut, ia berpikir apa yang akan di lakukan istrinya itu.Kemudian Liana berjalan kembali ke arah ranjang, dan menyerahkan album foto usang itu pada Darma."Apa ini?" tanya Darma bingung."Album foto lama kita." "Iya, aku tahu. lalu untuk apa?" "Bukalah mas." titah Liana menyuruh Darma membukanya.Darma menurutinya, ia buka perlahan album foto itu
Baca selengkapnya
Part 32
"Jika Tisha atau pun kau yang sakit, maka hubungi dokter, bukan malah menelpon ku." dengus Fikar sebal.Baru kemarin Fikar memberikan nomor ponselnya pada Gavin, dan Gavin pun mencoba menghubungi adiknya itu dengan menyuruhnya datang bersama dokter langganannya.Alhasil, Fikar yang ingin tenang pun terganggu dengan suara ponsel yang terus berbunyi. Dengan gerakan cepat Fikar menghubungi dokter pribadi keluarganya menuju ke rumah Gavin. dan di sinilah ia sekarang bersama dokter tersebut yang sedang memeriksa keadaan Tisha."Bagaimana Dok keadaan Tisha?" tanya Gavin pada dokter setelah selesai memeriksa keadaan Tisha.Gavin menunggu jawaban dokter dengan harap-harap cemas."Nona Tisha hanya masuk angin saja tuan Gavin." Gavin menghela nafas lega mendengarnya.Fikar memperhatikan ekspresi wajah Gavin, ada rasa curiga yang terselip saat melihat ekspresi
Baca selengkapnya
Part 33
"Apa kak? Operasi penyembuhan mata Tisha?" tanya Tisha kaget mendengar permintaan kakaknya itu."Iya, kamu mau kan sayang?" bujuk Gavin penuh harap jika Tisha mau melakukan operasi pada matanya.Tisha tak menjawab, wanita itu tengah berpikir dengan permintaan kakaknya. sejujurnya, ia memang sangat ingin sembuh, ingin kembali melihat dunia. "Baiklah kak, Tisha mau." akhirnya Tisha menyetujui."Ah, syukurlah, kakak bahagia dengarnya." Gavin merangkul tubuh mungil itu."Eehmm, tapi apa uang kakak ada untuk biaya operasi ku?" tanya Tisha."Kalau tidak ada, ngapain coba kakak bujuk kamu untuk operasi penyembuhan mata.""Tisha hanya penasaran saja kak.""Ya sudah, kamu gak perlu mikirin tentang itu, yang terpenting adalah kesembuhan kamu dulu,itu yang nomor satu. Ok!" Tisha mengangguk."Aku harus pinjam uang pada Fikar se
Baca selengkapnya
Part 34
"Tisha," ulang Gavin memanggil namanya."Aku bilang jangan sebut namaku, sialan!" lagi Tisha memperingati Gavin agar tak memanggil namanya. bahkan kali ini di tambah dengan umpatan di akhir kalimatnya."Sayang, kamu kenapa?" Gavin berhasil mendekati Tisha dan menyentuh bahunya."Lepas!" rontah Tisha.Fikar yang sedari tadi melihat hal itu pun maju, berusaha mencairkan keadaan."Tisha!" Fikar mencoba memanggil nama Tisha, siapa tahu saja wanita itu melemah dengannya."Diam kau penjahat!" lagi Tisha berteriak."Gavin, sepertinya Tisha sudah mengetahui dan mendengar pembicaraan kita tadi. sekarang bagaimana ini?" tanya Fikar cemas dan kalut."Aku akan mencoba bicara lagi dengannya, dan tugasmu bersihkan kaca yang pecah di lantai ini." Fikar mengangguk.Tanpa aba-aba Gavin langsung menggendong Tisha, membuat wanita itu menjerit-jerit me
Baca selengkapnya
Part 35
"Aku memang tidak akan meninggalkanmu, tapi__" Tisha menggantungkan kalimatnya, membuat rasa penasaran Gavin meningkat menunggu kelanjutan kalimatnya."Kau yang akan pergi meninggalkanku!" "Tidak! tidak akan ada yang pergi saling meninggalkan di antara kita." tolak Gavin tak terima."Kau ini manusia yang sangat egois sekali!" sinis Tisha mengejek."Aku tahu kau kasihan padaku kan, sampai kau tak ingin meninggalkan ku.""Tisha apa yang kau katakan sebenarnya!" bentak Gavin merasa tak tahan lagi dengan tingkah Tisha yang seperti ini."Kalau begitu pilihlah salah satu diantara dua pilihan itu. kau atau aku yang pergi meninggalkan rumah ini?!""Tisha__" "Aku tidak butuh ocehanmu, yang aku butuhkan adalah jawaban mu, Gavin. aku yang pergi atau kau yang pergi!"Tubuh Gavin jatuh luruh ke bawah, perkataan Tisha membuat seluruh
Baca selengkapnya
Part 36
Seorang gadis tengah berjalan menapaki jalanan yang terasa sepi, terlalu lama bersembunyi membuatnya lelah. akhirnya ia memutuskan untuk berani keluar dengan sedikit bebas, walaupun kata hati-hati itu ada.Ia harus selalu waspada akan sosok seseorang yang beberapa waktu ini menjadi alasannya untuk kabur dan bersembunyi. takut jika ia bertemu lagi dengan pria itu. ya, seorang pria yang sudah menjungkir balikkan hidup dan hatinya.Saat asyik berjalan, tak sengaja sepasang netra indah milik wanita itu melihat gestur tubuh seseorang yang sangat di kenalnya. punggung kokoh milik pria yang selama ini sangat ia cintai.Perlahan ia berjalan mendekati pria itu, kemudian menepuk bahunya dari belakang. pria itu menoleh ke belakang dan terkejut mendapati dirinya."Sekar!" pekik Gavin kaget."Ah, ternyata benar ini kamu Gav." ucap Sekar tersenyum bahagia.Gavin melihat penampilan Sekar dari atas
Baca selengkapnya
Part 37
"Kau bisa membantuku?" tanya Gavin serius menatap Sekar dengan tatapan memohon."Bantu kamu untuk?" "Jagain Tisha." pintanya sendu."Apa? jagain Tisha?" Gavin mengangguk."Bu--bukannya kau sudah memecat ku Gav?" tanya Sekar mengingatkan Gavin."Ini berbeda!" risau Gavin mengacak rambutnya."Setelah kau tak ada, keadaan semakin berbeda Sekar. banyak hal yang terjadi di hidup kami, semuanya semakin kacau.""Ma--maksudnya?" Sekar semakin bingung dengan ucapan Gavin."Kau tau Fikar?" Deg.Nama itu lagi, nama pria yang menjadi alasan bagi Sekar lari dan bersembunyi. "Apa Fikar yang dimaksud Gavin adalah Fikar yang sama?" ucap batin Sekar bertanya-tanya.Memang Sekar tahu jika Fikar yang selama ini mendekati Tisha dan berusaha membuat wanita itu jatuh cinta adalah orang
Baca selengkapnya
Part 38
Fikar menggeram kesal pada sang kakak, entah sudah panggilan telepon yang ke berapa ia menghubungi Gavin. tapi pria itu tak kunjung mengangkatnya, hampir satu harian menjaga Tisha membuatnya letih. hei ayolah! Fikar juga butuh kebebasan dan bekerja, ia bukanlah seorang pengangguran bung."Siallll!" maki Fikar pada ponselnya.Saat ini ia tengah duduk di luar rumah Gavin, melihat Tisha semakin menambah pusing di kepalanya. wanita menyuruh pergi semua orang seakan-akan ia bisa sendiri melakukan banyak hal, apa dia tidak sadar dengan kondisinya sendiri.."Huffftt, Sekar." tiba-tiba saja Fikar merasa rindu dengan wanitanya.Wanita yang selama beberapa waktu ini menjungkir balikkan hidupnya, mengacak-acak pikirannya. memporak-porandakan hatinya yang selama ini hanya di isi dengan nama Tisha, tapi kali ini sudah berganti dan di isi penuh dengan namanya.Membuat perasaan bahagia membuncah di dadanya walau h
Baca selengkapnya
Part 39
Praaanngggg."Astaga! apalagi sekarang ini." dengan tergesa Fikar berlari masuk ke dalam rumah Gavin saat mendengar suara benda jatuh.Cklek.Fikar mematung di tempatnya saat melihat tubuh meringkuk ketakutan Tisha, wanita itu memeluk erat dirinya sendiri. Fikar melihat gelas kaca yang pecah, sedikit bisa bernafas lega karena Tisha tidak terluka."Sudah dua gelas kaca yang di pecahkannya hari ini." ucap batin Fikar.Fikar ingin sekali memeluk tubuh Tisha, memberinya ketenangan karena jujur saat ini Tisha terlihat seperti ketakutan."Kak Gavin...." panggilnya lirih menyebut nama Gavin.Fikar tertegun mendengarnya, bagaimana sekarang ini? Tisha merindukan Gavin.Tak lama tubuh Tisha terkulai lemas merosot ke lantai, Fikar panik langsung berlari ke arahnya mengangkat tubuhnya mungil Tisha. menggendong membawanya masuk ke dalam kamar.F
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status