All Chapters of Private email (Indonesia): Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Part 31
"Ada apa?" tanya Stev heran melihat wajah cemberut kekasihnya yang main nyelonong masuk saja ke dalam ruangannya."Para penyebar gosip." dengus Cla."Siapa? Anne dan suruhannya?" "Iiiih, kok dia sih?" kesal Cla."Terus siapa sayang?" ulang Stev lagi bertanya seraya bangkit mendekati Cla."Para wanita yang bekerja di perusahaanmu.""Siapa saja mereka?""Ah sudahlah, lupakan." ucap Cla tak ingin masalah itu semakin lebar."Bilang saja, biar aku pecat mereka yang telah berani membuat kekasihku badmood begini.""Bukan aku saja Stev yang mereka gosipin, tapi kau juga." "Aku tahu," jawab Stev santai."Jadi cepatlah katakan, siapa saja mereka." sekali lagi Stev bertanya, kali ini dengan nada serius.Cla pun mengatakan nama-nama dari ke empat wanita tadi yang telah bergosip ria
Read more
Part 32
"Aaaaaaa!" Cla menatap horor pintu ruangan Stev saat samar-samar mendengar suara jeritan seorang wanita."Stev...." lirih Cla ketakutan dan ia mulai masuk ke dalam ruangan Stev."Stev lepas!" jerit Cla berusaha melepaskan cekalan tangan Stev di bahu Anne.Tapi Stev seakan tuli, ia tidak memperdulikan jeritan Cla yang histeris melihat Anne merintih kesakitan."Stev apa yang kau lakukan? Lepas! Anne bisa celaka Stev!" teriak Cla semakin nyaring kala Stev semakin geram mencengkeram kuat bahu Anne.Gigi Stev sampai berbunyi gemelatuk sangking geramnya dengan Anne. di saat itu juga Cla terus berteriak dan usahanya berhasil, Stev langsung menghempaskan Anne ke lantai dengan kuat. Membuat wanita itu jatuh tersungkur menyentuh lantai, Cla langsung menenangkan diri Stev."Stev, tenangkan dirimu." ucap Cla menyentuh wajah Stev serta mengelus lembut rahangnya.
Read more
Part 33
Cla menurut saja saat Stev membawanya ke sebuah butik termewah langganan keluarga Stev. Hal ini menjadi tanda tanya besar bagi Cla, pasalnya Stev memutuskan jika hari ini tidak masuk kerja alias cuti.Ya wajar saja sih, sebab Stev lah pemilik sekaligus pemegang kendali perusahaan. Jadi, toh wajar bila Stev ingin bekerja ataupun tidak."Kita mau ngapain kesini Stev?" bisik Cla di samping Stev yang sedang mengobrol dengan seorang wanita paruh baya, namun terlihat awet muda dan cantik.Wanita itu tersenyum. "Jadi ini gadisnya, Stev?"Stev mengangguk sembari membalas senyumannya. "Iya aunty.""Aunty? jadi wanita ini tantenya Stev?" ucap batin Cla bertanya-tanya."Cantik." puji wanita itu pada Cla."Tentu saja, plus seksi." goda Stev mengedipkan sebelah matanya."Oo oooo, kau mulai nakal rupanya ya Stev." wanita itu pun terkekeh.
Read more
Part 34
Cla murung dan menangis saat mendapat kabar jika kedua orang tuanya tengah sakit di Indonesia. Sudah berulang kali Cla merapalkan doa, semog saja orang tuanya tidak apa-apa.Cklek...Cla menatap pintu yang di buka seseorang, Stev muncul di ambang pintu dan menguncinya setelah masuk ke dalam."Ada apa Cla?" tanya Stev melihat wajah Cla yang bersimpah airmata."Stev..." lirih Cla menangis dan menghambur ke pelukan kekasihnya."Ada apa? Are you oke?" lagi Stev bertanya karena panik.Cla menggeleng. "I'm not fine Stev.""Iya kenapa sayang, coba katakan?" pinta Stev dengan nada lembut."Kedua orang tuaku sakit, hiks, Stev. Aku ingin pulang ke Indonesia sekarang juga." rengek Cla dengan tangisan yang semakin menjadi.Karena jujur saja, jika Cla sangat khawatir sekali dengan kondisi ayah dan ibunya."Aku mau pulang Stev."
Read more
Part 35
Cla tersenyum memandangi kedua orang tuanya yang kini kondisinya sudah tampak lebih baik dari sebelumnya. Sudah hampir dua bulan Cla berada di Indonesia, dan selama itu pula Stev belum pernah datang menemuinya.Namun, komunikasi yang terjalin di antara mereka berdua tetap berjalan lancar. Tak hanya saling membalas pesan email pribadi, Cla dan Stev kerap kali sering melakukan video call untuk saling bertatap muka karena rasa rindu yang begitu besar. Atau kalau rindu suara masing-masing, maka mereka akan melakukan panggilan via suara.Meskipun hal-hal seperti itu belum sepenuhnya memuaskan, setidaknya sedikit mengobati rasa rindu mereka.Cla merasa sangat berterima kasih pada Stev, pria itu bahkan dengan sukarela membayarkan segala biaya pengobatan kedua orang tuanya selama sakit. Cla menjadi tak enak hati karenanya, pernah suatu hari Cla protes dan berniat ingin mengembalikan semua pemberian Stev untuknya.  Tapi dengan enteng pr
Read more
Part 36
Senyuman di wajah Cla perlahan memudar saat ia membalikkan badan dan tak menemukan orang yang sangat di rindukannya. Ternyata Adit membohonginya, yang datang bukanlah Stev. Melainkan Ray, pria yang bekerja sebagai orang kepercayaan Stev sekaligus supir pribadinya.Ray melangkahkan kakinya mendekat ke arah Cla dan Adit. Ray dapat melihat jelas perubahan ekspresi wajah Cla. "Selamat pagi tuan Adit," sapa Ray membungkukkan badannya hormat."Selamat pagi Ray, apa kabarmu?" Adit mengulurkan tangan kanannya."Baik tuan," Ray menerima uluran tangan Adit, Adit pun memeluk tubuh tampan pria itu sebagaimana pelukan antar sahabat."Dimana Stev?" tanya Adit celingak-celinguk mencari Stev."Tuan Stev tidak ikut tuan," Ray melirik ke arah Cla, tersenyum ke arah wanita itu. "Selamat pagi nona Cla.""Pagi Ray,""Bagaimana kabar kedua or
Read more
Part 37
Tepat hari ini Cla berulang tahun yang kedua puluh enam, Cla tak menyangka jika dirinya hari ini mendapatkan banyak kejutan istimewa di kantor.Rekan-rejan kerjanya banyak yang mengucapkan selamat ulang tahun dan memberi kado untukya.Cla memandangi kado-kado yang menumpuk di dalam kamarnya, sengaja ia membawa pulang kado-kado itu agar ia buka di rumah.Tangannya terulur mengambil salah satu kado, ia bukan dan seketika senyuman ceria terbit menghiasi wajahnya. Senyuman Cla tak pernah luntur kala ia berlanjut membuka kado berikutnya, terus begitu sampai kadonya tersisa satu lagi.Cla mengernyit melihat kado yang tinggal satu itu, tak ada nama ataupun kartu ucapan di dalam kadonya.Ragu-ragu ia membukanya, namun rasa penasarannya lebih besar dan mendominasi, maka ia pun segera saja membuka kado itu."Setangkai mawar merah?" gumam Cla melihat isi dalam kado terse
Read more
Part 38
Cla menoleh ke arah Adit yang hanya diam saja di dalam mobil, berdecak sebal pada bos besarnya itu karena tak kunjung juga menghidupkan mesin mobilnya."Pak!" panggilan Cla menepuk pundak Adit."Kenapa diam saja?" tanya Cla heran.Adit menatap Cla dengan dahi berkerut, sungguh ia bingung bagaimana caranya mengatakan pada Cla agar tetap makan di tempat ini."Ehmm, Cla...." Adit menggantungkan kalimatnya."Iya pak, kenapa?" "Kita tidak jadi pergi saja ya," Cla menggeleng."Tapi aku pakai baju seperti ini pak, tidak mungkin kan___""Persetan dengan baju yang kau kenakan itu Cla!" sentak Adit kesal tanpa sadar memotong ucapan Cla."Astaga! Aku jadi emosi menghadapi Cla." ucap batin Adit.Cla berjengit kaget bahkan sampai mengerjapkan matanya berulang kali melihat reaksi ucapan Adit. Adit sendiri menghela nafasnya
Read more
Part 39
"Will you marry me, Cla?" ulang Stev lagi menunggu jawaban kepastian dari kekasih hatinya.Cla yang mendengar pertanyaan itu pun otomatis kaget sekaligus mendongakkan kepalanya menatap Stev. Benarkah pria di depannya ini melamar dirinya di hadapan banyak orang?"Stev, apa aku tidak salah mendengarnya?" tanya balik Cla memastikan pendengarannya.Stev menggelengkan kepalanya mantap, malam ini ia sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkan Cla. Melamar di depan banyak orang agar semua orang tahu jika Cla adalah wanita yang sangat di cintainya."Kau tidak salah mendengar Cla, dan aku serius mengatakannya padamu. Jadi, apakah kau menerima lamaranku sayang?" ucap Stev sekali lagi, ia ingin mendengar jawaban Cla.Sebelumnya Stev dan Cla memang sudah pernah mengatakan akan menikah, apalagi Stev pernah membawa Cla ke butik tantenya. Tapi, itu semua terasa kurang bagi Stev, sekarang ia paham apa ya
Read more
Part 40
Stev duduk berdampingan dengan Cla di sofa, rasa gugup menyelimuti Stev malam ini saat ia dan kedua orang tua Cla saling berhadapan."Baru ini aku merasakan yang namanya gugup luar biasa, tak pernah terpikirkan olehku jika berhadapan dengan kedua calon mertuaku lebih menegangkan dari perang." omel batin Stev berkecamuk.Cla menggenggam sebelah tapak tangan Stev agar mengurangi rasa gugup yang menghinggapi kekasihnya itu. Stev menoleh di saat yang bersamaan Cla pun juga menoleh ke arahnya, senyuman Cla mengkode Stev jika semuanya akan berjalan lancar.Stev memberikan senyum termanisnya dan menghela nafas sebelum menghadapi perang yang sesungguhnya. Kedua orang tua Cla menatap serius ke arah putri dan calon menantunya itu. Interaksi yang terjadi di antara Cla dan Stev pun tak luput dari pengamatan mata mereka."Jadi, ini yang namanya Steven Miller?" ucap Marcell, papa Cla.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status